Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Bahagia di Ujung Jemari

7 Maret 2025   20:39 Diperbarui: 7 Maret 2025   20:39 57 1

Puisi lirik tentang keindahan sederhana dan cinta yang abadi

Di bawah langit yang diam memeluk pagi,

bahagia menari, lembut bagai embun,

terselip dalam roti hangat yang retak di tangan,

dipotong dua oleh jemari kasar penuh cerita.

Aroma tepung dan doa ibu menguar pelan,

mengisi rongga dada dengan napas lama,

seperti pasar pagi di kampung tua,

tempat tawa dan tangis bercampur menjadi nyanyi.

Separuh gelas air, jernih bagai cermin,

mengalir dingin di tenggorokan yang haus,

majas hidup dalam setetesnya---

kehidupan yang sederhana, namun penuh rahmat.

Aku meneguknya perlahan,

dan dunia terasa lunak,

seperti tanah basah usai hujan reda,

mengajarkan bahwa cukup adalah puisi terindah.

Senyum anak kecil melompat di mataku,

polos bagai matahari yang lupa awan,

gigi mungilnya menyanyi tanpa beban,

menggenggam angin dengan tangan kecilnya.

Lalu, ada keriput tua yang tersenyum diam,

wajahnya peta waktu, sungai kenangan,

bibirnya bergetar, namun matanya bercahaya,

seolah berkata: "Aku telah menari dengan hidup."

Pelukan mama adalah lautan tenang,

dekapannya harum masakan dapur kayu,

jari-jarinya kasar, namun lembut bagai sutra,

menggenggam erat luka-luka yang kusebut rumah.

Di sana, aku tak lagi anak yang tersesat,

melainkan burung yang pulang ke sarang,

terbang rendah, menyanyi tentang cinta,

cinta yang tak pernah usai meski waktu berlari.

Aku pernah berlari, mengejar bayang,

roti emas, anggur tua dalam kristal dingin,

kusangka bahagia adalah mahkota megah,

yang harus kurenggut dari tangan dunia.

Namun angin berbisik di telingaku,

"Diamlah, lihat ke bawah, ke sampingmu."

Bahagia ternyata bukan buruan liar,

ia bunga liar yang tumbuh di tepi jalan.

Di pasar ramai, di dapur berasap,

di tawa anak dan bisik nenek,

bahagia menari tanpa sorot lampu,

murah bagai udara, dalam bagai samudra.

Aku belajar menciumnya dalam sunyi,

merengkuhnya dalam denting piring retak,

dan ketika hati berhenti bertanya "mengapa,"

aku tahu---bahagia adalah aku yang pulang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun