Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Apa Salahku

15 Januari 2023   17:01 Diperbarui: 15 Januari 2023   20:47 177 19
Aku sebenarnya bukan anak yang nakal, itu menurutku. Hanya saja stempel anak bandel, suka berantem dan biang keributan, sudah melekat tanpa bisa ditawar. Tapi bagiku sendiri "label" yang diberikan dari orang-orang di sekitar tidak menjadi masalah, sih. Namun tidak begitu buat mama, baginya semua yang kulakukan bisa membuatnya pusing tujuh keliling dan mampu membuat mama meradang. Apalagi kalo ibu tetangga sebelah sudah nyindir-nyindir, "Anaknya Pak Dito itu, ya--ampun deh ... bla bla bla".

Seperti hari ini, aku dihukum tidak boleh keluar rumah oleh mama. Padahal kan sekarang hari Minggu. Ini gara-gara kejadian kemarin sore, aku pulang dengan badan penuh lumpur, akibat mencari kecebong di got. Aku sih oke oke saja, tapi kenapa mama menjadi sangat marah melihat penampakanku kemarin sore. Harusnya aku diam diam masuk ke dalam rumah. Tapi apesnya, saat kubuka pagar rumah, eh-mama lagi melakukan ritual siram kembang di halaman. Duh, jadinya ke gep.

"Diam di situ--jangan masuk!" begitu mamaku berteriak seperti orang kesurupan. Kemudian seluruh tubuhku basah, karena mama membersihkannya dengan menyemprotkan air dari selang. Setelah memastikan tidak ada lagi lumpur hitam yang menempel, mama menyuruhku masuk untuk ritual mandi yang sesungguhnya. Dan hadiah pun dengan ikhlas kuterima, sebuah jeweran yang menyakitkan lahir dan batin.

Padahal, sekarang teman-temanku sudah menungguku, untuk bermain bola di lapangan kecamatan. Bosan, tentu saja. Tapi bagaimana lagi, menurut mama aku tetap harus dihukum. Sekarang lebih baik aku menjalani hukuman dengan tidur siang. Tapi saat kedua mata berusaha kupejamkan, terdengar seperti ada kerikil yang dilempar dari luar dan mengenai kaca jendela kamarku. Reflek aku pun beranjak mendekati kaca jendela. Benar saja, teman-temanku sudah menunggu di bawah jendela.

"Psst--Don, ayo main bola. Kita kurang orang," Rio berkata padaku dari balik jendela diikuti anggukan teman-temanku lainnya. Aku lalu mencari akal bagaimana caranya bisa keluar rumah tanpa dilihat mama.

"Tunggu aku di lapangan, ya," aku berkata pada teman-temanku. Aku kembali mencari akal, karena pagar depan pasti digembok mama. Pintu akses keluar rumah juga pasti dikunci semua. Satu-satunya jalan adalah memanjat pohon belimbing di samping rumah, kemudian memanjat pagar dan bebas. Inilah jalan ninjaku yang mama tidak tahu. Kalo mama tahu, sudah pasti pohon belimbing itu akan ditebang.

Yay-akhirnya aku berhasil lolos dari rumah. Sesampainya di lapangan aku langsung bergabung bersama teman-teman untuk melawan team bola RT sebelah. Team kami bermain dengan agresif dan berjuang supaya memenangkan pertandingan. Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Tapi itu tidak mematahkan semangatku dan teman-teman, untuk memenangkan pertandingan antar RT, sore ini. Dan akhirnya team kamilah yang memenangkan pertandingan. Sambil berjalan pulang--dengan badan basah kuyup dan penuh lumpur--aku kembali memikirkan bagaimana caramya masuk ke dalam rumah ...


Di teras rumah, Bapak dan Ibu Dito

"Ma, anak kita ke mana?"

"Mama lagi kasih hukuman, Pa. Karena kemarin dia main lumpur. Nangkep kecebong, katanya."

Tidak lama kemudian Bapak dan Ibu Dito mendengar seperti ada orang yang melompati pagar samping. Lalu terdengar bunyi "Buk".

Bapak dan Ibu Dito, spontan berteriak,"Donnaaaa!"

________

Writen by. Coretan Embun, Januari 2023

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun