Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop Artikel Utama

ISIS yang Saya Kenal

21 Maret 2015   18:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 888 2
Setelah berminggu-minggu hanya berdiam diri, sambil menjadi silent reader berbagai tulisan yang membahas soal ISIS di Kompasiana, akhirnya saya merasa perlu juga berbagi sedikit pengalaman "Berhadapan" dengan kelompok "Jihad" yang brutal dan menakutkan itu.

Seiring pemberitaan soal ISIS yang kian gencar di berbagai media Indonesia, banyak orang mencoba menulis tentang ISIS dan sepak terjang kontroversial mereka yang sepanjang tahun ini sangat menarik perhatian masyarakat dunia. Namun sebahagian besar tulisan itu hanya berdasar gambaran yang diperoleh dari media-media mainstream yang kita kenal. Sementara kalau kita perhatikan, hampir sebahagian besar media itu tidak pernah mengabarkan dan menjelaskan secara mendetail, apa itu ISIS? Dari mana asal-muasal mereka? Siapa yang menciptakan? Dari mana mereka mendapat kekayaan dan dana yang sangat besar? Bagaimana mereka bisa berkembang begitu cepat, dari sebuah kelompok kecil perlawanan gerilya di Irak menjadi kelompok teroris skala raksasa dunia?

Jawabnya:  TIDAK PERNAH DIULAS SECARA BENDERANG. Entah disengaja atau tidak, yang diulas di media hanya kisah teror, eksekusi, pemenggalan dan aksi biadab yang mereka buat. Hanya itu.

Awal tahun, tepatnya akhir February 2013 kebetulan saya ditugaskan meliput proses evakukuasi TKI kita yang jumlahnya hampir 12.000 orang di Suriah. Pertempuran antara tentara pemerintah dan FSA yang kian masif di berbagai kota, membuat keadaan di negeri yang dulunya sangat indah itu semakin buruk dan berbahaya bagi siapa pun. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kemenlu memutuskan untuk mengevakuasi TKI kita (hampir sebagian besar adalah TKW) dari zona perang dan memulangkan mereka ke Tanah Air.

Namun jumlah TKI yang tersebar di berbagai tempat, jumlahnya belasan ribu dan tidak terdata dengan baik membuat proses evakuasi sangat sulit, hampir mustahil dan sudah pasti sangat berbahaya. Tidak mudah bagi siapa pun keluar-masuk wilayah perang yang penuh kecurigaan dan desingan peluru serta dentuman rudal. Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami menyala, mencari warga negara Indonesia di tengah kecamuk perang Suriah adalah nyawa taruhannya bila melakukan kesalahan sekecil apa pun.

Salah langkah dan perhitungan, kita bisa ditangkap oleh para pihak yang bertikai. Kalau dari tentara Suriah atau milis Hizbullah yang menangkap, masih enak ditanya-tanya identitas. Dan kalau mereka tahu kita berasal dari Indonesia biasanya akan segera mereka lepaskan.

Tapi kalau dari pemberontak, maka hanya Tuhan yang mahatahu seperti apa nasib kita. Sebab FSA terdiri dari banyak milisi-milisi tak dikenal dengan banyak motif memerangi Assad. Banyak orang asing dan wartawan peliput yang langsung ditembak di tempat atau bahkan tewas disambar peluru penembak gelap. Saya sendiri sempat menyaksikan seorang jurnalis dari ANNA NEWS, Rusia, langsung gugur seketika, saat kepalanya pecah dihantam sniper di dalam mobil. Otak dan serpihan tulang terburai memenuhi kabin.

Namun walau seberbahaya apa pun, Presiden SBY kala itu menekankan proses evakuasi warga Indonesia harus berlanjut apa pun risikonya. Oleh karena itu, pihak Kemenlu membentuk gugus tugas khusus untuk melacak, mengevakuasi dan menyelamatkan para TKI di mana pun mereka berada.

Karena tugas ini amat sangat beresiko, gugus tugas khusus ini diisi bukan oleh orang-orang sembarangan. Mereka diambil dari personil khusus yang ahli menyusup, infiltrator dan sudah berpengalaman keluar-masuk wilayah perang mencari info tanpa terdeteksi kehadirannya. Datang dan pergi seperti angin. Tentu saja untuk tidak menimbulkan kecurigaan, kehadiran mereka disamarkan sebagai staf kedutaan resmi. Saya tidak tahu dari mana mereka berasal. Yang pasti orang-orang ini mampu melakukan tugasnya dengan sangat baik, mampu melacak keberadaan para TKI dengan info yang sangat minim, rapi dan tanpa seorang pun TKI kita yang tewas, bahkan terluka selama proses evakuasi dan menyelamatkan mereka sepanjang perjalan ke Libanon Selatan. Padahal jumlah nyawa manusia yang harus mereka selamatkan ada belasan ribu! DI TENGAH PERTEMPURAN PULA! Hebat bukan? Siapa mereka. Saya tidak  bisa mengatakan siapa mereka di sini, karena bahkan nama mereka saja dirahasiakan.. he..he

Di lain itu,  untuk menjamin keselamatan para petugasnya di lapangan, Kemenlu juga menjalin kontak dengan berbagai pihak yang bertikai, baik dari FSA yang berbasis di Turki maupun dengan pihak pemerintah di Damaskus. Setelah berhasil menjalin kontak dan kode sandi diberikan agar tidak diganggu dalam pelaksanaannya, maka operasi cari dan selamatkan TKI pun dilakukan.

Saat itulah, sepanjang liputan operasi penyelamatan yang berlangsung hampir delapan bulan, saya "berkenalan" dengan berbagai pihak yang saling bertikai. Salah satunya adalah DAI yang belum mejelma menjadi ISIS sebagai bagian dari gerilyawan di bawah payung FSA (Free Syrian Army).

SIAPA SEBENARNYA ISIS? BAGAIMANA ISIS BISA BERKEMBANG BEGITU CEPAT, DALAM HANYA SETAHUN BERUBAH MENJADI ORGANISASI PALING KAYA, PALING BRUTAL, MEMATIKAN, DAN PALING MASIF MENIMBULKAN KERUSAKAN DI TIMUR TENGAH?

Well, sebagaimana Al Qaeda di Afganistan yang dibentuk oleh CIA Bersama dengan DR Abdullah Azzam dan Osama bin laden dengan nama sandi "BASIC' yang artinya dalam bahasa Arab AL  QAIDAH sebagai wadah perjuangan para Mujahidin asing di Afganistan tahun 1979, ISIS juga adalah anak durhaka Amerika Serikat di Suriah.

Tahun 2006, setelah Abu Musaf Al Zarqowi pentolan Al Qaeda di Irak tewas, berdiri satu kelompok kecil gerilayawan jihad di Mosul. Di tengah keadaan Irak yang compang-camping oleh ketiadaan hukum dan timbulnya kemerosotan moral akibat invasi Amerika, skelompok kecil pemuda dan gerilyawan bermimpi mendirikan sebuah negara Islam di Irak yang mampu menjawab semua keresahan mereka terhadap keadaan. Mereka kemudian menamai kelompok mereka DAULAH ISLAM IRAQ (DAI) di bawah pimpinan Abu Umar yang setelah tewas digantikan oleh seorang pemuda tidak dikenal bernama Abu Bakar al Baghdadi. Siapa dia? Sangat sulit melacak jejak asal-usulnya. Konon, dia adalah orang Irak yang pernah direkrut dan didik oleh Mossad, tapi info itu juga masih diragukan kebenarannya.

Namun hingga tahun 2011, organisasi gerilyawan ini tidak pernah menjadi gangguan yang berarti, baik bagi tentara Amerika maupun pemerintah Irak. Selama 5 tahun berdiri, mereka tidak punya uang, tidak punya akses pada persenjataan berat dan kekurangan sumber daya manusia, karena walau mereka mengaku ingin mendirikan negara Islam, tindak-tanduk mereka yang cenderung brutal (pemenggalan di depan umum, pembongkaran makam-makam para sufi yang dihormati dll.) membuat mereka dihindari penduduk Mosul dan Falujjah, sekali pun kedua penduduk kota itu sangat anti dengan Amerika dan pemerintahan di Baghdad. Masyarakat Irak menggelari mereka sebagai kelompok radikal Khawarij atau Islam takfiri karena kegemaran mereka mengkafirkan dan menghalalkan darah siapa pun yang tidak sependapat dengan mereka. Sekali pun itu seorang ulama.

Hingga jalan takdir menentukan lain. Tahun 2011 oposisi Suriah yang tergabung dalam SNC (Syrian National Council) mendirikan sebuah sayap militer untuk melakukan perlawananan terhadap pemerintahan Bashar al Assad. Namanya FSA. Namun karena kekurangan sumber daya manusia, dana dan persenjataan, pihak tentara pembebasan Suriah -yang hanya terdiri dari militer pelarian dan segelintir kecil penduduk sipil- mengundang berbagai pihak di berbagai penjuru untuk membantu perjuangan mereka.

Tentu dengan berbagai propaganda yang mencoba membuat buruk wajah rezim Assad. Misalnya penggambaran rezim Assad yang kejam dan biadab terhadap kaum Sunni. Salah satu proganda keji oleh FSA yang sempat membuat saya jijik adalah bagaimana sekelompok anak-anak kecil diculik lalu dibunuh, kemudian diperlihatkanlah ke seluruh dunia bagaimana seorang "bapak" meraung-raung menangisi "anak-anaknya" yang terbunuh oleh kekejaman Assad.

Viralnya dengan cepat menyebar di media sosial. Pemandangan itu tentu saja sangat mengundang iba dunia, Kutukan pun mengalir kepada pemerintahan tiran Al Assad. Namun sesungguhnya semua itu rekayasa belaka. Sebab anak-anak yang terbunuh itu sebenarnya adalah penghuni panti asuhan yang dikelola sebuah missi kristen Ortodok Antiokia di Aleppo. Semua itu terbongkar setelah seorang suster dan pengasuh panti asuhan itu selamat dan melarikan diri ke Libanon Selatan lalu menceritakannya kepada publik. Perang di mana-mana memang biadab, tapi belum pernah saya lihat sejahat ini. Menghalalkan segala cara, persis kelakuan kartel narkoba Mexico.

Meski sejatinya ini hanya proganda dan tidak menggambarkan kondisi sebenarnya di Suriah, namun banyak pihak yang terpengaruh dan datang berbondong-bondong ke Suriah untuk berjihad melawan rezim Syiah AlAssad yang katanya sesat dan brutal. Salah satu grup yang kemudian ikut bergabung bersama FSA untuk memerangi Assad adalah DAI dari Irak. Meski kehadiran DAI sempat diperdebatkan di kalangan pejuang oposisi, namun FSA yang kekurangan sumber daya manusia tetap mengijinkan mereka bergabung.

Hingga awal dan pertengahan 2013 kemajuan FSA tidak mengalami kemajuan berarti. Walau sudah dibantu oleh berbagai milisi asing dan didukung Barat, Amerika, Arab Saudi dll. Tentara Suriah yang dibantu Hizbullah dan Iran serta diam-diam didukung Rusia bahkan banyak berhasil memukul mundur FSA di berbagai front pertempuran.

Hingga bulan Mei 2013, saya mengenal ISIS yang kala itu masih bernama DAI bersama FSA dan Jabalh an Nusra, adalah pasukan compang-camping, tidak berdaya dan hanya tersisa semangat tempur. Saya tidak pernah membayangkan bahwa dari pasukan gerilya kuyu-kuyu, miskin dan tidak tahu taktik bertempur, mendadak bisa berubah menjadi wujud yang sangat mengerikan, kejam tanpa ampun, punya taktik mumpuni dan sulit dihentikan dalam sekejab.

DARI MANA SEMUA ITU DIMULAI?

Dari sini;

Bulan juni 2013, ketika FSA dan semua kelompok gerilya yang mereka payungi mulai di ambang kekalahan, komandan FSA, Jenderal Salim Idris memohon bantuan kepada Amerika dan sekutunya, dana, sarana latihan dan persenjataan. Bila tidak, FSA akan musnah hanya dalam hitungan bulan.

Amerika dan sekutunya segera merespon permintaan itu. Bekerja sama dengan Inggris, Arab saudi, Qatar, Bahrain, Turki, Jordania, dan Israel membentuk sebuah "yayasan" di Kota Bab al-Hawa, sebuah kota perbatasan strategis dan jadi basis terkuat oposisi Suriah SNC. Tentu saja di permukaan yayasan jadi-jadian ini tidak ada urusannya dengan perang saudara di Suriah. Yayasan ini disamarkan jadi sebuah badan amal yang hanya mengelola "dana bantuan" bagi para pengungsi Suriah. "Dana-dana bantuan" senilai milyaran dollar itu, tentu saja datang dari berbagai "donatur dan orang-orang kaya" serta "hamba-hamba Allah dermawan"  yang tidak ingin dikenal, namun peduli dengan penderitaan rakyat Suriah. Hebat nian.

Selain itu, di beberapa tempat di sepanjang garis perbatasan Turki juga didirikan kamp-kamp latihan tempur, pusat komando dan pusat pelatihan perang retorika dan perang urat syaraf bagi para pejuang FSA, termasuk DAI di dalamnya. Lagi-lagi pusat pelatihan itu berhasil disamarkan dengan baik sebagai kamp pengungsi yang dikelola FSA. lalu bagaimana saya bisa menyimpulkan itu pusat pelatihan komando? Sementara tempat itu disamarkan? Sok tahu banget saya ya? he..he...ketika akan memasuki Suriah bersama rombongan, atas izin otoritas Turki, kita sempat diantar dan bertemu dengan seorang kolonel FSA untuk meminta izin memasuki Suriah kala itu. Kita bisa sedikit menilai bagaimana seharusnya kamp pengungsi diisi oleh para orang tua, perempuan dan anak-anak berwajah memelas, namun ternyata penghuninya adalah laki-laki sehat, tegap, sangar dengan mata menyala semua.

Untuk mendapatkan persenjataan bagi FSA sembari memikirkan bagaimana jejak Amerika dan sekutunya tidak tercium dalam konflik di Suriah, Amerika CS melakukan taktik  yang sama dengan apa yang mereka lakukan semasa di Afganistan...miliaran dollar diberikan kepada Pakistan untuk membeli persenjataan dari Indonesia. Indonesia kemudian mengirim senjata itu ke Pakistan yang kemudian dialirkan ke para Mujahidin yang diorganisir Al Qaidah. Maka terlihatlah Indonesia sebagai negara muslim yang membantu saudara seakidahnya yang sedang menderita nun di pegunungan Hindu kush sana. Sementara kehadiran Amerika dan sekutunya seolah tidak terlihat dan ikut campur.

Demikian juga di Suriah. Berbagai persenjataan buatan China dan Yugoslavia ditenteng ke sana kemari oleh para gerilyawan. Semuanya menumpuk di Bab al-Hawa, markas besar FSA. Bagaimana cara mereka membelinya? Entahlah. Saya tidak sempat bertanya. he..he

Dan di sinilah titik balik ISIS. Dari sebuah kelompok gerilya miskin, lugu dan carut-marut, dengan cerdik Abu Bakar al Baghdadi memanfaatkan segala bantuan itu menjadi profit yang menguntungkan kelompoknya. Diam-diam, ribuan anggota DAI muncul bergabung dan melebur dengan FSA, Jabah al Nusra dll. Jumlah mereka tidak terdeteksi, namun dipastikan jumlahnya mencapai 45 hingga 50 puluh ribuan orang.

Tanpa disadari para petinggi FSA, DAI menyusupkan puluhan ribu anggotanya menjalani berbagai pelatihan tempur, teknik propaganda dan perang psikologis di pusat-pusat komando dan pelatihan di sepanjang perbatasan Turki. Belajar taktik perang dari para instruktur swasta dari black water California, yang kini sudah berganti nama. Sementara dana milyaran yang diperoleh dari para penyumbang gelap dialirkan FSA dan justru jatuh dan mengalir ke kantong-kantong para pejuang yang sebenarnya adalah anggota DAI.

Hingga...gong perang pun dimulai.

Merasa pasukannya sudah mampu, Al baghdadi pun segera beraksi, bulan agustus, DAI dia bubarkan dan menggantinya menjadi ISIS ( ISLAMIC STATE DAN SYAM) lalu pada bulan September 2013, pasukan ISIS menyerbu depot persenjataan FSA di Bab al-Hawa. Merebut gudang-gudang penuh senjata berat "hadiah" Amerika dan sekutunya serta menguasai pusat-pusat komando.

Setelah jenderal Salim Idris, panglima komando Tinggi FSA melarikan diri ke Qatar, berbagai brigade dibawah kendalinya membelot. Dalam waktu hanya empat hari  FSA berhasil  mereka hancurkan. Anggota FSA yang menolak bergabung dengan ISIS dieksekusi sedang yang lain menjadi anggota. Dalam tempo hanya enam bulan, ISIS yang kecil dan tak diperhitungkan seketika menjadi organisasi raksasa berjumlah ratusan ribu, bersenjata lengkap, dan punya dana melimpah ruah yang mereka simpan dalam berbagai bentuk...utamanya berupa berton-ton emas dan perak dalam silo-silo rahasia sehingga sulit dilacak dan dibekukan. Mereka juga berhasil menguasai ladang-ladang minyak di Irak yang kemudian mereka jual dengan harga murah di pasar gelap. Dalam sehari, menurut peritungan antiwar.com, sebuah pegiat anti perang berbasis di New York, penghasilan ISIS saat ini dalam sehari bisa mencapai 20 juta dollar dari penjualan minyak saja.

Sukses membantai FSA, ISIS kemudian bergerak cepat. Dengan segera pasukannya dimobilisasi menyerbu Irak dan sukses menguasai Mosul hanya dalam satu hari menggunakan taktik serangan ala blitz krieg pasukan NAZI Jerman . Setelah berhasil menguasai gudang-gudang senjata pasukan irak di Mosul, ibarat pasukan buta huruf Jengish Khan, tanpa memberi nafas, pasukannya segera menyerbu dan menyapu ke berbagai penjuru dalam pola serangan kilat yang terkoordinasi dengan baik.

Dan inilah akhirnya, kita sekarang menyaksikan di televisi, bagaimana akibat buah campur tangan dan petualangan politik Amerika dan sekutunya yang rakus serta pongah di berbagai tempat di belahan dunia, ternyata selalu dan selalu, hanya dan hanya akan menghasilkan anak-anak durhaka yang merusak. Bukan hanya menimbulkan kecemasan bagi Amerika serta sekutunya, namun juga bagi seluruh dunia. ISIS menjadi anak singa yang ketika besar langsung ingin mengunyah induk semangnya...Amerika, Saudi, Inggris, Turki, Qatar Jordania yang telah memberinya makan.

Mereka yang bikin ulah,kita semua yang sakit perut..

Wallahu a'lam bissawab

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun