Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Di Perempatan Pelangi

30 April 2019   17:26 Diperbarui: 30 April 2019   17:40 31 5
Seperempat abad bukanlah waktu yang singkat
coba kalikan dengan tiga ratus enam puluh lima hari
ditambah satu empat tahun sekali
mungkin tubuh-tubuh kita sudah jamuran
disimpan dalam kelembaban angan

Adakah kaupahami?
peristiwa di perempatan pelangi
terasa menghunjam sampai ke dasar hati
kian lama kian memadat, tergilas putaran hari
-seperti jalan makadam yang selalu kita lewati-
meski pori-pori tetap menyerap hujan
justru terasa kian mencengkeram

Sesingkat perjalanan kita -di ranah asmara-
tiada seujung kuku;
dibandingkan perjalanan seperempat abad kita
-menggandeng gerbong-gerbong kereta kita masing-masing-
nampaknya kita sudah saling melupakan

Namun seperti spora jamur dalam naungan kelembaban
jiwa-jiwa kita yang saling bertautan
seakan tak berhenti mencari
dia tetap tumbuh di sela-sela akar
di keremangan pagi dan petang

Di perempatan pelangi -hanyalah secuil drama abadi-
kauantar aku pulang, lalu kau selamanya menghilang

Musim-musim yang terus bergilir,
mengendapkan segala unsur yang terkubur
memadat dan memadat di dasar jiwa
seiring bergulirnya matahari -yang terasa menggerinda hati-

Kuingat rengkuh ragumu di jok warna kelabu
namun matamu berpendar bak pelangi
terasa menggerus perasaan -seperti mimpi-
setengah terjaga, tetap kutiti hari-hari -menunggumu kembali-

Seperempat abad kini; kau memang kembali
dengan kerut wajah menua; namun dengan cinta yang sama
aku tak mampu tak tergoda
menghidupkan kenangan,
-dengan sukma dan raga yang berseberangan-

Meski kita sama: takkan berhenti di perempatan pelangi lagi

Meski kita sama: tetap melarak gerbong-gerbong kita
ke jurusan yang berbeda

Namun di stasiun ini, kita tak bisa menahan hati
untuk saling memuntahkan mimpi
untuk saling mengabarkan rindu -yang terkubur kaku-

Seperempat abad sampai kini
di perempatan pelangi

Bekasi, 2017/03/20

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun