Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Pandemi Covid-19

24 Mei 2022   23:26 Diperbarui: 24 Mei 2022   23:32 46 1
     Sejak Januari 2020, wabah Covid-19 telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia . Di Indonesia, pemerintah merespon krisis melalui regulasi dan tindakan. Hanya dalam waktu tiga bulan, terhitung Januari hingga Maret 2020, sebanyak 15 peraturan terkait pandemi Covid-19 telah diterbitkan lintas sektor pemerintah . Badan Nasional Penanggulangan Bencana ditunjuk untuk memimpin percepatan penanganan Covid-19. TNI, Polri dan organisasi keagamaan dilibatkan dalam sosialisasi, edukasi dan mitigasi. Pandemi Covid-19 berimplikasi pada berbagai bidang kehidupan, sehingga memunculkan minat di kalangan peneliti dari berbagai disiplin ilmu, antara lain kedokteran, psikologi, dan linguistik. Di bidang linguistik, penelitian-penelitian sebelumnya mengungkap fenomena bahasa Covid-19 dari berbagai perspektif.
     Nor Fariza dan Adlyn Syahirah mengkaji pemberitaan tentang Covid-19 menggunakan analisis corpus-driven. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa kolokasi tentang Covid-19 mencerminkan ketakutan, kecemasan, dan ketidakpastian yang dirasakan oleh mayoritas masyarakat Malaysia. Olimat menemukan bahwa orang Yordania menggunakan bahasa disfemisme untuk mengurangi efek negatif dari wabah dan eufemisme untuk menciptakan percakapan yang lebih intim. Temuan penelitian menyoroti adanya bentuk komunikasi khusus bagi warga yang terkena dampak situasi pandemi. Karena komunikasi pemerintah yang tidak efektif selama pandemi Covid-19 dapat menimbulkan kebingungan, kesalahpahaman dan membawa dampak sosial bagi warga serta memperpanjang masa pandemi .
     Studi oleh Eriyanto dan Ali dan Olimat menetapkan bahwa studi tentang bagaimana pemerintah menggunakan strategi diskursif untuk menginspirasi warga belum diteliti, sementara studi Kim dan Kreps menunjukkan bahwa penelitian tentang bahasa yang digunakan oleh pemerintah dalam komunikasi di masa pandemi Covid-19 ini tepat waktu, meskipun studi seperti Kim and Kreps dan Rajandran telah dilakukan. Kajian Rajandran tentang ungkapan yang digunakan pemerintah dan warga negara untuk menggambarkan situasi pandemi Covid-19 mengungkap penggunaan metafora perang dari Perdana Menteri Malaysia dan Singapura. Metafora perang digunakan untuk membingkai aspek virus yang mencakup deskripsi, dampak di berbagai bidang, keterlibatan aktor, dan reaksi pemerintah. Skenario perang dapat meningkatkan kekhawatiran tentang ancaman dan tingkat keparahan Covid-19.
     Namun, pemerintah juga berkepentingan untuk meningkatkan moral warga dan menjaga kondisi psikologis warga. Penggunaan frasa yang menyiratkan ancaman pandemi yang terus-menerus akan membawa stres dan tekanan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan yang menginspirasi dan membangkitkan semangat seperti kita pasti bisa!, mari jadi pahlawan, tetap bahagia, dan jaga hati, diperlukan untuk menjaga suasana psikologis yang positif. Konferensi pers yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat membentuk beberapa bentuk ideologi dalam membentuk persepsi warga. Hal ini sejalan dengan temuan Abbas yang menyatakan bahwa pemberitaan Covid-19 telah digunakan untuk kepentingan ideologis. Penelitian tentang strategi diskursif terkait wacana pandemi Covid-19 diperlukan karena topik ini belum banyak digali. Seperti yang dijelaskan dan dibahas, penelitian sebelumnya hanya mempelajari topik seperti laporan surat kabar dan disfemisme . Temuan Nor Fariza dan Adlyn Syahirah menunjukkan bahwa virus tersebut berdampak baik secara ekonomi maupun sosial bagi Malaysia. Namun, beberapa kolokasi menggambarkan kontrol penuh pemerintah atas situasi tersebut. Studi berbeda yang dilakukan Olimat dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik menunjukkan bahwa teknik eufemisme lebih dominan dalam percakapan Covid-19 sehari-hari warga Yordania tentang Covid-19.
Sebaliknya, Olimat melaporkan bahwa Presiden Donald Trump memberdayakan disfemisme untuk membentuk pemikiran orang Amerika tentang bagaimana mereka harus berjuang melawan virus. Studi Nor Fariza dan Adlyn Syahirah dan Olimat menetapkan bahwa studi tentang strategi diskursif yang digunakan pemerintah untuk mengkomunikasikan situasi pandemi kepada publik belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk strategi diskursif yang digunakan oleh juru bicara pemerintah Indonesia dalam wacana konferensi pers. Studi ini akan memberikan wawasan tentang studi bahasa selama situasi pandemi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun