"Bagus ya, A?", ujar Sani setengah berbisik.
Aku tak menjawab, hanya menoleh. Aku lihat adikku satu-satunya itu tampak terkagum-kagum. Sesekali ia memegang sadel sepeda warna abu-abu metalik itu.
"Iya, bagus", jawabku kemudian.
Sepeda itu memang bagus, kawan. Stang-nya pendek dan lurus, pedalnya mengkilat, sadelnya dari bahan kulit empuk, jari-jari rodanya berwarna perak. Batangnya tampak kokoh, ada stiker yang bertuliskan FEDERAL. Sungguh, gagah sekali.
"Sini! Saya mau pake!", teriak seseorang dari belakang kami.
Tampak teman main kami, Galih, tergesa-gesa menghampiri kami berdua. Ia segera naik sepeda yang gagah itu. Lalu melesat meninggalkan kami yang masih terkagum-kagum. Itu memang sepeda Galih, sepeda barunya.