Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Kuba Diantara Amerika dan Sovyet

1 Juli 2023   17:00 Diperbarui: 1 Juli 2023   17:07 119 3

Saat perang dunia kedua mau berakhir, Amerika dan Sovyet mulai dingin. Masing-masing tidak percaya satu sama lain.

Sovyet menginginkan Jerman secara keseluruhan. Makanya mereka membuat Blokade Berlin.

Pada masa inilah orang Amerika mulai sedikit religius. Apalagi saat Sovyet mulai mengharamkan agama. Orang Amerika mulai rajin ke gereja.

Apalagi saat Fidel Castro mengalahkan Fulgencio Batista pada Desember 1958. Beliau merampas semua aset milik Amerika. Mulai dari bank sampai oil refinery. Investor langsung berteriak.

Jika kehendak rakyat Amerika akhirnya bersatu dengan keinginan pemerintah maka kebijakan pun dibuat. Amerika akan menyerang Kuba melalui CIA.

Masalahnya waktu itu Amerika sedang bersiap-siap hendak mengadakan Pemilu. JFK dan Nixon sama-sama keras pada Komunis. Namun akhirnya JFK yang menang.

Setelah JFK menang belum ada perintah untuk menyerang Kuba. Sepertinya beliau masih berhitung. Sebab Sovyet bisa jadi menganggap Kuba adalah Medan tempur yang baik karena dekat dengan Amerika. Apalagi Sovyet sempat geram dengan tindakan Amerika yang berusaha mendekati Prancis untuk menanamkan misil PGM-19 Jupiter miliknya meskipun ditolak mentah-mentah oleh Prancis.

Bagi rakyat Kuba sendiri sebenarnya telah timbul rasa kebencian yang mendalam saat mengetahui bahwa Amerika pernah melatih 1.400 orang Kuba Anti-Castro yang tergabung dalam Brigadir 2506 yang kemudian berakhir menjadi neraka bagi brigadir tersebut karena dalam 72 jam semuanya habis dibantai.

Kegagalan ini makin menguatkan sentimen anti Amerika dan mengukuhkan kekuasaan Fidel Castro di Kuba.

Sebenernya Sovyet ikut tepuk tangan juga saat Castro berhasil mematahkan perlawanan tersebut. Namun tidak terlalu diekspose karena Sovyet juga merasa ada saingan baru yang sama-sama penganut Komunis yaitu Tiongkok.

Jadi gambarannya begini....
Setelah Stalin mangkat, Sovyet dipegang Nikita Khrushchev. Beliau ini punya misi merusak semua ajaran Stalin. Istilahnya destalinisazion.
Kruschev mengubah asas komunis dan mulai mendekati Barat. Sementara bagi Mao Zedong, pemimpin Tiongkok waktu itu. Asas Khrushchev itu bid'ah yang sesat. Sejak saat itu Tiongkok dan Sovyet mulai berseberangan.

Itulah masa dimana Hongaria mulai melawan Sovyet hingga harus diselesaikan dengan cara militer.  

Sementara bagi Mao Zedong, ini adalah puncak kelemahan partai Komunis di Sovyet. Makanya beliau mulai mengamalkan ajaran Stalin untuk diterapkan di Tiongkok.

Bagi Kruschev, gerakan ini memberi sinyal padanya bahwa Tiongkok sedang bersiap-siap untuk bersaing dengan Sovyet. Jadi sebagai langkah awal Sovyet harus bisa mengambil hati Kuba sebelum Tiongkok bermain disana.

Sementara Amerika telah berhasil memindahkan misil PGM-19 Jupiter ke Turki dan Italia. Begitu Kruschev tahu, Sovyet pun ikut-ikutan pasang juga. Jadi masing-masing sudah pasang tapi masih menahan diri.

Hanya saja mau sampai kapan. Kalau Kruschev mungkin masih bisa ditebak. Bagaimana kalau Kruschev jatuh terus penggantinya mirip-mirip dengan Stalin?

JFK sepertinya mulai belajar dari kesalahan. Agar tidak perlu terlalu mendengarkan nasihat para penasihatnya karena kejadian Teluk Babi di Kuba itu hasil dari nasihat para penasihatnya itu.

Akhirnya JFK mulai mengajak Castro berunding. Setelah itu baru Kruschev. Selesai pembicaraan Amerika menarik misil PGM-19 Jupiter nya di Turki dan Italia. Begitu juga Sovyet.

Dari segi geopolitik sebenarnya Amerika kalah karena kan Amerika yang meletakkan misil duluan. Namun pendapat awam beda lagi. Bagi rakyat Amerika keputusan JFK itu adalah kemenangan besar bagi kelangsungan mereka sebagai bangsa karena telah menghindarkan konflik dengan Sovyet. Sementara bagi rakyat Sovyet tindakan Khrushchev tersebut dianggap sebagai tindakan pengecut dan tunduk pada maunya Amerika. Makanya dua tahun kemudian Khrushchev akhirnya digulingkan oleh Biro Politik Sovyet.

Apa yang terjadi di Kuba itu menjadi tamparan keras bagi Sovyet. Hingga setelah Khrushchev jatuh dan penggantinya Leonid Brezhnev meneruskan segala kebijakan Komunis terdahulu hingga beliau bisa bertahan selama 18 tahun memerintah Sovyet.

Disini kita bisa melihat peristiwa misil itu bagi Amerika adalah sebuah kemenangan besar sementara bagi Sovyet malah sebuah kekalahan dan penghinaan. Padahal secara taktikal Sovyet yang sebenarnya menang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun