Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen: Si Pemuda dan Hantu Gunung

24 April 2021   01:36 Diperbarui: 24 April 2021   01:52 664 3
"Benar -- benar." Kata si pemuda.

"Benar -- benar melelahkan. Selama aku mencari air itu, aku harus melawan babi, naga dan lintah aneh." Katanya sambil menoleh ke belakang. Di belakangnya tampak puluhan orang gunung yang mati karena diserang lintah.

Si pemuda sekarang berada di dunia kunang -- kunang. Dunia itu dipenuhi ilalang dan banyak peri kecil beterbangan. Salah satu dari mereka menghampiri si pemuda.

"Aku tahu yang kau cari." Kata si peri.

"Oh ya?"

"Kau mencari air suci itu kan?"

"Darimana kau tahu?"

"Karena kami dulu sepertimu. Kami mengorbankan tenaga dan waktu kami untuk mencarinya, tapi gagal. Jadi jiwa kami penasaran dan menjadi kunang -- kunang seperti sekarang."

"Menyedihkan."

"Aku bisa membantumu menemukan air itu. Tapi kau harus menolong kami dulu."

Si pemuda  melihat sekelilingnya. Ia di tengah -- tengah dunia yang asing, dan bertemu dengan peri. Peri itu adalah orang yang mati saat gagal mencari air terjun. Ia merasa ada yang tak beres.

"Terimakasih, tapi sepertinya aku akan mencarinya sendiri."

"Air itu sangat jauh. Kau tidak mungkin bisa kesana seorang diri. Aku bisa mengantarmu lewat jalan pintas."

Si pemuda menimbang. Air terjun itu sangat sulit ditemukan. Dan orang -- orang saling berebut untuk mendapatkan keinginannya. Mereka banyak yang serakah dan licik.

"Tidak, aku tetap akan mencarinya seorang diri."

Saat ia hendak berjalan mencari air itu, si peri menghadangnya.

"Tampaknya kau tidak bisa diajak bermain. Baiklah. kalau begitu, tidak ada gunanya aku berpura -- pura lagi."

Lalu si peri itu, yang awalnya berbentuk mungil tiba -- tiba berubah menjadi sepotong kuku. Kuku manusia, lalu perlahan tumbuhlah jari -- jarinya, tangannya, lengkap dengan badan dan kepalanya. Ia tampak seperti orang biasanya. Hanya saja, ia tembus pandang.

"Sudah lama aku tak bertemu dengan orang yang keras kepala sepertimu." Lalu roh itu maju dan menyerang si pemuda.

Si pemuda berlari menembus ilalang. Ia ingin memakai tombaknya, tapi tak mungkin.

"Sial! Aku tak bisa melawan hantu itu dengan serangan biasa. Berpikirlah!"

Ia berlari tiada henti, dan lambat laun tenaganya menipis. Ia terpojok di bawah pohon besar, dan si hantu bersiap menghisap jiwanya. Saat si pemuda sudah pasrah menyerahkan nasibnya, ia merasa ada yang mengganjal di tangannya.

Ia melihat gagang tombak itu. Di atasnya ada semacam ukiran halus bertuliskan sesuatu. Ukiran itu berpendar, lalu si pemuda membacanya.

"Kdoo-Nyan!" Ucap si pemuda, menyebut mantra yang tertulis di gagang tombak itu.

Lalu anehnya, si hantu yang sudah di depan mata, tiba -- tiba memudar sedikit demi sedikit. Ia berteriak, mulutnya menciut, badannya menguap, lalu kembali menjadi seekor kunang -- kunang yang cahayanya redup.

Si pemuda masih terengah nafasnya. Tapi ia lega karena hantu itu sudah hilang dari hadapannya.

Setelah menata nyawanya, ia melanjutkan berjalan lagi.  Sampai akhirnya ia melihat tebing, tapi tebing itu aneh.

Ada semacam lubang yang melayang di atasnya. Dari jauh samar -- samar ia melihat, ada seorang tak dikenal sedang berdiri di bawah lubang itu.

Lalu orang asing itu masuk ke lubang itu. Si pemuda ingat perkataan orang gunung, kalau orang gunung sedang membuntuti dua orang asing yang juga mencari air itu.


Si pemuda tak tahu siapa orang itu. Tapi ia sudah terlanjur disana. Ia pun membuntuti orang itu diam -- diam, berlari dan melompat ke dalam lubang yang mengantarnya ke langit tanpa batas.

Tamat

Cerita sebelumnya:

Harapan Orang Gunung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun