Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Untuk Bumi: Taman Manggi-Manggi Papua Barat

22 April 2012   01:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 564 5

Hari minggu, saat yang tepat untuk rehat. Kegiatan selama 6 hari menjadi alasan utama untuk merebahkan badan agar tetap kuat. Namun tidak untuk hari minggu kali ini, sebuah janji telah kusepakati dengan bapak tua (pak dhe/kakak dari bapak angkatku).

“Pak guru, kitong jalan sudah e?”, suara bapak tua menerobos di rumahku. Aku segera mengemasi kameraku, melapisi dengan dry-bag, menghabiskan kopi, kemudian berpamitan dengan kedua orang tua angkatku.

Seperti biasa, saya duduk di posisi paling depan, di muka perahu. Om syarif, adik terakhir bapak angkatku yang menjadi driver longboat.

Kulihat cuaca belum bersahabat, rupanya musim angin barat masih tersisa di awal bulan maret ini.

“Bapak, kitong mau ke mana ini?”, tanyaku.

“Ah sudah…anak tua tinggal duduk saja sambil angkat bazooka itu sudah”, seru bapak tua sambil tertawa menunjuk kamera.

Sebenarnya kita mau masuk ke daerah di dekat pulau patirar, namun air sedang surut jadi nanti saat pulang saja kita baru singgah.

Setelah melintas dari Pulau Patirar, Om Syarif menggerakkan perahu dengan ber”hasa-hasa”, atau menepi menyusuri laut di sebelah daratan. Dan di sinilah kembali mataku terpesona dengan keeksotisan alam Papua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun