Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Cerpen | Imam dan Zakat

10 Mei 2021   07:33 Diperbarui: 10 Mei 2021   07:34 1436 6

"Mam...Imam", Ibunya memanggil anaknya yang asyik bermain PlayStation. Yang dipanggil hanya menoleh sejenak. Lalu pandangannya kembali terarah ke gim.

Gim "Resident Evil" ini sejak kapan tahun belum tamat-tamat juga. Mumpung jadwal kerja saat pandemi itu selang-seling, ia pun jadi ada waktu untuk main sambil ngabuburit. Jam empat sore kantornya sudah tutup, jadi bukan korupsi waktu.

Ibunya kembali memanggilnya. Kali ini nadanya agak jengkel. Kuatir Ibunya marah, Imam pun menjawab dan bertanya Ibunya.

"Ya, Bu, ada apa?"
"Mam...Imam, tekun banget main gim. Mbok sekali-kali bantu Ibu juga masak kek atau ngepel rumah kek..."
"Ya Bu. Ini juga jarang-jarang bisa main kayak gini," Imam bersiap-siap. Sepertinya Ibunya sedang kesal.

"Zakat bagaimana? Sudah Kamu bayar?" tanya Ibunya
"Eh zakat. Zakat fitrah? Bu?"
Ibunya mengiyakan.

"Tenang saja Bu, lebaran masih lama. Besok atau lusa juga masih bisa bayarnya." Imam lagi malas bergerak. Toh masih ada waktu besok-besok buat bayar.

"Ya sudah. Ibu sudah mengingatkan. Jangan sampai kayak tahun lalu. Baru disampaikan zakatnya pas malam lebaran. Ibadah puasa Ramadan kita bisa percuma bila belum zakat fitrah," Ibunya bercerita panjang lebar.

Imam manggut-manggut. Tahun lalu memang murni kesalahannya. Ia lalai dan hampir saja tak bayar zakat karena sibuk menunda-nunda. Waktu itu Imam baru saja di-PHK. Ia pun bekerja mati-matian cari penumpang sebagai tukang ojek.

Dulunya pekerjaan itu sebagai sampingan. Tapi saat di-PHK ia jadi pekerjaan utama. Duh dulu ia anti pulang jika belum memenuhi target yang ditetapkannnya.

Kini ia beruntung bisa kerja kantoran lagi. Meski kantornya kecil dan gajinya pas UMR,  ia merasa bersyukur. Kerja sebagai ojol lumayan, tapi fisiknya nggak setangguh dulu saat baru awal-awal jadi pengojek.

"Ya, Bu besok Imam sebelum tarawih, akan nyamperin takmir masjid bagian zakat," janjinya.

"Bayar dengan beras saja boleh kan Bu?" tanyanya.

"Ya, boleh. Itu beras Ibu banyak. Tapi Kamu kuat bawa untuk empat orang? Sepuluh kilogram, totalnya." Ibunya dengan cepat mengitung di luar kepala.

"Bisalah Bu..." jawabnya.

Zakat adalah salah satu kegiatan terpuji. Zakat berdasarkan bahasa itu adalah bersuci, bersih, tumbuh, dan juga berkah. Sama halnya dengan berwudlu sebelum sholat, fungsi zakat juga untuk bersuci.

Harta kita perlu dizakatkan karena di dalamnya ada hak fakir miskin dan tujuh golongan penerima zakat lainnya. Sementara bersuci menurut Badan Amil Zakat Nasional itu separuh dari keimanan.

Imam mengangguk-angguk menyaksikan kultum di teve sebelum adzan Maghrib berkumandang. Keempatnya, bapak, ibu, Imam, dan adiknnya duduk di meja makan, sementara teve menyala.

"Andaikata simpanan Imam sudah capai nishab, bisalah sekalian berzakat mal," ayahnya mengingatkannya saat mereka bersantap hidangan berbuka puasa.

Imam terdiam. Gajinya selama ini pas-pasan. Dari gajinya yang senilai UMR, ia memberikan seperempatnya ke ibunya. Kira-kira yang bisa ditabungnya per bulan hanya Rp 1-1,5 juta. Kata teman-temannya, angka tabungannya itu sudah besar. Mereka salut Imam masih bisa menabung dan jumlahnya lumayan.

Jika dihitung-hitung sudah lima tahun Imam bekerja. Simpanannya lumayan, meski selama delapan bulan, penghasilannya tak pasti saat bergabung ke ojol. Kata-kata Bapak itu membuatnya merenung.

Keesokan harinya ia lupa membawa beras. Ia buru-buru ke masjid setelah adzan Isya berkumandang. Perutnya tadi mulas karena kebanyakan makan sambal saat berbuka puasa.

Masjid tempatnya mengadakan tarawih dengan protokol kesehatan yang ketat. Semua jamaah dan imam mengenakan masker. Shafnya juga diatur sehingga berjarak.

Dan hari ini ibunya langsung mengingatkan Imam untuk membawa beras. Ia menaruhnya di meja dekat pintu ruang tamu

"Jangan sampai ditunda lagi. Nanti lupa selamanya sampai lebaran..!" Ujar ibunya dengan dongkol.

Imam nyengir. Ia agak menyesal dulu bilang akan membayar zakat fitrah dengan beras. Jalan kaki sambil menggendong beras sepuluh kilogram lumayan juga. Akhirnya Imam pun naik motor. Ia langsung menggembok sepeda motornya dengan kunci ganda, was-was hilang.

Serah terima zakat akan dilangsungkan habis tarawih. Imam menitipkan berasnya ke ruang serbaguna masjid lalu menunaikan ibadah tarawih.

Ah akhirnya urusan zakat fitrah sudah beres ucapnya lega setelah ia dan pengurus zakat melakukan serah terima dan membaca doa. "Di sini juga terima Nak Imam bila ingin zakat profesi atau zakat mal," jelas Pak Wadi, pengurus zakat.

Imam lagi-lagi tercenung. Sesampai di rumah ia membuka aplikasi perbankannya. Ia melihat saldonya. Sebagian besar simpanannya dirupakannya dalam bentuk deposito dan reksadana pasar uang. Nilainya sudah mencapai Rp 73 juta. Hasil kerja kerasnya selama lima tahun ini.

Bila berdasarkan zakat profesi maka gajinya belum masuk nishab. Nishabnya 85 gram emas setahun yang masuk zakat profesi atau sekitar Rp6.65 juta per bulan berdasarkan harga emas belakangan ini. Tapi ada juga pendapat yang menyebutkan zakat profesi itu 2.5 persen berapapun gajinya.

Tapi jika berdasarkan harga emas sebesar Rp967.000,-/gram maka simpanannya belum melampaui Rp82.195.000,-.

Ia belum masuk sebagai mereka yang wajib berzakat mal. Tahun depan InsyaAllah ia bisa melakukannya.

Tapi Imam masih tak tenang. Ia pun memilih untuk berzakat profesi meski belum melampaui nishab. Gajinya sebulan Rp4,5 juta. Bila dikalikan 2,5% maka nilainya Rp112.500,-.

Ia saat ini masih bisa menabung Rp1-1.5 juta per bulan. Dengan dikurangi zakat, ia tetap masih bisa menabung.

Imam merasa pikirannya kembali cerah. Besok ia akan kembali datang ke pengurus masjid dan berupaya berkomitmen untuk bayar zakat profesi perbulannya. Siapa tahu tahun depan ia bisa membayar zakat mal.

Bukan hanya badannya saja yang bersuci dari hadats dan najis. Harta simpanannya juga perlu dibersihkan.

Imam merasa senang dan lega. Ia pun siap main gim lagi sebelum Ibunya datang dan mengingatkannya untuk perbanyak tadarusan pada 10 hari terakhir ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun