Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

“Ini Menyangkut Harga Diri”

6 Oktober 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:40 188 0
Penumpag Airbus 330 Garuda Indonesia sudah ngedumel karena sudah menunggu lebih dari 1 jam di dalam pesawat yang membawa Rombongan Kepresidenan Republik Indonesia menuju Belanda untuk menerima pengakuan tertulis Kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Hiks! Akhirnya terpaksa para rombongan yang telah pamit ke keluarganya ini harus kembali lagi ke rumah masing-masing dengan tidak sempat membawa oleh-oleh dari Belanda.

Menurut SBY, RMS dibalik ini semua. Komentar-komentar bermunculan di media, segala macam dan jenis orang berkomentar (termasuk saya). Fokus saya adalah soal komentar, “Ini menyangkut harga diri dan kehormatan kita sebagai bangsa. Saya tahu itu adalah pengadilan biasa, tapi ini menyangkut harga diri,” kata SBY. (Dumai Pos, Rabu 6 Oktober 2010, Hal. 1)

Saya sangat prihatin sekali membaca komentar SBY tersebut. Sedikit kita flash back ke tanggal 3 Juli 2003, 5 buah pesawat F/A 18 Hornet Amerika melakukan manuver di atas kepulauan Bawean (http://adiewicaksono.wordpress.com/2009/01/15/insiden-bawean/), berapa orang dari bangsa ini yang bilang ini telah menyangkut harga diri kita sebagai bangsa?

Sekian lama Malaysia mengelola aset pariwisata di Pulau Sipadan dan Ligitan dan kita dengan tenang menjadi penontonnya,  berapa orang dari bangsa ini yang bilang ini telah menyangkut harga diri kita sebagai bangsa?

Belum lagi nasib yang dialami oleh TKI-TKI kita yang mendapatkan perlakuan tidak semestinya, aset bangsa seperti rendang, angklung, tari pendet hingga reog ponorogo di ambil Malaysia, sampai kejadian pejabat pemerintah ditarik paksa dari wilayah Indonesia dan dimasukkan ke dalam sel tahanan di Malaysia,  berapa orang dari bangsa ini yang bilang ini telah menyangkut harga diri kita sebagai bangsa?

Untuk kejadian terakhir, dimana harga diri yang disebut SBY di atas, apakah hal tersebut tidak menyangkut harga diri?

Dan saat RMS yang hanya berisikan sekelompok orang yang merasa dizalimi oleh rezim Soeharto yang memang keberadaannya semestinya tidak dipedulikan justru menjadi pertimbangan penting SBY. Artinya apa yang telah dilakukan SBY adalah secara tidak langsung mengakui keberadaan RMS tersebut. Fatal sekali tindakan SBY ini.

Banyak yang perlu di atur oleh SBY. Siapa orang yang mengatur perjalanan SBY ini? Masa tidak bisa menemukan waktu yang tepat untuk SBY berkunjung ke Belanda? Apakah Diplomat dan intelejen kita sudah tidak bisa bekerja lagi dengan baik dan benar?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun