Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Nasib Sang Masinis

8 Oktober 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:37 427 0

Miris. Itu yang saya rasakan ketika melihat satu tayangan berita tentang seorang nasib mantan masinis yang terkait kasus tragedi kecelakaan bintaro tahun 1987 (dalam berita tersebut disebutkan tragedi bintaro 1997). Slamet Suradio namanya, usianya sudah 71 tahun. Di usia senjanya, Slamet harus berjuang untuk menghidupi diri dan keluarganya, jauh dari kata layak sebagai mantan pegawai PJKA. Kakek tua ini harus berjualan asongan dengan penghasilan rata-rata hanya Rp.3.000 saja.

Nasib Slamet berubah 180 derajat setelah tragedi yang mengambil puluhan nyawa tersebut. Slamet dituduh sebagai orang yang paling bertanggung jawab, dan akhirnya dipenjarakan selama tiga tahun. Bukan itu saja, Slamet pun dipecat secara tak hormat dari tempatnya bekerja sehingga hari ini dia tak dapat menikmati masa pensiun dengan tunjangan pensiun seperti halnya mantan karyawan lainnya.

Dalam satu penuturannya, Slamet mengatakan bahwa dia berusaha untuk menyelamatkan nama baik PJKA, dan akhirnya menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Selama masa pemeriksaan, katanya dia sering mendapat perlakuan kekerasan.

Kasihan. Itu yang saya lontarkan manakala melihatnya berjualan asongan dalam tayangan pagi tadi. Lantas dengan bersahaja dan bangga, dia menunjukkan kembali seragam kebesarannya sebagai seorang masinis. Dia memperlihatkan dirinya memakai seragam itu. Ada sudut keharuan yang tak bisa disembunyikan dimatanya. Keinginan Slamet hanya satu, mendapatkan kembali hak tunjangan pensiunnya karena dia pernah menjadi pegawai negeri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun