Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Argo: Film "Kisah Nyata" yang Cacat Sejarah!

1 Mei 2013   01:43 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 10522 1

“ Baiklah, kalian tahu film - film fiksi sains, Star Trek, Star Wars, mereka membutuhkan dan mencari lokasi yang eksotis untuk membuat film.

Dataran Bulan, Planet Mars, gurun pasir, kalian tahu ?

Sekarang bayangkanlah ini ; mereka adalah para awak film asal Kanada yang sedang mencari lokasi untuk sebuah film fiksi sains.

Kita katakan pada pihak luar, para produser asal Kanada mengatakan pada pihak luar, bahwa kita sedang mencari lokasi di Mesir, Istanbul.

Lalu kita ke konsulat, bilang " Hey, kami juga ingin melihat Iran ". Aku terbang ke Teheran, kami semua keluar sebagai awak film. Selesai ".

Monolog diatas adalah ucapan Tony Mendez ( selanjutnya saya sebut TM )saat mengungkapkan idenya untuk membebaskan para staf kedutaan besar Amerika Serikat yang berhasil lolos dari kantor kedubes ( selanjutnya saya sebut PSAS ) saat akan diduduki oleh demonstran dan Tentara Revolusioner Iran di era Krisis Amerika Serikat ( selanjutnya saya sebut AS ) - Iran tahun 1979 - 1981. Tokoh TM yang dalam Argo diperankan oleh Ben Affleck ( selanjutnya saya sebut BA ), merupakan agen rahasia CIA yang ahli dalam menyusupkan orang keluar dari negaranya. TM sendiri adalah tokoh di dunia nyata yang menjadi narasumber dalam pembuatan Argo ini.

Film diawali dengan narasi dan potongan gambar yang menceritakan sejarah Iran sejak jaman raja - raja yang bergelar Shah, hingga terpilihnya Muhammad Mossadegh sebagai presiden Iran selepas masa para Shah tersebut. Karena kebijakannya yang anti asing, maka AS beserta sekutu - sekutunya menyingkirkan mossadegh dan Shah Pahlavi bertahta kembali sebagai raja. Mulailah era kekejaman sang Shah melalui polisi intelijennya SAVAK.

Usai tumbangnya Sang raja, ia mendapatkan suaka politik di AS, pemimpin spiritual Ayatullah Khomeini kembali dari pengasingan, dan Iran pun berada di bawah kekuasaan sang ayatullah. Sejak itu Kedubes AS tiada henti - hentinya didemo oleh warga Iran yang menuntut AS mengembalikan Shah kepada Iran untuk diadili atas semua kekejamannya selama menjadi raja. Puncaknya adalah tanggal 4 November 1979, saat para demonstran membobol pagar, mengambil alih dan menawan semua staf kedubes AS untuk memaksa pemerintah AS memenuhi tuntutan mereka.

Lebih dari 50 orang staf kedubes ditawan oleh Iran, tetapi ada 6 orang staf yang berhasil lolos dan bersembunyi di rumah Duta Besar ( selanjutnya saya sebut Dubes ) Kanada Ken Taylor. Hal ini disembunyikan dengan rapat oleh pemerintah AS dan mereka mencari berbagai cara untuk mengeluarkan para staf tersebut. Salah satu opsi yang dianggap paling baik adalah dengan memakai sepeda dari Iran ke Turki menyeberangi perbatasan. Tony Mendez, seorang agen CIA yang ahli menyelundupkan orang dipanggil untuk memberikan sumbang sarannya. Tony mengkritik opsi itu tetapi ia tidak mempunyai alternatif lain sebagai opsi.

Tony adalah seorang ayah dengan 1 putra namun rumah tangganya sedang bermasalah, hingga ia tinggal terpisah dengan keluarganya. Saat menelepon putranya yang sedang menonton film Battle for the Planet of the Apes, ia pun terinspirasi. TM menyampaikan kepada para atasannya opsiuntuk menyelundupkan PSAS keluar dari Iran sebagai tim produksi film dari Kanada yang sedang mencari lokasi eksotis untuk pembuatan film fiksi sains ala star wars sebagaimana yang tertulis pada awal artikel ini.

Setelah disetujui, TM dan atasannya Jack O'Donnell ( selanjutnya saya sebut JOD ) menghubungi John Chambers ( selanjutnya saya sebut JC ), seorang ahli tata rias Hollywood yang sudah sering bekerjasama dengan CIA. JC lalu mengenalkan TM padaseorang produser film kondang Lester Siegel ( selanjutnya saya sebut LS ). Usai bertemu dengan TM dan JC di rumahnya, LS akhirnya bersedia membantu mereka. Merekapun mulai membuat studio film gadungan bernama Studio Six, mempublikasikan rencana mereka dan berhasil meyakinkan media massa dan publik mengenai rencana mereka membuat Argo, sebuah film fiksi sains ala Star Wars, untuk menutupi hal sesungguhnya.

Sementara itu, setelah sekian lama tanpa kejelasan, PSAS pun mulai galau di rumah Dubes Kanada. Sedangkan di kedubes AS yang telah diduduki, Tentara Revolusioner Iran mulai berhasil menyatukan kembali beberapa dokumen yang dihancurkan dengan mesin pemotong kertas sebelum pengambilalihan kedubes dan menyadari ada beberapa staf yang lolos.

Berperan sebagai produser Argo bernama Kevin Harkins, TM pun berangkat ke Iran setelah sebelumnya ia transit di Turki untuk mengambil paspor serta dokumen perjalanan yang telah disiapkan agen CIA di Istanbul. Ia mendapat penjelasan singkat dari sang agen mengenai kondisi di Iran dan TM juga sempat ke konsulat Iran di Turki untuk mengambil visa.

Setibanya di Teheran, TM langsung menemui Dubes Ken dan PSAS di rumah sang Dubes. Ia memaparkan rencananya, memberikan paspor Kanada dan identitas palsu yang telah disiapkan untuk mereka sebelumnya agar dapat melewati pengamanan di bandara nantinya.

Awalnya PSAS tersebut ragu dan 2 orang diantara mereka sempat menyatakan ketidaksertaan mereka dalam rencana TM, tetapi TM berhasil meyakinkan mereka bahwa ia juga mengambil resiko mengorbankan nyawanya dalam rencana tersebut. Saat tim Argo survei lokasi di sebuah pasar Teheran yang disebut Bazaar dengan didampingi staf dari departemen kebudayaan Iran sebagai upaya mereka meyakinkan Iran bahwa mereka benar - benar sebuah tim produksi film, mereka nyaris dikeroyok massa yang anti AS tetapi berhasil diselamatkan oleh staf Iran tersebut.

Malam menjelang keberangkatan dari Iran, TM dikabari oleh JOD bahwa misinya dibatalkan agar tidak bertentangan dengan rencana pihak militer yang akan menyelamatkan para sandera di Iran. Paginya, setelah berpikir semalaman, TM mengabari JOD bahwa misi tetap ia jalankan dan hal ini memaksa JOD untuk mendapatkan izin untuk misi tersebut serta memperoleh tiket penerbangan untuk mereka semua.

TM menjemput PSAS di rumah Dubes Ken lalu berangkat ke bandara. Setelah melepas TM dan para staf, sang Dubes beserta istri juga meninggalkan Iran. Sedangkan pembantu mereka yang mengetahui tentang PSAS tersebut dan sempat berbohong kepada pasukan Tentara Revolusioner, berhasil melarikan diri ke Irak.

Di bandara, TM dan PSAS dilanda ketegangan. Mulai dari tiket pesawat mereka yang dikonfirmasi saat menit - menit akhir, dokumen imigrasi yang kurang lengkap, hingga kecurigaan seorang tentara yang tidak membolehkan mereka menaiki pesawat. Ketika salah seorang PSAS, Joe Stafford, dengan bahasa Persia menjelaskan perihal film Argo yang hendak mereka buat, sang tentara mulai melunak. Setelah memastikan eksistensi TM dan studio filmnya, akhirnya sang tentara membiarkan mereka pergi.

Saat TM dan PSAS sudah berada di pesawat, kedok mereka terbongkar melalui dokumen yang berhasil dirangkai di kedubes AS. Pasukan Tentara Revolusioner pun mengejar dan menembaki pesawat yang ditumpangi Tony, namun usaha itu sia - sia dan pesawat berhasil meninggalkan bandara dengan selamat.

Untuk melindungi para sandera yang masih ditahan di Teheran, semua keterlibatan AS dalam operasi penyelamatan tersebut tidak disebutkan dan semua penghargaan diberikan kepada Kanada dan Dubes Ken Taylor. PSAS akhirnya dikenal dengan julukan " Pelarian Asal Kanada ".

TM dianugerahi Bintang Intelijen oleh pemerintah AS, tetapi karena kerahasiaan misinya, medali tersebut harus dikembalikan hingga misi itu diungkap ke publik pada tahun 1997. Semua sandera di Teheran dibebaskan pada tanggal 20 Januari 1981 setelah ditahan selama 444 hari. Argo pun berakhir dengan pidato Presiden Jimmy Carter mengenai Krisis AS - Iran tersebut dan " Pelarian Asal Kanada ".

Argo merupakan film ketiga yang disutradarai oleh Ben Affleck dan dengan karyanya ini, ia menunjukkan bahwa namanya telah pantas disejajarkan dengan nama - nama besar sutradara Hollywood lainnya. Hebatnya lagi, dalam Argo ia tidak hanya tampil sebagai sutradara tetapi juga menjadi pemeran utama sebagai Tony Mendez. George Clooney yang awalnya merupakan gambaran aktor pemeran Tony Mendez yang ada di benak penulis naskah Argo, menjadi salah seorang produser film ini. Argo yang diangkat dari kisah nyata Tony Mendez dalam buku The Master of Disguise dan juga artikel Joshuah Berman tahun 2007 di majalah Wired berjudul The Great Escape memang sebuah film yang sensasional.

Argo menjadi film yang memborong banyak penghargaan di berbagai festival yang diikutinya, sebut saja Golden Globe Awards dan British Academy Film Awards atau lebih dikenal dengan nama BAFTA. Puncaknya adalah saat malam anugerah Piala Oscar tahun 2013 ketika Argo meraih 3 gelar yaitu Film Terbaik, Naskah Adaptasi Terbaik dan Editing Film Terbaik. Selain mendapatkan berbagai gelar di festival film bergengsi, Argo juga sukses meraup keuntungan finansial. Dengan modal 44,5 juta USD, Argo mengantungi pendapatan sebesar lebih dari 232 juta USD ! Menurut istilah saya, Argo adalah sebuah film yang sukses lahir batin.

Dari deretan pemain dalam film Argo, acungan dua jempol pantas ditujukan untuk Alan Arkin yang memerankan tokoh Lester Siegel sang produser kondang Hollywood. Karakter Lester berhasil meninggalkan kesan tokoh papan atas Hollywood yang kuat dalam setiap pemunculannya, lugas - tangkas - tegas tanpa tedeng aling - aling dan tentunya tahu kapan harus membual di saat yang tepat.

Saat pertama bertemu dengan karakter Tony Mendez dan John Chambers, inilah monolog Lester Siegel yang sangat khasHollywood dan membuat saya terpesona :

" Baiklah, kau mempunyai 6 orang yang bersembunyi di sebuah kota, yang berpenduduk 4 juta orang,

yang semuanya meneriakkan " Ganyang Amerika " sepanjang hari.

Kau ingin mempersiapkan sebuah film dalam waktu sepekan.

Kau ingin menipu Hollywood,

sebuah kota dimana semua orang berbohong agar dapat hidup.

Lalu kau akan menyusupkan 007 ini ke dalam sebuah negara yang menginginkan darah CIA pada sarapan serealnya,

dan kau akan mengeluarkan gerombolan Brady Bunch dari kota yang paling diamati di dunia ".

Lantas, apakah Argo memang sehebat itu ? untuk sebuah film hiburan khas Hollywood, saya dengan tegas menyatakan bahwa Argo memang sedahsyat itu. Argo memperlihatkan sebuah film bermutu yang dihasilkan melalui kemampuan sinematografi nan mumpuni, sehingga menjadi menjadi sebuah tontonan dengan runtutan ketegangan tanpa henti dan berujung klimaks yang pas. Hal inilah yang membuat mata penonton tidak lepas sekejap pun dari layar saat menontonnya. Tetapi untuk sebuah film yang menggembar - gemborkan kefaktualannya, saya harus jujur mengatakan bahwa Argo cacat sejarah !

Ben Affleck dalam sebuah pertemuan makan siang dengan para wartawan di New York pada hari Jumat tanggal 7 Desember 2012 saat disinggung mengenai sejarah yang terkandung dalam Argo mengatakan, " My movie is -- it's extremely accurate ( Film saya -- amat sangat akurat) ".

Wowww!!! " extremely accurate " adalah frase yang sangat lebay menurut saya. Kenapa demikian ? Inilah beberapa hal yang saya rangkum mengenai ketidakcocokan fakta dalam film Argo dan fakta sejarah sesungguhnya di dunia nyata:

Ketidakcocokan #1

Argo : Pada tahun 1950, rakyat Iran memilih Muhammad Mossadegh sebagai Perdana Menteri. Tetapi pada tahun 1953, AS dan Inggris menggerakkan kudeta yang melengserkan Mossadegh dan menjadikan Reza Pahlavi sebagai Shah.

Fakta :Muhammad Reza Pahlavi sudah menjadi Shah sejak 16 September 1941 dan baru resmi turun tahta pada tanggal 11 Februari 1979 melalui Revolusi Iran. Pada saat Muhammad Reza Pahlavi berkuasa, Iran menganut sistem pemerintahan Monarki konstitusional dengan Shah bertindak sebagai Kepala Negara sedangkan Kepala Pemerintahan adalah seorang Perdana Menteri ( seperti Thailand dan Inggris ). Namanya adalah Muhammad Reza Pahlavi, sedangkan Reza Pahlavi merupakan nama putranya. Pada tahun 1951, Parlemen Iran yang disebut Majlis, menunjuk Muhammad Mossadegh sebagai Perdana Menteri setelah para anggota Majlis mengadakan pemungutan suara. Pada tahun 1953, AS dan Inggris, dengan restu Shah Iran, menggerakkan kudeta yang melengserkan Mossadegh sebagai PM. Fakta sejarah ini bukanlah hal yang bisa dengan mudah diubah - ubah, karena peristiwa kudeta yang melengserkan Mossadegh merupakan salah satu penyebab utama dari konflik Iran - AS yang berlangsung hingga saat ini.

Ketidakcocokan #2

Argo :Papan Huruf Hollywood yang hancur saat TM berangkat ke Hollywood.

Fakta :Papan Huruf Hollywood memang sempat hancur pada awal 1970an namun telah selesai direnovasi pada tahun 1978, dengan demikian saat TM berangkat ke Hollywood berkaitan dengan misi Argo, papan Huruf Hollywood tersebut sudah direnovasi.

Ketidakcocokan #3

Argo: Inggris dan Selandia baru menolak membantu PSAS.

Fakta : PSAS sempat ditolong oleh kedubes Inggris dan Selandia Baru sebelum akhirnya dibantu oleh kedubes Kanada.

Ketidakcocokan #4

Argo : PSAS semuanya tinggal bersama Dubes Ken Taylor.

Fakta : Diplomat Kanada John Sheardown adalah orang yang pertama kali dihubungi oleh Ken Anders untuk meminta bantuan dari pihak Kanada. Dan 4 orang dari PSAS kemudian tinggal bersama John Sheardown dan istrinya, Zena. Sedangkan yang tinggal di rumah Dubes Ken Taylor hanya 2 orang PSAS saja. Ironisnya, dalam Argo tidak disebutkan mengenai diplomat John Sheardown sama sekali.

Ketidakcocokan #5

Argo : 2 orang dari PSAS sempat menentang opsi konspirasi ala Hollywood untuk mengeluarkan mereka dari Iran.

Fakta : PSAS sejak awal setuju berperan sebagai kru film yang sedang survei lokasi untuk sebuah film. Bahkan, dari 3 opsi yang ditawarkan, mereka lebih menyukai opsi Hollywood daripada 2 opsi lainnya.

Ketidakcocokan #6

Argo :TM dan PSAS survei lokasi di sebuah pasar yang disebut Bazaar di Teheran

Fakta :TM dan PSAS tidak pernah menginjakkan kaki di Bazaar. Bahkan menurut Mark Lijek, salah seorang PSAS, melakukan hal tersebut sama saja bunuh diri.

Ketidakcocokan #7

Argo : Karakter LS sebagai tandem JC yang memproduseri Argo.

Fakta : Tidak ada tokoh LS sebagai tandem JC, melainkan rekan JC sesama ahli tata rias Hollywood yaitu Bob Sidell yang menjadi tandem JC sebagai produser Argo.

Ketidakcocokan #8

Argo :Sempat ada perintah pembatalan misi oleh JOD kepada TM di saat - saat akhir TM dan PSAS akan keluar dari Iran.

Fakta :Tidak pernah ada Sempat ada perintah pembatalan misi oleh JOD kepada TM di saat - saat akhir.

Ketidakcocokan #9

Argo : Sempat ada ketegangan di bandara karena tiket pesawat untuk tim Argo belum dibeli oleh CIA.

Fakta : Istri Dubes Ken Taylor yang membeli tiket pesawat untuk rombongan pelarian tersebut, lama sebelum mereka hendak berangkat.

Ketidakcocokan #10

Argo :Terjadi konfrontasi dengan petugas bandara dan tentara Iran saat akan TM dan PSAS akan boarding.

Fakta :Menurut TM, semua proses di bandara berjalan mulus sehalus sutera.

Ketidakcocokan #11

Argo :Pesawat yang ditumpangi TM dan PSAS dikejar dengan mobil dan ditembaki oleh para tentara Iran.

Fakta :Tidak ada peristiwa pengejaran dan penembakan tersebut.

Ketidakcocokan #12

Argo :AS dan CIA adalah pelaku utama dalam misi penyelundupan PSAS dari Iran.

Fakta :Kanada dan Dubes Ken Taylor adalah aktor utama yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan misi tersebut.

Masih ada beberapa ketidakcocokan lainnya seperti saat TM akan berangkat ke teheran, dalam Argo ia diantar oleh JOD padahal kenyataannya TM diantar oleh istrinya. Ataupun fakta sesungguhnya mengenai pembantu di rumah Dubes Ken Taylor maupun fakta - fakta lainnya yang tidak cocok antara Argo dan dunia nyata. Akan tetapi menurut saya ketidakcocokan tersebut masih bisa ditolerir.

Dengan berbagai ketidakcocokan yang saya sebut diatas, masih pantaskah ucapan " Film saya -- amat sangat akurat " dari sang sutradara Argo ?

Mungkin akan ada diantara para pembaca artikel ini yang mengatakan bahwa wajar saja ada ketidakcocokan antara Argo dan fakta sesungguhnya untuk menjaga dramatisasi dan ritme film. Saya tidak menyalahkan opini tersebut, tetapi alangkah kontrasnya pernyataan dari BA tersebut dengan pernyataan dari mantan presiden AS Jimmy Carter saat diwawancara CNN pada tanggal 21 Februari 2013 mengenai akurasi fakta sejarah dalam Argo. Pada saat misi Argo terjadi, Jimmy Carter adalah presiden AS yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaannya. Ia adalah orang yang menekan tombol hijau terakhir untuk pelaksanaan misi tersebut.

Jimmy Carter mengatakan, " Baiklah, aku akan mengatakan, pertama - tama, film itu adalah sebuah drama yang hebat. Dan aku berharap film itu mendapatkan Oscar untuk film terbaik karena menurutku memang pantas. Hal lain yang akan aku katakan adalah 90 persen kontribusi terhadap ide - ide dan pelaksanaan rencana tersebut adalah Kanada. Dan film tersebut memberikan hampir seluruh penghargaan kepada AS dan CIA. Dan, tanpa pengecualian, film tersebut sangat bagus. Namun Karakter Ben Affleck dalam film tersebut hanya - ia hanya ada, berada di Iran cuma satu setengah hari. Dan pahlawan utama, menurutku, adalah Ken Taylor, Dubes Kanada saat itu yang mengorkestrasi keseluruhan proses ".

Sebelumnya, di bulan November 2012, Jimmy Carter saat menerima gelar kehormatan dari sebuah universitas di Kanada juga menyatakan, " Aku sudah menonton Argo dan terkejut dengan penyimpangan dalam film tersebut mengenai apa yang sesungguhnya terjadi, karena hampir semua hal yang heroik, atau berani atau inovatif sebenarnya dilakukan oleh Kanada dan bukan oleh Amerika Serikat ".

Bagaimana tanggapan sang Dubes Kanada Ken Taylor tentang Argo ?

Dalam sebuah wawancara yang dimuat di harian ternama Kanada Toronto Star pada tanggal 19 September 2012, Dubes Ken mengatakan " Pada kenyataannya, Kanada bertanggung jawab terhadap keenam orang tersebut dan CIA adalah rekanan yunior saja. Tetapi aku menyadari bahwa ini adalah sebuah film dan kau harus membuat penonton tetap bertahan di kursinya masing - masing ".

Argo memang membuat banyak warga Kanada kecewa karena merasa jasa mereka dalam misi " Pelarian Asal Kanada " tidak dianggap dan dirampok oleh CIA sebagaimana terpapar dalam film tersebut. Seakan menyadari kekeliruannya, dalam pidatonya saat menerima piala Oscar untuk Film Terbaik Ben Affleck menyatakan " Aku ingin berterima kasih kepada Kanada ". Sebuah ucapan untuk menyelamatkan muka sang sutradara terhadap berbagai cercaan pihak Kanada, yang walaupun sebenarnya sangat terlambat tapi sepertinya cukup meredakan emosi masyarakat Kanada.

Bagaimana tanggapan Iran tentang Argo ? Awalnya pihak Iran sempat mengatakan akan membuat film sendiri mengenai peristiwa penyanderaan para staf kedubes AS sebagai respons terhadap Argo, dan dalam pemberitaan CNN.com tanggal 14 Maret 2013 menyebutkan bahwa Teheran akan menuntut para pembuat film Hollywood yang terlibat dalam pembuatan film - film propaganda anti Iran. Stasiun TV Iran yaitu Press TV juga menyatakan bahwa pihak pemerintah Iran sudah berbicara kepada seorang pengacara Perancis yang terkenal secara internasional mengenai pengajuan sebuah tuntutan hukum.

Semakin hari nampaknya semakin menarik saja kisruh mengenai film Argo, saudara - saudara. Sangat layak untuk disimak bagaimana kelanjutan proses hukum maupun respons berbagai pihak terhadap film fenomenal ini.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang mewarnai film peraih Oscar untuk Film Terbaik 2013 ini, Argo memang film yang pantang untuk dilewatkan. Untuk anda para penggemar film drama menegangkan, para penggila kisah spionase, para pencinta film bermutu, para pemerhati sejarah dan politik dunia, para pengagum Ben Affleck, saya menyatakan film ini wajib ditonton. Namun satu hal yang saya tegaskan terlebih dahulu kepada para pembaca sekalian, " Jangan belajar sejarah dari film - film Hollywood ! ".

Di penghujung ulasan ini saya tuliskan sebuah lelucon yang beberapa kali diucapkan oleh Lester Siegel, John Chambers dan Tony Mendez baik saat ditanya mengenai Argo atau toast bersama, " Argo F*ck Yourself " !

Skala Nilai : ****

Salam Damai Itu Indah,

AD

Track of The Day : Runaway Baby ( Bruno Mars )

Keterangan Skala Nilai :

*Bagus

**Lumayan

***Cangcing

****Wajib Nonton Ulang

Ulasan film berikutnya :

* THE CAMPAIGN

sumber gambar : www. argoimpawards.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun