Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Positif Negatif Menghadapi Wabah

29 Maret 2020   11:51 Diperbarui: 29 Maret 2020   11:53 54 2
Beberapa hari ini suasana rumah dan lingkungan sedikit berbeda . Tadi pagi sekitar pukul 8 mobil puskesmas sudah hilir mudik sambil menyerukan untuk warga berjemur sekitar 15 menit dari pukul 10 pagi.

Menengok status status teman di Whatsapp banyak yang posting dengan tagar dirumah saja. Beberapa sedang menghibur diri gegulingan dan rebahan sambil bermain game di ponsel , tapi ada pula yang belajar sambil ditemani cemilan bertoples toples .

Anjuran untuk tetap dirumah sepertinya mulai ditaati ketika pemberitaan jumlah OPD , PDP , maupun statistik kematian akibat covid 19 meningkat. Sekali lagi memang hanya kesadaran dari diri sendirilah yang bisa menggerakkan hati untuk melakukan pencegahan dari infeksi virus ini.

Beberapa teman facebook sudah mulai berkampanye menebar hal positif melalui tantangan posting mulai makanan, hobi sampai hal hal kecil lainnya. Tapi yang seperti itu sepertinya juga memberi efek positif pada psikologis , mengurangi kepanikan yang di asup otak ketika membaca kengerian kasus kasus di berbagai daerah dan negara.

Saya sendiri juga berasa otomatis seperti ikut sesak napas dan tiba tiba tenggorokan gatal , ketika membaca berita atau sharing kasus gejala covid 19 ini. Mungkin anda juga merasa seperti saya ?? Hehehe ini lah yang perlu kita lawan tanpa mengurangi kewaspadaan .

Kita melihat nilai nilai kemanusian semakin muncul , ketika tenaga kesehatan sebagai pahlawan terdepan dan semua yang peduli bahu membahu melawan pandemi ini. Tidak cukup mereka saja yang berjuang bertaruh nyawa, kitapun harus membantu untuk tetap tinggal dirumah. Jangan bandel meremehkan apa yang sudah di himbaukan. Serta satu hal yang penting jangan egois dengan alasan apapun.

Tetapi dibalik semua itu ternyata kasus covid19 ini membawa hikmah juga . Saya tidak melihat secara luas ya .. cuma dari pandangan saya sehari hari di keluarga dan lingkungan sekitar termasuk lingkungan pekerjaan. Banyak kebiasaan positif yang kembali di mulai oleh masing masing .

Anak saya yang usia SD , tidak mau keluar rumah terlalu lama meskipun sekedar beli jajanan. Waktunya dihabiskan dirumah mengerjakan tugas sekolah, maen game, sampai menghabiskan sabun cuci tangan sebotol besar gegara sedikit dikit cuci tangan. Tapi sekali waktu mancing di kali kecil dekat rumah kalau bosan .

Sementara yang besar rajin bersih bersih kamarnya. Semula kamar berantakan dengan gantungan baju dimana mana , sejak beberapa hari saya liat sudah lumayan rapi .
Setiap hari biasanya sering nongkrong di warung wifi dengan alasan mengerjakan tugas , kini anteng diam manis dirumah .

Bisa jadi abg abg itu memang dengan kemauan mereka sendiri menghindari kerumunan atas anjuran sosial distancing ..tapi bisa jadi juga karena tempat nongkrong mereka yang marak di warkop wifi sudah diobrak petugas gabungan Muspika dan jajarannya wkwkwk

Kalau untuk orang dewasa seperti saya , untuk tidak keluar rumah sama sekali rasanya sulit. Kami harus bekerja menyelesaikan kewajiban yang harus dilaksanakan. Kebijakan Pemerintah daerah untuk Work from Home dilaksanakan ditempat saya kerja dengan sistem shift. Jadi sehari masuk sehari WFH karena pekerjaan utama kami adalah pelayan masyarakat. Yang untuk saat ini tidak mungkin menutup kantor begitu saja.

Saya terpaksa juga ke layanan perbankan karena memang harus. Inilah keadaan negatif yang membabi buta saya rasakan.

Petugas keluar dari bank dan menembak saya dengan termometer.
"teettt.." hasil ada dan saya dilarang masuk.

Alasannya suhu saya mendekati 38 derajad C. Saya ya jengkel campur ingin tertawa. Memeriksa suhu dengan ketidaktahuan cara pengoperasian malah dengan metode membabibuta .

Suhu badan saya kan dari parkiran menuju Bank meningkat karena terik matahari. Mengapa tidak dikondisikan dulu manusianya baru ditembak.......terus, sang penembak juga dari dalam gedung yang berAC mungkin suhunya 25 derajad C langsung keluar ke suhu 31 an derajad C untuk menembak saya. Tata caranya kan mengkondisikan alat pada suhu ruangan dulu kalau berpindah ruangan dan memerlukan waktu 5 menit. Tapi ini yang penting menembak.

Alhamdulillah setelah saya jelaskan hal itu petugas ini mau mengerti.

Tetapi dampak positif juga saya rasakan.

Dengan keadaan seperti ini saya dan beberapa teman lainnya mulai berkebiasaan baru. Selalu cuci tangan tiap kali memulai dan selesai mengerjakan sesuatu. Secara mandiri menyediakan masker pribadi meskipun bukan masker medis yang sekarang harga nya sudah tidak masuk akal.

Satu lagi mulai mengurangi kegiatan bergerombol yang biasanya berisi ghibah ghibah manjah ??????. Biasalah perempuan kalau sudah ketemu obrolan bisa sepanjang jalan anyer panarukan hikz..

Meskipun suasana jadi sedikit sepi tapi kehangatan semakin kita temukan banyak di rumah. Mungkin selama ini kita sudah banyak melewatkan esensi dari kegiatan. Lebih banyak kita fokus pada ritual.
Sepanjang hari kini doa semakin sering dipanjatkan agar wabah cepat berlalu. Otomatis hati dan pikiran kita dengan sendirinya mencari jalan untuk mendekat kepada Tuhan.

Semula kita tidak pernah bersyukur pada hal yang kita anggap remeh. Ternyata sinar matahari yang setiap hari kadang kita keluhkan panas atau pada beberapa perempuan dianggap merusak program perawatan pemutihan kulit ternyata adalah salah satu obat untuk mengaktifkan imunitas tubuh kita.

Sekarang malah semua berlomba lomba keluar rumah jam 10 untuk berjemur baik hanya dengan rebahan saja atau sambil senam senam kecil. Dan itu terlihat di hampir seluruh wilayah baik desa atau kota.

Semua dilakukan agar terhindar dari virus ini, mulai yang umum sampai yang memakai keyakinan pada beberapa benda yang bisa menghalau virus ini. Beberapa orang sengaja memasang irisan bawang merah dan garam di ruang ruangan. Sah sah saja karena itu segala upaya dilakukan yang intinya ikhtiar sekuatnya sebelum bertawakal. Karena
Semua memang tidak terjadi tanpa alasan , yang kita yakini sebagai manusia bertuhan adalah untuk tetap waspada.

Jadii... Ayuk kita sebarkan energi positif saling menguatkan. Jangan egois , karena kesehatan kita juga tergantung pada kesehatan orang orang di sekitar kita. Kalau ada rejeki lebih , ayuk berbagi pada sesama berapapun nilainya meskipun itu mungkin hanya selembar masker atau sejumput gula ....(firitri)

#penulis #mojokerto #keberterimaan #risiko #peluang #firi #firitri #mc #humaninterest #public_speaking #cerita #perempuan #libur #kacamata #menulis #kekuatan #puri #lokal #budaya #panas #penulismojokerto #penulis_mojokerto #corona

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun