Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Tiga Nasihat dari Semesta

25 Desember 2021   05:02 Diperbarui: 25 Desember 2021   15:09 299 1
Pekan ini saya menemukan paparan yang sangat menarik di TEDx Taipe tahun 2015 lalu. "Segala sesuatu itu Terhubung -Begini Penjelasannya" begitu tajuk pembicaraan tersebut. Tom Chi, sang pembicara, berusaha menilik ungkapan yang seringkali bernuansa dogmatis ini berdasarkan pada fakta ilmiah dan bukti yang konkret.

Mengapa agama mengajarkan connectedness (keterhubungan) ini? Secara sederhana dapat jawabannya tentu akan bertautan dengan konsep Ketuhanan sebagai inti dari ajaran agama. Penciptaan semesta ini mestilah bukan sebuah kebetulan, sembarang dan tanpa tujuan. Keterhubungan adalah nama lain dari adanya maksud dan tujuan pencipataan oleh Sang Pencipta.

Paragraf kedua di atas tentu saja bukan bagian dari pembicaraan Chi. Sengaja saya sampaikan sebagai penguat pesan sebagaimana yang nanti dimaksudkan di akhir tulisan ini.

Kembali kepada paparan Chi. Ia mengajukan tiga pembuktian atas premis keterhubungan segala sesuatu di alam semesta melalui 'kisah' tentang jantung, nafas dan pikiran.

Pertama, jantung. Alasan mengapa jantung kita berdegup adalah untuk memindahkan molekul bernama hemoglobin melalui peredaran darah. Sementara itu, hemoglobin membawa mengandung molekul yang lebih kecil lagi yang disebut heme B yang kembali di dalamnya terdapat satu atom Fe (besi). Bagian atom Fe inilah yang berfungsi mengikat oksigen kemudian membawanya melalui sistem sirkulasi. Bisa dikatakan bahwa inti dari jantung kita adalah atom besi ini.

Nah bagian serunya adalah bahwa dalam semesta ini atom besi hanya tercipta melalui peristiwa supernova (kelahiran bintang baru) dan berasal dari bintang dengan massa yang luar biasa besarnya. Jadi awalnya semesta ini tidak memiliki atom besi sama sekali. Hanya ada helium dan hidrogen. Melalui proses pembentukan bintang baru lalu kemudian ia meledak sajalah  terciptanya atom besi. Rangkaian peristiwa pembentukan kemudian ledakan yang menghasilkan atom besi ini sekarang berlangsung dalam nadi kita.

Degupan jantung kita adalah jejak pembentukan dan ledakan bintang-bintang di semesta. Dengan kata lain, degupan jantung terhubung dengan pembentukan dan ledakan bintang-bintang di semesta.

Kedua, nafas. Mengapa kita bernafas? Menarik nafas dalam-dalam seringkali menjadi upaya kita menenangkan diri. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui proses pernafasan.

Tahukah kita bahwa bernafas tidaklah bisa kita lakukan jika kita ada 3 milyar tahun lalu? Semesta banyak memiliki nitrogen dan karbon dioksida tetapi nyaris tidak memiliki oksigen pada awalnya. Beruntunglah kita berkenalan dengan Cyanobacteria (alga berwarna biru-hijau) yang memiliki kemampuan--yang kita kenal sebagai fotosintensis. Ia berjasa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen selama milayaran tahun. Hingga akhirnya 600 juta tahun lalu  hasil kerja senyapnya menghasilkan lapisan Ozon yang kemudian menjadikan bumi layak kita tinggali.

Jasad renik ini kemudian terperangkap dalam tumbuhan lalu kemudia masuk dalam tubuh kita saat kita mengkonsumsinya.  Kita bernafas itu serupa lanjutan tugas Cyanobacteria mengubah karbon dioksida menjadi oksigen meski dengan cara yang terbalik. Kita menghirup masuk oksigen dan menghembuskan keluar karbon dioksida saat bermafas. Kebalikannya dilakukan oleh tumbuhan (khususnya pada siang hari).

Alhasil, helaan nafas kita terhubung dengan jejak pengubahan karbon dioksida menjadi oksigen oleh Cyanobacteria pada saat di mana kita bahkan belum ada.

Terakhir adalah pikiran. Chi meneorikan bahwa segala sesuatu yang ada sekarang pada dasarnya didasari oleh keberadaan sesuatu lainnya sebelum itu.  Ia menyebut teorinya ini sebagai The Palette of Being (Palet Keberadaan).

Seorang pelukis hanya bisa melukiskan warna sesuai ketersediaan warna di atas paletnya. Ia tentu saja bisa menemukan warna baru dari pencampuran satu atau lebih dari warna di atas paletnya.

Piano yang ditemukan pada abad ke-18, ungkap Chi, berhutang kepada rangkaian pengetahuan sebelumnya dan sekaligus meletakkan pola baru dalam pikiran kita yang kemudian akan melahirkan inovasi atau bahkan penemuan.

Pada dasarnya perkembangan dari waktu ke waktu adalah proses menambah warna dalam palet. Dan palet itu adalah pikiran kita baik secara sadar ataupun bawah-sadar.  Kembali, sebagaimana jantung dan nafas, pikiran kita pun terhubung dari waktu ke waktu.

Paragraf di atas mengingatkan kita kepada ungkapan Newton kepada kawan ilmuwannya, Robert Hooke dalam suratnya pada tahun 1675, " If I have seen further. It is by standing on the shoulders of giants." Ya, Newton bisa memahami fenomena alam semesta dengan luar biasa berkat karya-karya para ilmuwan sebelumnya.

Di ujung tulisan ini saya ingin manarik benang dari ketiga 'kisah' tentang jantung, nafas dan pikiran. Keberadaan kita di semesta ini bukanlah tanpa tujuan. Sang Pencipta mengajari kita untuk memaknai keberadaan kita di semesta ciptaan-Nya. Setiap kita bermakna dan berwarna dalam palet semesta ini. Ingat, bila Cyanobacteria bisa melakukan hal yang luar biasa, maka terlebih dengan kita yang jauh lebih sempurna darinya.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun