Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Anda orang “lama”? Pasti kenal lagu Iwan Fals tersebut. Apa yang anda bayangkan tentang sosok seorang guru? Jawabannya tak jauh dari sosok seorang Oemar Bakri......bersepeda, bersafari, bertas kulit yang kehadirannya dinantikan dan disambut para siswanya dengan ciuman tangan. Tapi sayang, meski banyak menciptakan Menteri (pejabat), professor, dokter dll. Gajinya tetap dikebiri. Dan, sebagai imbalannya lagu “Pahlawan Tanpa Jasa”lumayan buat hiburan.
Namun, bagaimana pun saya bangga menjadi seorang guru. Pun, keluarga saya. Kenapa?
1.
Keluarga saya adalah Keluarga Guru
Jauh sebelum menjadi guru, saya melihat profesi guru adalah profesi yang mulia. Bagaimana seorang guru mendapat tempat yang baik di masyarakat. Bukan secara materi namun secara sosial. Kalau secara materi saya sudah paham. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana kehidupan kakak, pakde, saudara sepupu, mertua secara materi. Mereka sangat sederhana. Namun, saya tahu bahwa dalam keserhanaan itu mereka menikmati kebahagiaan. Mengapa alasan materi tak saya sampaikan? Karena saya dan keluarga saya jadi guru, jauhhhhhhhh sebelum program tunjangan sertifikasi ada. Jadi, kalau ada yang berpendapat mengapa status dan profesi guru kini banyak dipertanyakan, cukup dikembalikan ke individu masing-masing. Mengapa mereka mau menjadi guru. Karena sertifikasikah? Karena gaji tinggikah? Jadi tidak aneh ada sarjana non kependidikan yang “memaksakan” diri menjadi guru karena tak mampu bersaing di jurusannya. Okelah, secara keilmuan orang ini mampu. Bagaimana secara ilmu keguruan? Mendidik anak bukan Cuma sekedar transfer ilmu namun menuntut penguasaan ilmu pedagogik.
2.