Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Personal Branding Penyuka Sepak Bola yang Cerewet tapi Tidak Berisik

19 Juni 2021   16:01 Diperbarui: 19 Juni 2021   16:13 410 20
Cerewet tapi kok tidak (terlalu) berisik. Apa maksudnya?

Saya juga awalnya berpikir kalau orang yang cerewet berarti juga berisik. Tetapi, pada akhirnya, saya melihat bahwa orang yang cerewet belum tentu berisik.

Kenapa bisa begitu?

Pertama, orang cerewet biasanya punya alasan kuat untuk berbicara dengan rumus persegi panjang. Dia akan banyak berbicara kalau memang ada yang sangat perlu untuk dibicarakan.

Ketika dia sudah berbicara, biasanya susah untuk mengerem. Kecuali, kalau sudah sampai pada inti dari apa yang ingin dia katakan, maka dia akan mengakhiri ocehannya.

Kedua, orang cerewet biasanya tidak perlu dihentikan. Karena, dia akan tahu kapan dia harus menyelesaikan pembicaraannya.

Berbeda dengan orang berisik. Dia kadang tidak sadar kalau apa yang dia katakan sudah mengganggu orang lain. Lebih parah kalau harus membuat orang lain merasa sia-sia mendengarnya.

Kalau orang cerewet, dia sudah tahu dari awal kalau apa yang dia katakan bisa mengganggu perasaan orang lain. Makanya, orang cerewet juga tidak jarang terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara walaupun dia sangat ingin berbicara.

Ketiga, orang cerewet akan berbicara tentang keresahan. Selain adanya keharusan untuk membicarakan suatu hal, orang cerewet juga ingin membicarakan tentang apa yang membuatnya resah.

Berbeda dengan orang berisik. Dia akan cenderung suka membicarakan apa yang ia sukai tanpa peduli apakah yang mendengarnya juga suka atau tidak.

Kalau orang cerewet, dia masih perlu mengetahui apakah orang lain mau mengerti tentang apa yang ia bicarakan. Karena, orang cerewet terkadang masih butuh timbal-balik alias respon dari pendengarnya.

Kalau orang berisik, respon yang dibutuhkan adalah yang memperbesar gelora tentang topik pembicaraan. Bahkan, walaupun respon itu seperti hanya untuk menyenangkan dirinya, itu tidak masalah.

Selama dia merasa senang, "it's okay brother"!

Kira-kira, itulah yang saya ketahui tentang perbedaan cerewet dengan berisik. Orang cerewet masih perlu melihat momen, sedangkan orang berisik lebih memperhatikan kesenangan.

Itu yang kemudian saya tarik ke dalam pembahasan tentang pencitraan diri (personal branding) sebagai penyuka sepak bola. Sebagai orang yang menyukai sepak bola, saya tentu juga pernah berada di fase euforia terkait sepak bola.

Dulu, sewaktu masih sekolah, tiada hari tanpa membicarakan sepak bola dengan teman. Sedari SD kelas 4, kemudian SMP, hingga SMA yang sudah ditunjang dengan keberadaan media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Waktu itu juga ada Google+. Di situ, saya bisa melihat unggahan lebih lengkap tentang sepak bola dibandingkan dua media sosial bewarna biru tersebut.

Namun, soal keaktifan, Facebook pernah menjadi ladang saya untuk membahas apa saja terkait sepak bola. Bahkan, saya pernah menjadi admin Fans page (Halaman) kelompok penyuka klub sepak bola.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun