Mengapa sejarah seolah menjadi lingkaran tanpa akhir, di mana pola-pola konflik, kemajuan, dan kemunduran terus berulang dalam berbagai bentuk? Pertanyaan ini telah menghantui para filsuf dan sejarawan selama berabad-abad. Alih-alih menjadi catatan usang tentang masa lalu, sejarah seringkali terasa seperti naskah drama yang terus dipentaskan ulang dengan aktor dan kostum yang berbeda. Fenomena ini memunculkan perdebatan sengit: apakah pengulangan sejarah adalah keniscayaan akibat sifat dasar manusia dan struktur masyarakat, ataukah kegagalan kolektif kita dalam menarik pelajaran dari masa lalu? Artikel ini akan mengupas tuntas akar penyebab kecenderungan sejarah untuk "mengulang" dirinya, menelusuri berbagai perspektif dan faktor yang berkontribusi pada fenomena kompleks ini.
Akar Sifat Manusia yang Tak Lekang Waktu
KEMBALI KE ARTIKEL