Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Hik, Sebuah Nama yang Melegenda

31 Agustus 2018   20:36 Diperbarui: 1 September 2018   05:30 292 0
Nama hik begitu familier di Kota Solo dan sekitarnya. Tetapi tidak bagiku, sebagai pendatang baru selepas SMA di tahun 1993 dan menjadi anak kost untuk kuliah di kota tersebut, pada waktu itu nama hik begitu asing bagiku.

Hik adalah nama sebuah tempat makan dengan gerobak makanan dalam suasana malam yang remang-remang. Dengan lampu minyak, tutup terpal dan bangku panjangnya, serta tempat seadanya menjadi ciri khas hik tersebut. Terkadang juga menyediakan satu dua lembar tikar usang. Gerobak makanan itu berisi aneka macam camilan, gorengan, dan nasi bungkus dalam porsi sedikit yang biasa disebut dengan nama nasi kucing.

Teringat dulu ...
Hik sebagai tempat favorit bagi anak-anak kost dan orang-orang yang suka begadang untuk nongkrong dan bertukar cerita. Awalnya Aku menyebutnya angkringan ... bahasa dari Jogja karena memang Aku berasal dari sana. Hik menyajikan menu makanan yang beragam dan seleranya wong cilik. Orang makan di hik tidak pernah mengenyangkan walau sudah banyak duit dibelanjakan di sana.

Secangkir teh, jahe, kopi panas atau wedang cemui ... minuman khas Solo, serta beberapa bungkus kacang kulit dan gorengan adalah menu yang biasa tersaji untuk menemani ngobrol hingga dini hari.

Penasaran dengan nama hik tersebut, Aku mencoba googling di internet. Dari Wikipedia disebutkan nama Mbah Pairo yang berjualan makanan kecil dan minuman dengan cara dipikul dan ngider berkeliling keluar masuk kampung sambil berteriak "hiik ... iyeek" dan memukul piring, mangkok, atau gelas menggunakan sendoknya. Sehingga orang menyebutnya dengan julukan thing-thing hik, dan lebih gampang disebut hik. Sebagian orang mengartikan hik singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.

Aku juga mencari informasi dari pemilik warung dan orang-orang sekitarnya. Tetapi mereka sendiri tidak tahu pasti awal mula nama hik tersebut. Bahkan teman-teman asli Solo pun demikian juga.

Lama berselang hingga Aku lulus kuliah dan bekerja di kota ini, hik tetap eksis menghiasi kehidupan malam di kota Solo. Entah kenapa Aku teringat kembali dengan hik ini yang telah memberikan sedikit banyak kenangan. Tentang aktivitas begadang dan kehidupan malam bersama teman-teman kuliah dulu. Dan Aku teringat kembali sekelumit cerita dari orang tua di kampung tempat Aku indekos yang mungkin dapat menjadi versi lain tentang asal-usul nama hik tersebut. Versi ini lebih menarik bagiku dan menurutku mendekati kebenaran ceritanya.

Sejak dulu hik memang identik dengan dunia malam hingga erat kaitannya dengan kalangan muda yang menyukai dunia sempoyongan. Mereka berkumpul dan begadang hingga pagi menjelang. Bukannya teh, jahe, kopi atau wedang cemui yang mereka minum, tapi mereka lebih menyukai alkohol atau ciu untuk menghangatkan badan. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun