Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie

Ingat-Glenmore-Ingat-Lontong-Campur

17 Januari 2014   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 613 1
Kiptiyah yang sempat hilang dari dunia kuliner campur akhirnya kembali setelah beberapa tahun hidup di Madura. Usaha campur yang dulu dia tinggalkan dihidupkan kembali dengan cita rasa yang lebih menggigit. Di pagi hari, dia menjual campur di Pasar Glenmore. Sedangkan di malam hari dia membuka warung tenda di ujung selatan pasar. “Para penjual campur di Glenmore masih punya hubungan kekerabatan,” kata Kiptiyah. Jumlah pembeli biasanya bertambah pada malam minggu atau hari libur. “Paling ramai kalau malam Idul Fitri dan selama Idul Fitri,” katanya. Kuliner ini memang diwariskan secara turun temurun, terutama di lingkungan keluarga besar Samsuni. Selain Kiptiyah, usaha campur milik Mbok No kini diteruskan oleh anaknya karena usia si ibu sudah cukup lanjut. Begitu juga dengan usaha campur milik Sulasi yang dilanjutkan oleh anaknya karena faktor kesehatan. Lokasi berjualan pun tak pernah berjauhan, hanya di sekitar pasar Glenmore. Meski awal mula campur diwariskan turun temurun, kini penjual campur tidak terbatas pada keturunan atau kerabat Samsuni. “Sekarang sudah mulai banyak yang jualan campur,” katanya. Bahkan tidak jarang di musim-musim tertentu muncul penjual campur dadakan. Misalnya, dua hingga tiga hari lebaran Idul Fitri, banyak penjual campur dadakan muncul. Kemunculan mereka karena warga Glenmore di perantuan biasanya pulang kampung dan mencari makanan khas ini. Harga seporsi campur, biasanya satu piring terdiri dari empat sampai lima potong lontong, yang disiram sambal kacang dan kuah merah tidak lebih dari Rp 5.000,- Cukup bersahabat dengan kantong, terutama bagi kaum perantuan. Jadi, jika anda berkunjung ke Glenmore, tidak afdol rasanya jika tidak mengudap makanan ini. Ingat Glenmore, ingat campur. (jlj/iqbal fardian)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun