Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Mocca Latte And Tiramisu Story

26 Desember 2011   10:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 132 0
aku duduk disebuah café di salah satu mall di Jakarta selatan. Jakarta di bulan Februari. Menurut BMKG, bulan Februari seharusnya udah masuk musim penghujan. tapi Jakarta cukup terang sore ini, padahal waktu udah menunjuk ke pukul lima sore..

seorang pelayan menghampiri, ''selamat sore, bu? silahkan menunya...'
'
hmmm...''ibu'' apakah penampilan sudah kayak ibu2? batinku.

''thanx'' jawabku sambil melihat2 menu yang sudah ada didepan mataku....

hmmm....

mocca latté, machiato, espresso, capucino, kopi tubruk jawa...

risoles, tiramisu, banana chcolate, croissant, strawberry short cake, blueberry stuff....

perutku terasa sangat lapar, ya aku memang belum makan seharian ini..

dalam waktu dua menit, aku udah pastinya memanggil pelayan itu kembali.

dalam waktu kurang dari lima menit, hot mocca latté dan tiramisu....its done!

vöilà.... bon service!

café shop ini lumayan rame...hampir seluruh meja terisi dengan ''robot'' Jakarta yang menunggu macet reda dengan menghabiskan waktu sambil hangout, ngobrol, hotspotan, pacaran...istilah kerennya ''happy hour''.. gaya hidup....

*robot: yah, para pencari rezeki di Jakarta yang terjebak oleh kewajiban rutinitas ibukota'*

sesekali aku menyeruput mocca latté yang masih hangat...hmmm..nikmat...

Jakarta sangat membuat manusianya kangen akan santai atau liburan. manusianya biasa bahkan terlalu biasa bersahabat dengan jenuh, penat, macet, banjir, kumuh...tapi aku tetap tertarik menaklukkan ibukota.
kenapa aku bisa betah di Jakarta? semua ini karena pilihanku untuk mandiri tanpa fasilitas orangtuaku. seorang wanita, apalagi seusiaku pasti sudah menikah bahkan memiliki anak. para sahabat dan kerabat seusiaku telah memutuskan untuk berumah tangga. klasik, kewajiban, membahagiakan orangtua.
hmmm...kewajiban atau tuntutan ya?

mejaku amat strategis, dari sini aku bisa melihat seluruh penghuni café shop ini. variatif. ada yang manyun sambil melototin layar monitor laptop. ada pasangan yang ngobrol serius saling menatap penuh cinta. ada serombongan yang ngakak-ngakak karena salah satu dari mereka membuat lelucon. ada seorang wanita setengah baya yang membolak balik kartu tarotnya, hmm...peramal sepertinya...penampilannya exotis dengan jejeran gelang warna warni dikedua tangannya,matanya tajam, hiasan gothic dengan lipstik warna merah tua..menarik.
disudut café, seorang ibu yang sedang menyuapi macaroni panggang ke anaknya yang kira2 berusia 4 tahun. arah jam sembilanku, sorang wanita yang sedang menangis, kelihatannya pria disebelahnya sedang marah padanya..hmmm..ada apa ya?
Aku selalu terganggu dengan hal2 yang menyentuh hak dan kewajiban. Apalagi setiap orang, khususnya perempuan, apaun statusnya, selalu menuntut, dan harus dihargai hak2nya yang asasi. begitu pula sebaliknya.

sesekali jariku menaik turunkan kursor laptop yang hampir usang ini. mataku tertuju ke satu berita salahsatu media online ibukota, berita kasus pelecehan wanita. aku berfikir, kenapa wanita selalu menjadi objek pelecehan? apakah memang sudah nasib atau mereka yang memang tidak berdaya dalam hal apa pun? pernyataan diatas sangat membuat seluruh wanita di Indonesia bahkan di dunia akan marah! bahkan sejak terlahir, ''lah anak perempuan toh?, bukan lelaki?'' bahkan sebuah keluarga belum dikatakan utuh jika tidak mempunyai anak lelaki. ironis. krn lelaki lebih oke, lebih gagah, bertanggung jawab pada keluarga, lebih bisa bawa nama keluarga, bisa melindungi dan bisa dibilang lebih ''manusia''. sedangkan perempuan? hanya objek mainan, pembangkit nafsu, objek pelengkap penderita. aku mual mendengar paradigma atau bahkan stigma yang sudah mengakar pada masyarakat indonesia, bahwa seorang ibu berhasil melahirkan anak lelaki adalah suatu kebanggaan, bahkan zaman baheula dulu, seorang wanita atau ibu akan dikucilkan dan akan kehilangan hak sebagai ibu atau istri seseorang jika tidak mampu melahirkan anak lelaki.

hellllooo?

undang2 hak asasi, ketentuan2 perlindungan kaum perempuan dan anak2 sudah jelas dan resmi berlaku. tapi kenapa masih sering terdengar ketidak adilan yang dialami perempuan? kaum perempuan yang selalu dilecehkan, ''terpasung'' dalam rumah tangga, tak berani berbagi cerita dengan orang lain.
kasus pelecehan perempuan benar2 sangat merugikan dan membuat perempuan tak berdaya.
lebih ironis lagi perempuan yang memilih bekerja sebagai pemuas nafsu lelaki, dan tetap perempuan yang di ''anggap'' sumber masalah fenomena ini karena ''menyediakan'' kesempatan buat mereka berhidung belang. lagi (lagi) perempuan selalu berada dipihak yang lemah. parahnya KDRT, muka sembab, badan kurus kering, ketakutan, luka lebam sekujur tubuh, tak mampu memberontak, tak berdaya, takut diceraikan, mereka tak berdaya. semua tergantung suami, tergantung lelaki.
namun beruntung tidak seluruh perempuan mengalami hal2 menyakitkan seperti ini. ada juga yang bahagia dan hidup tentram, beruntung perempuan bahagia itu, punya lelaki baik, bertanggung jawab dan menghormatinya sebagai seorang istri dari dan ibu dari anak2nya.

***

tanpa aku sadari ini adalah sendok terakhir dari tiramisu pesananku. senja semakin memerah, aku masih duduk di café yang memiliki dekorasi vintage ini. makin ramai dan...

*alunan ringtone fuck you by lily allen dari telepon selularku..*

''halo....aku sudah di café biasa, kamu udah dimana?''
''oke, kita ketemu di depan 21 yah...''

***

setelah membayar bill pesananku, aku pun melaju ke lantai 3 untuk menemui sahabatku.
senja yang indah nonton film sambil mendengar curhatan sahabatku yang wajahnya lebam karena menjadi korban siksaan kekasihnya yang pengecut..

*speechless*

sahabatku tersayang korban pelecehan perempuan.

this manuscript i dedicate for womans in the world.

inspired by Rayni N. Massardi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun