Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Badan Intelijen Negeri Imaji [Chapter 3]

10 Januari 2023   08:36 Diperbarui: 10 Januari 2023   08:58 200 6
Coffee Shop's Bandara Shien

Poetry, menyeruput choco latte yang masih tersisa-setengah cangkir-hingga habis.
Pesawat yang akan ditumpanginya dijadwalkan akan take off, kurang lebih satu jam dari sekarang. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.07 waktu setempat.

Poetry, kembali ke Negeri Imaji, dengan kegagalan misi; menyelidiki keterlibatan Kapten Hodi, terhadap hilangnya beberapa warga-Negeri Imaji-yang tengah berlibur.

'Hampir saja, aku dapat membongkar dugaan kejahatan-yang mungkin-dilakukan Kapten Hodi,' pikirnya. Hanya saja, Poetry terlanjur diserahkan oleh Kapten Hodi-kepada pihak berwajib Negeri Rasion-dan langsung dideportasi.

Andai saja-saat itu-Poetry tidak keburu diperiksa otaknya, mungkin bisa dengan leluasa, menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi, di laboratorium-ruang bawah tanah-kastil milik Kapten Hodi.

Pesawat yang ditumpanginya, akhirnya take off, tepat pada pukul 12.00 waktu setempat. Kemudian meninggalkan Bandara Shien, dengan tujuan Negeri Imaji.
Dalam perjalanan udara siang itu, Poetry masih berpikir keras, bagaimana caranya-dapat kembali ke negeri Rasion-untuk menyelesaikan misinya.


Bandara Nauvel

Lima menit lagi, pesawat yang ditumpanginya, akan landing di Bandara Nauvel. Poetry bersiap turun dari pesawat, untuk kembali menghirup udara yang penuh kegembiraan dan keindahan di negaranya sendiri.

Setelah pesawat benar-benar berhenti, Poetry berdiri dan antri-untuk turun dari dalam pesawat-bersama para penumpang lainnya. Kemudian memasuki sebuah pintu khusus-yang hanya dalam hitungan kurang dari 2 detik-langsung membawa para penumpang ke dalam ruang kedatangan. Tanpa harus berjalan atau menumpang bis, seperti-yang dilakukan manusia-pada jaman nenek moyang mereka dulu.

Di ruang kedatangan, Poetry dijemput oleh seorang pria bernama Leon, Ketua BINJI (Badan Intelijen Negeri Imaji) yang menugaskan Poetry, menyelidiki hilangnya para wisatawan-yang sedang berlibur-ke Negeri Rasion.

Dari Bandara, Poetry langsung dijadwalkan meeting-dengan beberapa orang penting dari BINJI-untuk melaporkan secara langsung, apa yang terjadi di Negeri Rasion.


Sesampainya di Gedung BINJI

Mobil yang ditumpangi Poetry dan Leon, memasuki halaman gedung Badan Intelijen Negeri Imaji (BINJI). Mereka langsung bergegas memasuki gedung, yang menjulang tinggi tersebut. Kehadiran Leon dan Poetry, sudah ditunggu oleh para pejabat BINJI.

Tanpa berlama-lama, Leon langsung membuka rapat kilat sore itu.

"Selamat sore, kepada semua yang hadir. Saya persilahkan kepada Saudari Poetry, untuk melaporkan apa yang terjadi selama berada di Negeri Rasion..." Leon membuka pembicaraan dalam rapat, lalu memberi isyarat kepada Poetry, untuk langsung memberi laporan singkat.

Poetry pun mulai melaporkan, apa yang dialaminya, selama berada di Negeri Rasion,

"Kapten Hodi, dia adalah Gubernur kota Knox di Negeri Rasion. Sekaligus orang yang sangat dekat dengan Perdana Menteri Sir Dido Dadu."

"I see..." Leon menanggapi.

"Seperti yang kita semua ketahui, Sir Dido Dadu adalah mutan. Yang berhasil memenangkan pemilu Negeri Rasion, dan menjadi penguasa tertinggi, di sana," lanjut Poetry.

"Apakah Anda mendapatkan titik terang, di mana keberadaan warga negara kita yang hilang?"

"Saya curiga-para wisatawan itu-disekap dalam kastil milik Kapten Hodi. Karena di dalam ruang bawah tanah, terdapat laboratorium, yang digunakan untuk mencuci otak para tawanan."

"Dicuci otak?" Leon mengeryitkan dahinya.

"Ya-dicuci otak. Dan saya pun mengalaminya. Sempat dicuci otak oleh para medis, atas perintah Kapten Hodi."

"Lalu...?"

"Sangat dilematis, untuk tetap bertahan di negeri itu, khususnya dalam kastil milik Kapten Hodi. Seandainya saya menjadi tawanan, dan otak kanan saya dikuras habis, artinya saya tidak akan bisa kembali ke sini, karena bayangan tentang Negeri Imaji akan hilang."

"Hmm-lalu, apa yang Anda lakukan, saat itu?"

"Saya terpaksa mengerahkan segala kemampuan dalam mengunakan otak kanan, untuk membayangkan; data-data; angka-angka; dan logika, sehingga dapat memanipulasi pikiran, bahwa saya hanya mempunyai otak kiri sepenuhnya, sebanyak 100%."

"Wow..." Leon bertepuk tangan.

"Tetapi maaf, saya telah gagal. Namun, saya berharap bisa kembali ke sana, untuk mencari para wisatawan yang hilang."

"Itu artinya; yang akan kita hadapi sekarang adalah Kapten Hodi dan juga Sir Dido Dadu," Leon berkata sambil memegang dagu.

"Yup..." Poetry mengiyakan-kemudian matanya menerawang-membayangkan betapa rumitnya memecahkan teka-teki untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan; 'Di manakah gerangan para wisatawan yang hilang?'

"Baiklah, besok kita lanjutkan lagi membicarakan hal ini. Kita cari jalan keluar bersama," Leon kemudian mengakhiri rapat singkat sore itu.

___

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun