Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pacar Dari Sunan Kuning

24 September 2012   14:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 201 1



Adzan subuh di Kali Banteng
Gerak tubuh tak lagi enteng
Seribu peluh, seribu lenguh meruap penuh seisi loteng
Semalam tadi dia kugandeng,
sejak turun di Tanjung Mas tanpa tedeng

.....

"siapa kau,
mahasiswa ingusan,
pemuda tanpa tanggungan,
pengarang picisan,
lawa-lawa pelabuhan"


Aku bagian dari mereka
Yang kadang datangi kau dengan mengendap-ngendap penuh kemunafikan
Yang kadang mengakui kau sebagai niscaya,
menganggap kau penyelamat kutukan purba

"diancuk, tak perlu banyak ucapan
Seribu bait bualan tak bakal jadikan kau dapat gratisan"


Kembali aku mengukur tubuhnya,
sependalaman mata, menyingkap lipatan raga

Seribu kata padanya menyapa
Dia adalah Hetaerae,
yang anggun, cerdas dan terhormat di masa Yunani Kuno
Dia adalah Meretrice,
yang dihina, menggelandang di sudu-sudut kekaisaran Roma
Dia adalah ibu, saudari dan pacarku, andai kata keberuntungan menyingkiri nasib mereka

"kau percaya kita ini sama dengan binatang saja"

Binatang tak mengenal kemasyukan
Binatang tak mengenal impuls syaraf fitrah dalam badan

"kau percaya norma"

Sekedar saja,
tapi tidak yang dilampaui kesatuan gairah purba
Yang melepas penghalang tabu-tabu susila

"kau ini moralis gila,
seberapa kau yakini sorga"


Sepenuhnya,
sebesar kau ajari aku mencicipi nikmatnya

.....

Dan sisa subuh buat penghabisan ruruh
Seribu peluh seribu lenguh,
mengamini hakikat menubuh

-pada suatu ketika

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun