Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Cetak Generasi Emas Indonesia 2045, Cegah Stunting dengan Lengkapi Imunisasi Dasar Lengkap

13 Agustus 2022   01:03 Diperbarui: 14 Agustus 2022   02:25 213 1

Jatisari, Mijen, Kota Semarang (13/07/2022) - Indonesia mengalami bonus demografi pada tahun 2045. Pada saat itu, sebagian besar penduduk Indonesia berusia produktif dan diprediksi menjadi tahun generasi emas Indonesia.  Namun, mempersiapkan generasi emas Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah. Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi anak di Indonesia yang tentunya dapat menghambat momentum generasi emas Indonesia 2045.  

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan tinggi standar anak seusianya. Angka kejadian stunting di Indonesia sendiri menduduki posisi ke 2 tertinggi di Asia tenggara. Kasus stunting di Indonesia pada 2021 berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% dan  masih belum memenuhi target penurunan prevalensi stunting yang terdapat di dalam RPJMN dan SDGS yang diharapkan pada tahun 2024 akan mengalami penurunan menjadi 14% dan pada tahun 2030 menjadi 10%. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan pada 2021, dari 44.058 balita di Kota Semarang, 3,1% diantaranya menderita stunting. Kecamatan Mijen menjadi salah satu dari 25 kecamatan yang menyumbang angka kejadian stunting tertinggi di Kota Semarang. Meskipun saat ini kejadian stunting pada baduta ataupun balita di Kelurahan Jatisari tidak terlalu tinggi.  Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kejadiannya mengalami peningkatan.

Stunting dipengaruhi secara langsung oleh penyakit infeksi dan imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak supaya tidak terkena penyakit. Tidak lengkapnya imunisasi dapat menyebabkan imunitas balita menjadi lemah, sehingga mudah untuk terserang infeksi. Balita yang mengalami infeksi jika dibiarkan dapat berisiko terjadinya stunting. 

Berdasarkan data rutin terbaru Kementerian Kesehatan RI cakupan imunisasi dasar lengkap telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi COVID-19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021. Selain dikarenakan rasa takut orangtua terhadap penularan virus COVID-19 pada anaknya, masih terdapat penolakan orang tua dalam pemberian imunisasi dikarenakan anggapan yang salah yang berkembang di masyarakat tentang imunisasi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya imunisasi masih harus terus digalakan sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.

Azkia Rahma Izzati, mahasiswa tim II KKN Universitas Diponegoro dari Fakultas Kedokteran memberikan penyuluhan terkait pentingnya imunisasi dasar lengkap sebagai salah satu upaya mencegah stunting. Penyuluhan dilakukan kepada ibu-ibu dan kader Posyandu Dahlia I RW 01 Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang pada Rabu, 13 Juli 2022. Penyuluhan yang diberikan meliputi materi pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, akibat yang ditimbulkan bila tidak diimunisasi, jenis-jenis imunisasi, jadwal imunisasi dasar lengkap, mitos dan fakta seputar imunisasi, serta kipi akibat imunisasi. 

Penyuluhan dilakukan dengan pendekatan diskusi sehingga terjalin komunikasi secara dua arah dan penyuluhan berjalan dengan interaktif. Peserta juga dibagikan leaflet yang berisi materi pentingnya imunisasi sehingga saat penyuluhan berlangsung bisa sambil membaca dan memahami materi yang disampaikan. Di akhir penyuluhan terdapat sesi tanya jawab. Para peserta aktif bertanya terkait materi yang disampaikan penyuluh. 

Dari terlaksananya penyuluhan ini, harapannya dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ibu-ibu dan kader posyandu Dahlia I, Kelurahan Jatisari mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap sebagai salah satu upaya dalam mencegah stunting sehingga dapat ikut berkontribusi menurunkan kasus stunting di Indonesia dan dapat tercapai generasi emas Indonesia 2045.


Azkia Rahma Izzati - Mahasiswa Tim II KKN Universitas Diponegoro

DPL : Roro Isyawati Permata Ganggi, S.IP, M.IP


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun