Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Penasehat Berkumpul, Siapkan Alat Pukul

12 Februari 2024   21:18 Diperbarui: 12 Februari 2024   21:20 89 2
Para punggawa penasehat berkumpul satu meja dipimpin hakim kepala rusa, sore itu di warung kopi dekat gunung biru di ujung alas Mentaok.

Mereka bicara posisi paling aman transisi Petruk yang sudah diujung tanduk. Hakim kepala rusa adalah ketua merangkap anggota Dewan Pertimbangan Agung yang dipilih berdasar rekam jejaknya paling senior. Dewan ini seluruh anggotanya dipilih dengan catatan tidak pernah punya konflik kepentingan, non partisan, alim, berdedikasi.

"Kita harus menjaga jangan sampai Belgeduwel bleh ini mandi darah karena perilaku Petruk yang sudah diluar batas. Tugas kita menyelamatkan segenap anak bangsa dari pertikaian atas fragmentasi yang diciptakan Petruk melalui selubung kesadaran palsu dari mantra pekasih yang ditiupkan tiap pagi dari halaman Istana."

"Sejarah mencatat jika ini tidak segera dirobohkan sekat sekat kesadaran palsu itu, mereka semua akan bersitegang dan berujung pada membela membabi buta. Seperti orang yang cinta buta, susah sekali kan dinasihati?"

"Menurut hemat saya, kelompok cerdik cendekia seluruh Kadewaguruan harus turba. Bicara bicara di pos ronda, bicara di dasa wisma, bicara dari dangau ke dangau, surau ke surau, menyampaikan di majelis-majelis, menyampaikan kebenaran meski itu pahit rasanya."

Kalimat pembuka dari hakim kepala rusa ditutup dengan mengangkat cangkir kopinya yang masih mengepul panas.

Bob Janggut menyahut sembari membuka Kitab Undang-undang lembaran negara.

"Menurut catatan undang-undang ini bila terjadi kekacauan yang akan mengambil alih situasi adalah Panglima Tri Matra Bregada. Bisa saja nanti situasinya jadi semakin mencekam. Rakyat yang punya kesadaran penuh malah akan dilumpuhkan. Bila melihat posisi Panglima hari ini adalah orangnya Petruk maka kita harus berhati-hati dalam mencipta kondisi!"

Beng Gepeng, satu satunya anggota yang berambut cokelat menimpali,

"Betul, kita musti hati-hati. Operasi menyelamatkan negri ini harus senyap. Jangan sampai terdengar telik sandi. Kalau kita gagal jelas kita akan jadi pesakitan. Orang orang yang menghamba pada angkara murka yang akan kembali berkuasa. Jelas tidak mudah untuk merebut kembali, meletakkan pada trek yang benar. Negara ini akan lebih menindas dan anti demokrasi."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun