Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Lelaki ke 5 yang Kurang Ajar

20 Januari 2021   05:56 Diperbarui: 20 Januari 2021   06:13 622 70

Sesekali memang sambil ngintip medsos semisal whatsApp atau facebook. Untuk selingan saja, ketika jeda dari sebuah penulisan selesai menjumpai paragraf akhir.

Kawan, sahabat, atau mereka yang ingin menyapa, seringkali menghubungi pada waktu-waktu ini. Fast respon, karena notif terlihat saat aku menyalakan gawai.

Sekedar say hello atau juga membahas tentang pekerjaan. Terbanyak memang rencana kerja peliputan esok hari atau koreksi atas konten-kontem tulisan. Baik yang akan tayang maupun yang akan dicetak.

Ada suka, ada tak suka menghadapi para penyapa itu. Teman atau rekan kerja tak kupermasalahkan, aku suka melayani semua. Bahkan kawan yang iseng menawari nasi goreng virtualpun kutanggapi riang. Canda menjadi bagian menyenangkan.

Paling geregetan kalau disapa lelaki yang ingin memanfaatkan keperempuanan, kesendirianku. Online malam disangka aku kesepian apa. Sampai-sampai pernah muncul tawaran begituan secara virtual.

Ada 5 lelaki kuhitung yang pernah melakukan hal ini. Beragam profesi, penulis, pengusaha, akademisi, peneliti, hingga terkini seorang pejabat. Tentu awalnya dekat sebagai kawan, canda goda kuanggap biasa. Meladeni mereka tanpa sedikitpun prasangka akan tega berlaku kurang ajar padaku.

Kupikir tak ada yang salah dengan keakraban. Toh lelaki itu, rerata sudah punya istri. Akupun, sudah lewat usia sehingga membicarakan perihal orang dewasa tidak tabu. Tips-tips mengatasi permasalahan rumah tangga selalu kuberikan, bila mereka sedang mengeluhkan ada masalah dalam hubungan berpasangan.

Bahkan saat pembicaraan mengarah pada urusan ranjang, kacamata sebagai penasehat masih kukenakan. "Datangi istri, lakukan ini itu, agar istri merasa dihargai. Agar nyaman ketika berhubungan."

Itu salah  satu contoh advis yang kuberikan pada para lelaki beristri bila sedang mengeluhkan pasangan sahnya. Begitupun sebaliknya, bila ada kawan perempuan yang menyapa, mengeluh pula maka jawaban serupa akan kuberikan.

Tak masalah bagiku meladeni mereka, kalau hubungan mereka membaik artinya aku sudah memberikan manfaat pada mereka bukan? Itu yang kusuka. Kalaupun tidak, para curhater itu pasti ada sedikit rasa lega. Itu yang ada pada pikiranku.

Akan tetapi, saat lelaki itu ada yang mulai mengarahkan tembakan padaku, ingin muntah rasanya. Amarah ini membuncah, mereka beristri, apa yang ada di otaknya sehingga nekad menggodaku? Rasa diperlakukan murahan menyergap dada bila ada yang memperlakukan demikian. Blok nomor kalau dia tak berhenti menggoda jadi satu-satunya jalan memutus perbincangan.

Seperti yang baru beberapa jam ini kualami. Lewat tengah malam, saat ku onkan lagi Wifi, sesudah selesai menulis berita dan mengunggah satu part novel. Lelaki yang kukenal sebagai pejabat di sebuah daerah yang sedang kutulis profilnya untuk menjadi sebuah buku menghubungi.

Awalnya biasa, pekerjaan yang kulakukan kemarin menjadi topik hangat, sampai kemudian saat dia bertanya, apa yang sedang kulakukan malam-malam begini mengawali kekurang ajarannya.

kulayani, sambil aku terus menghadap layar komputer. Jawaban sekenanya kuberikan atas pertanyaan.

"Apa kau sendiri?"
"Apakah kamu tidak tidur?"
"Apakah kamu tidak ingin ditemani?"

Dan, saat dia meminta aku tetap menyalakan gawai karena hasratnya akan disalurkan virtual, langsung kututup layar. Ngeri, aku tidak mau melihat barang lelaki.

Amarah ini menghampiri, memuncak sampai ke ubun-ubun. Maunya mengata-ngatai, misuh-misuh mengumpatkan sumpah serapah atas perlakuannya padaku. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun