Sekularisme yang pada dasarnya memisahkan kehidupan keagamaan dalam politik jelas tidak dapat diterima oleh faham Islam yang fundamentalis yang berpegang bahwa ajaran agama adalah untuk mengatur kehidupan manusia. Sehingga, faham sekularisme sering disebut sebagai faham barat, tak jarang pemikiran islam moderat yang dapat menerima sekularisme sering dituding sebagai antek barat. Padahal, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, pemisahan hubungan antara umat dan sang penciptanya sudah diatur dalam undang2 negara dimana negara menjamin kehidupan beragama. Demikian juga, budaya yang berkembang walaupun kadang tidak sesuai dengan ajaran islam sudah diterima sebagai kelaziman. Seperti seni perwayangan yang sesungguhnya mengadopsi dari ajaran hindu, dalam konteks budaya bangsa Indonesia, wayang juga dipakai sebagai sarana dakwah Islam. Seperti yang terjadi di Purwakarta, sekelompok masa dengan atribut islam merusak Patung Kresna yang berada di persimpangan Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Basuki Rahmat. Pembuat patung Kresna, Deden Gustari yang merupakan alumnus ITB jurusan Design sangat menyesalkan penghancuran patung Kresna tersebut, menurutnya, oknum yang merusak itu karena mereka tidak tahu saja dan mungkin menganggap patung Kresna itu sebagai berhala. Padahal sesungguhnya Kresna itu sebagai sebuah warisan kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah diakui oleh Unesco.
Beberapa waktu yang lalu bangsa ini merasa tersinggung oleh sikap bangsa Malaysia yang mengklaim wayang adalah warisan budaya mereka, tapi apa yang terjadi di Purwakarta justru sebaliknya, simbol warisan budaya yang kita pertahankan sebagai harga diri bangsa itu justru tidak diterima dan dihancurkan. Namun demikian, apa yang terjadi di Purwakarta dapat diambil sebagai gambaran bahwa sesungguhnya masyarakat Islam Indonesia tidak menyatu, satu pihak berpandangan bahwa seluruh sendi kehidupan manusia harus berlandaskan Islam, dilain sisi beranggapan bahwa ajaran agama adalah menyangkut hubungan mahluk dengan khaliqnya. Gerakan politik yang membawa nama Islam, kadang tidak disadari justru menimbulkan pertentangan diantara umat islam itu sendiri atau bahkan berhadapan dengan hukum negara.
Merunut sejarah perkembangan Islam, awal perkembangan Islam dengan kekhalifahan memang mampu membawa kejayaan Islam pada masa lalu, begitu juga di Indonesia dengan tumbuhnya kerajaan2 Islam. Namun seiring perubahan zaman, walaupun faham nasionalis adalah ajaran barat, faktanya NKRI dapat lahir oleh adanya ikrar kebangsaan, bangsa Indonesia, tanah air Indonesia dan bahasa Indonesia. Merubah Ideologi bukanlah perkara yang mudah ketika bangsa ini sudah menerima Ideologi kebangsaan. Akan terlalu banyak musuh kalau harus melakukan pembenaran menurut pendapatnya sendiri, termasuk patung menjadi musuh dan dihancurkan.