Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Radio Merubah Hidupku

11 September 2012   03:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 856 8

Judul diatas merupakan tema sayembara BBC London pada akhir dekade 1980an. Saat itu saya masih sekolah dasar.  Sayembara itu dimenangkan oleh seseorang  di Balikpapan, namanya saya sudah lupa, karena saya tidak membuat catatan tertulis. Ia menuliskan pengalamannya bagaimana  radio membuat hidupnya menjadi lebih baik.  Ia mengakui melalui Radio BBC London ia belajar Bahasa Inggris. Menurutnya pelajaran bahasa Inggris melalui radio sangat membantunya menguasai bahasa Inggris secara aktif. Setelah menamatkan sekolahnya (kalau gak salah STM), berkat kemampuannya berbahasa Inggrisnya baik ia diterima bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan dengan bekerja disana kehidupannya menjadi lebih baik. Menurutnya karena radiolah ia berhasil.

Sekedar  mengingat, kita yang lahir di dekade tersebut pasti tahu bahwa BBC London dan Radio Australia ada sesi pelajaran Bahasa Inggrisnya,  bahkan BBC selalu dilengkapi  dengan penutur asli/orang Inggris. Ada satu sesi yang paling saya sukai yaitu  membahas lagu, dan yang paling saya ingat adalah ketika pada sesi tersebut disajikan adalah lagu another day in paradise dari Phill Collins. Oh think twice kata Phil Collins.

Jika anda lahir dan tumbuh di pedalaman kalimantan dekade 1980an, maka anda bagaikan katak dalam tempurung, karena jauh dari sumber informasi. Berjarak 250 km dari kota terdekat, satu-satunya jalur transportasi hanyalah melalui sungai kecil yang dangkal,  hanya bisa dilewati musim hujan. Untuk mencapai desa saya waktu itu, perlu perjalanan selama tujuh hari mnggunakan perahu kecil bermesin (klotok) dengan melewati puluhan riam yang siap menenggelamkan perahu, bahkan menurut kakek, pada masa belum dikenal mesin, diperlukan waktu satu bulan menggunakan dayung. Maka satu-satunya sumber informasi yang paling cepat update hanyalah radio.

Kembali ke judul diatas, saya baru menyadari belakangan bahwa ternyata saya mengalami hal yang mirip dengan pemenang sayembara itu. Bedanya manfaat yang saya  rasakan lebih kepada pengetahuan, bukan kepada hal yang bersifat materi. Dari radio saya bisa tahu siapa itu si “wanita besi” Margareth Tatcher dan penerusnya John Major, Ronald Reagen, Mikhail Gorbachev dengan glasnostnya, keruntuhan diktator Rumania  Nicolae Ceaușescu dan berbagai berita dan tokoh dunia lainnya. Gol tangan tuhannya Diego Maradona  di piala dunia Mexico 86 dan tangisan Maradona di final piala dunia 90 digambarkan secara jelas oleh Nuim Khaiyath via rubrik olahraga Radio Australia.  Saya ingat bagaimana Albert Hutabarat dengan sabar menjawab pertanyaan pendengar VOA  di Indonesia. Bencana Pesawat Ulang-Alik Challenger tahun 1986, calon Astronot Indonesia, Pratiwi Sudharmono juga saya ketahui dari radio. Juga masih saya ingat jawaban kocak Allan Morris dari Radio Australia ketika menjawab pertanyaan pendengar mengenai fly by wire. Katanya dari satu bandara ke bandara lain dihubungkan kawat sebagai alat bagi pesawat untuk mendatangi bandara tersebut, selanjutnya baru ia menjawab secara serius apa itu fly by wire.

Bergeser ke kota di awal 90an,  karena di hutan belum ada SMP,  saya menggandrungi acara request lagu-lagu “pilihan pendengar” ala Radio Australia, terutama jika hostnya Amy Davidson atau Eny Wibowo. Dan nama yang paling sering disebut-sebut/selalu dapat kiriman lagu adalah Nancy Ratana dari Cirebon (adakah pembaca yang mengenalnya?). Setiap akhir pekan saya setia menunggu pembacaan penghuni 10 besar  tangga lagu di AS, Inggris dan Australia, syukur-sukur kalo diputarin juga. Lagu Patty Smyth : Sometimes Love Just Ain’t Enough merupakan lagu favorit yang terus saya dengarkan sampai sekarang. Tidak ketinggalan lagu-lagu cadas semisal nopember rainnya gun & roses ikut saya lahap juga, tapi saya lebih menyukai Blaze of glorynya Jon Bon Jovi.

Untuk Radio Nasional, RRI juga merupakan Radio yang selalu saya dengarkan siarannya. Yang paling saya kenang adalah tendangan finalti Adolf Kabo ke gawang UEA dalam adu finalti di Asian Games 1986 yang mengantarkan PSSI ke semifinal, lalu gol tunggal Ribut Waidi ke gawang Malaysia di Sea Games 1987, beruntung sekali RRI melakukan siaran langsung. Acara lain kesukaan saya di RRI adalah Musik Pelepas Lelah, salah satu hostnya yang terkenal dengan suaranya yang mendayu-dayu Asma Rita. Saat saya kuliah radio FM lokal adalah teman di aktivitas sehari-hari. Ketika komunikasi masih sulit, teman-teman yang membutuhkan uang sering meminta kiriman uang dari orang tuanya via radio (RRI Regional Kalteng). Cara demikian tidak saya ikuti, karena semua orang se Kalimantan jadi tau mahasiswa mana yang selalu minta uang setiap waktu. :P

Istimewanya radio ialah kita tinggal mendengarkan saja, bahkan sambil tiduran, berita-beritanya sudah dibacakan penyiarnya. Kelemahannya saya jadi kurang tau persis ejaannya yang benar, terutama menyangkut nama-nama, beda dengan koran yang menyajikan bentuk tertulis. Jadi jika nama-nama yang sudah saya tuliskan diatas keliru mohon dimaklumi, karena cuma mengandalkan ingatan semata. Tapi bagaimanapun buat saya ketika itu radio memberikan manfaat yang besar, terbukti saat SMP, kemampuan saya  dari anak-anak  kota tidaklah beda-beda jauh.

Sekarang saya tidak pernah mendengarkan siaran radio lagi, setau saya Radio Australia bahkan sudah tidak siaran lagi dalam bahasa Indonesia, entahlah BBC dan VOA. Ada banyak banyak media yang menggeser peranan radio, awalnyamedia cetak dan televisi, sekarang adalah internet. Tapi harapan saya di Hari Radio Nasional ke 67 ini semoga saja RRI tetap berjaya. Sekali di udara tetap di udara. Merdeka.

Enny Wibowo, Juni Tampi, Eddy Tanddo, Nuim Khaiyath,  sebagian dari penyiar favorit (Poto : dok pribadi)

Humor radio.

Datanglah seseorang  dari desa ke sebuah toko ingin membeli radio. Pemilik toko mempersilakannya untuk memilih. Tapi sebelumnya ia meminta saran kepada penjual, radio apa yang bagus dan pemilik toko menyodorkan radio bermerk telesonic. Maka dibelilah radio tersebut. Selang beberapa jam kemudian orang itu kembali ke toko dan ngamuk –ngamuk karena merasa dipermainkan. Dengan marah ia mengatakan bahwa pemilik toko telah menipunya, katanya radio telesonic,  ternyata setelah dinyalakan (persis pada saat warta berita RRI) radio tersebut bilang “Inilah Radio Republik Indonesia...”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun