Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Thamrin City Pasar Modern yang Tidak Menguras Kantong

14 Februari 2023   14:07 Diperbarui: 15 Februari 2023   02:23 1933 9

Cerita ini berawal, saat Tante saya mengabarkan akan mantu. Dia bilang, "Harus hadir, lho ya ... ini yang mau nikah adekmu. Jangan ngak dateng!". Berawal dari situlah saya kemudian mulai rempong. Langsung mikir (((pake baju apa ya guee?))).

Maklumlah namanya juga perempuan. Perempuan itu kalau ke kondangan kudu detil. Akhirnya saya pun menanyakan ke Tante perihal 'dress code'. Tanteku bilang, dress code dari pihak keluarga laki-laki (kita dari keluarga laki-laki) pakai warna abu-abu muda. Tapi kata Tanteku pake yang ada aja tidak harus beli. Yang penting senada.

Ok. Saya lalu bongkar lemari, dong. Cari baju warna abu muda. Perasaan sih saya punya baju warna abu muda ... tapi omigot saya baru ingat, baju itu sudah saya berikan ke orang--karena saya pikir saat itu jarang ke kondangan--dalam dua tahun terakhir ini (karena masa covid).

Kemudian saya mencari plan B. Plan B-nya mau tidak mau beli baju baru ... hehe. Mulailah saya hunting, dari cari-cari di online shop sampe ke toko kain. Online shop terpaksa tereliminasi olehku alias skip. Takut tidak sesuai ekspektasi. Trus ke mal, harganya pun paling murah buat dress brokat sekitar 250-500 ribuan tapi model dan harga saya nggak cocok.

Kemudian saya memutuskan ke toko kain. Sesampainya di toko kain, saya bertanya berapa harga kain brokat per meter. Harganya bervariasi antara 100-250 ribu per meter yang kualitasnya halus. Yang harga dibawah itu juga ada sih, cuma bahannya kasar. Kalo bikin baju panjang (seperti gamis atau dress) saya butuh kain kira-kira antara 2.5-3 meter. Mulai nih tung itung, jadi kira-kira budget yang harus saya keluarkan sebesar 3 x 100 ribu (harga termurah) = 300 ribu. Baiklah, saya memutuskan untuk tidak langsung membeli kain. Mau cek en ricek dulu berapa biaya ngejahitin baju.

Pulang dari toko kain saya lalu mampir ke penjahit dekat rumah. Saya kemudian kembali bertenye tenye. Untuk tarif bikin baju (dress) di penjahit itu sekitar 150-175 ribu. Ok ... jadi budget yang harus saya keluarkan buat ke kondangan yang hanya sekitar 3-4 jam sebesar : 300 ribu + 175 ribu = 475 ribu. Gopek kembalian 25 ribu. (Males banget nggak sih wkwk, masalahnya kudu hadir).

Ya sudahlah 'kumaha engke' kata orang Bandung. Saya pun sejenak melupakan kerempongan memikirkan 'dress code' itu. Sambil baca-baca pantun yang mungkin bisa mengispirasi buat bikin tulisan di mari (event kompasiana : pantun gombal). Lalu ada sebuah gombalan yang saya baca, begini :

"Bang...kapan abang nikahin aye, Bang?"

Dijawab sama Abang, "Nanti ya, Neng. Tunggu tanah Abang laku."

"Emangnye tanah Abang yang mane, Bang? Kok Eneng baru tau yee, Bang...."

"Lah si Eneng, dari Bunderan HI sampe Karet pan Tanah Abang,  Neng!"

Dari 'gombalan Abang dan Eneng' itulah saya baru kepikiran "kenapa nggak dari awal cari baju kondangan ke 'Tanah Abang' ..." duh berasa lemot akutu, kenapa baru sadar ada pasar modern di sekitar Tanah Abang yang bernama Thamrin City (Thamcit).

Akhirnya pergilah saya ke Thamrin City (Minggu 12 Februari 2023), dengan menggunakan moda transportasi MRT (turun di stasiun MRT HI) kemudian dilanjutkan dengan Ojek Online ke Thamrin City.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun