Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Belong Rinduku (Kenangan PERSAMI pramuka)

21 Maret 2024   16:59 Diperbarui: 21 Maret 2024   17:52 81 6
BELONG RINDUKU
DN Sarjana

Anak-anak kelas 2 SMA Nusa Bakti yang memilih ekstra pramuka sebenarnya kepingin PERSAMI dilaksanakan di sekolah dari pada di tepian hutan Belong. Yang namanya anak-anak pasti duluan ketakutan.

Konon tempat itu dikelilingi hutan di ujung desa. Namanya Desa Belong. Ada semacam sabana di pinggiran sungai.  Apa boleh buat mereka harus tunduk pada kakak pembina.

"Tidak ada lagi yang menyampaikan pilihan lain. Kita sepakat persami dilaksanakan di Belong."

"Tapi..." Latri mengangkat tangan. Ia memang dari SMPN 1 jagonya pramuka. Namun Randa mencegat ucapannya.

"Maaf tidak ada yang tapi-tapian. Ini keputusan sekolah. Yang tidak mau ikut, silahkan melapor kepada kepala sekolah."

Setelah bubaran, Latri menampakkan kekeselannya kepada Randa. Dia menjauh tak satupun bicara sama Randa. Randa adalah kakak pembina dari kelas 9. Ia bersama Novi, Janggo, Nia, dan masih banyak lagi sebagai kakak pembina.

Hari sabtu, pagi-pagi anak-anak sudah berkumpul di halaman sekolah. Persiapan pelepasan dilakukan oleh kepala sekolah. Tidak banyak sambutan yang diberikan. Cuman mengingatkan anak-anak agar berhati-hati.

Setelah bubar, peserta bergegas mengambil barang bawaan. Namanya kemah di tempat terbuka, banyak peralatan yang harus dibawa.

Tampak tiga truk telah menunggu. Mereka terbengok. Terutama yang perempuan. Dalam hati mereka bertanya: "Apakah kita naik truk?"

Terdengar suara lewat mikrophone." Ayo barang bawaan kalian dinaikan di truk nomer 1. Disana kakak pembina telah menunggu. Terus truk nomer 2 untuk siswa perempuan. Sementara truk nomer 3 untuk siswa laki-laki." Itu pengumuman yang disampaikan oleh pak Doyok.

Latri dan kawan-kawan terlihat kecut. Baru kali ini dalam hidupnya naik truk bepergian. Kata orang kita kayak sapi aja, pikirnya. Yaah, apa boleh buat. Sudah nasib.

Truk terus melaju. Penumpak bergoyang-goyang ketika truk melalui jalan tikungan. Memasuki daerah perbukitan jalan truk melambat. Maklum jalanan terus menanjak.

Tampak siswa perempuan mulai terbengong-bengok. Mereka mulai tertegun dengan pemandangan alam desa yang asri. Pepohonan di kanan kiri jalan tampak menjulang. Suasana udara yang fres dan cukup sejuk.

Tak lama mereka sudah sampai. Ternyata banyak pemuda desa sudah siap menyambut. Mereka mulai sibuk mendirikan tenda.

"Mas Randa, kami sudah siapkan tempat permandian untuk siswa perempuan di ujung selatan. Sementara yang laki di utara. Sudah lengkap sarana buang air sementara."

"Trims Mas Agung atas segala bantuannya."

"O ya, kami juga ada pumuda relawan laki dan perempuan. Mereka siap membantu."
Hari pertama perkemahan.
Dihari pertama, setelah semua perlengkapan sudah pada tempatnya, Randa membunyikan pluit panjang 3 kali. Semua siswa berlari berkumpul dilapangan.

Tak ketinggalan Latri. Ia bergegas berlari. Namun sayang, lupa membawa tongkat pramuka. Dia balik lagi. Sudah dipastikan Latri terlambat masuk barisan.

"Sini.., Adik perempuan yang baru datang. Baris di depan."

Perasaan Latri, mangkel dan jengkel. "Kok kejam banget sih," pikir Latri.

"Kenapa terlambat?"
"Siap, anu Kak, saya lupa bawa tongkat tadi. Lalu balik mengambilnya."

Tampak pemuda desa yang ada di samping Randa sedikit tersenyum.

"Besok-besok, adik harus siap semuanya. Ini bukti kalian belum bisa disiplin. Kali ini tidak ada hukuman. Silahkan masuk barisan."

Latripun berlari masuk barisan. Ada perasaan malu. Tapi senyum pemuda desa itu masih menggantung di hatinya.

"Adik, adik. Perkenalkan. Ini namanya Agung. Dia ketua pemuda desa. Dia sarjana kedokteran. Sementara mengabdi untuk memajukan desa." Itu perkenalan singkat dulu. Semoga adik-adik bisa berkenalan nanti. Silahkan catat no wa nya."

Setelah semua berjalan, tibalah saatnya mandi. Sore itu suasana perkemahan sangat menawan. Sinar merah jingga menerabas dari balik dedaunan. Rumput hijau membentang dan lekung aliran sungai ditingkahi cerug tebing, menambah indah dan menawan tempat ini.

"Win, kita mandi barengan ya. Aku takut sendiri." Kata Latri kepada Wiwin.

"Ya, Trik. Aku juga takut."

Sebelum berangkat, hp Latri berdering. Dilihatnya sepintas. Ternyata belum berisi nama. Latri mengabaikan dan bergegas mandi.

Ternyata tempat mandi walau hanya dibuat sementara, namun sangat menawan. Dibawahnya diisi kerikil lepas. Sementara dipinggiran ditanami tanaman paku. Dan tanaman liar di pegunungan. "Begitu indah, pikir Latri."

Sampai di tenda, hp Latri lagi berdering. Nampaknya ada SMS masuk. Latri lalu mengambi dan membaca.

"Dik Latri, maaf kakak mengganggu. Kakak dapat nomer dari daftar nama regu yang dikumpul. Malam nanti Kakak mau nyumbang lagu. Bersediakah nanti berduet?"


Perasaan Latri jadi deg-degan. Pasti ini ulahnya Randa. "Aku tak bisa nyanyi. Aduh, gimana ini?"

Dalam kebingungan Latri menjawab WA "Iyaaa.., tapi maaf saya tidak bisa nyanyi.

Malam harinya, bertepatan dengan malam minggu, acara diisi dengan RIGEM (riang gembira). Semua siswa dan regu menyiapkan atraksi.

Acara pun terus berlangsung.
"Adik-adik, Kakak kalian dr Agung akan menyumbangkan sebuah lagu. Mohon ketua regu mawar untuk bisa berduet."
Kakak Novi pembawa acara mengumumkan.

dr. Agung berdiri ke depan. Perpaduan celana putih dan baju kotak-kotak hitam putih menambah ganteng penampilannya. Latri merasa canggung menemani.
"Dari pada dihukum, aku nyanyi saja."

Iringan musik sudah siap. Lagu yang mereka pilih dengan melihat teks di hp. Judulnya  Masih Hatiku dinyanyikan Arsy dan Tiara.

dr Agung dan Latri terasa pas menyanyikannya. Kakak pembina dan seluruh siswa bertepuk gemuruh. Ucapan, cocoook, paaass..., beberapa kali terdengar.

Malam terus merajut hingga waktu semakin malam. Bintang-bintang mula menghilang karena awan datang menutupi. Dan akhirnya mereka tidur di kemah masing-masing.

Sementara Latri masih belum mampu memejamkan matanya. Terngiang syair yang dia bacakan.
"Aku tepat ada di sampingmu.
Bertahan menunggu satunya cintaku.
...."
"Sungguhkah aku untukmu?"

"Mengapa aku terkungkung dalam syair itu?" Latri membolak-balikkan bantal agar bisa melupakan kejadian baru san.

Mungkin karena lelah tidak tidur, hampir-hampir Latri terlambat bangun untuk balik kesekolah karena acara PERSAMI sudah selesai.

"Apakah kerinduan ku pada Belong dan dr itu akan terobati?" Hanya Tuhan pemberi jalan," pikir Latri sesampai di rumah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun