Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Bayang-bayang yang Meminta Haknya

3 Mei 2017   23:03 Diperbarui: 3 Mei 2017   23:10 515 1
ada bayang-bayang
mengintai pada tikungan, diam-diam
sesekali menyemai dupa-dupa pada meja altar berlapiskan tilam seribu bunga
disekelilingnya, jiwa-jiwa yang terhempas tak dipedulikannya

dia selalu ingin bertukar sapa di antara gagu, gugup dan gagapnya, dia hanya bisa melenguh
sesekali pandangan matanya menyapu seisi ruangan hitam putih yang nyaris membeku
suara-suara bertanya, apa yang kau cari bayang-bayang? sangkan paraning dumadikah?
ataukah kisah kasih tunggul ametung yang menyayatkan belati pada nadinya?

ha na ca ra ka, ini bukanlah sebuah episode yang diciptakan atau diada-adakan;
bukan pula angan-angan yang dicita-citakan dari persekongkolan-persekongkolan
tak ada traktat yang tertuliskan pada perjanjian yang mungkin sudah usang; pun, tak mesti terbata-bata pada catatan yang telah mencatatkan dirinya

diam-diam bayang-bayang itu menyelinap dibalik dinding yang melekat dan menempel menebal pada wajah-wajah
dipastikannya takaran bayang-bayang yang diletakkan pada bingkai hidup matinya bahwa retak seribu pada tubuhnya tak akan pernah membuatnya ngilu
tak akan, tak akan!

ketika akhirnya bayang-bayang itu membungkamnya
mestikah ia memusuhi bayang-bayang?
dak tentu
dak mesti!

(hingga suatu ketika pada masa yang melompat-lompat; bayang-bayang itu datang meminta haknya sebagaimana kewajibannya yang sudah terbayar)

sumur serambi sentul, 03/05/2017
©arrie boediman la ede

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun