Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Sepakbola Tanpa Reporter, Ibarat Sayur Tanpa Garam

18 September 2020   18:44 Diperbarui: 18 September 2020   18:47 14 3
"Ada Pace disana, Pace, Pace, pace menggocek-gocek bola, Pace melewati dua tiga pemain disana, Pace umpan jauh ke temannya, ada restu rupanya yang menyambut bola manis dari Pace, restu membawa bola ke arah mulut gawang, bahaya !! Bahaya sekali sodara-sodara sekalian!! Restu masih menggiring bola meliuk-liuk dengan indahnya daaaaaan GOOOOOLLL!!! Sontekan cantik dari pemain bernomor punggung 4 itu rupanya menghasilkan gol yang menawan sodara-sodara sekalian,,, skor pun berubah menjadi 1-0 untuk kemenangan sementara Garuda Jaya FC."

Rangkaian kata-kata seperti itu sering kita dengar mewarnai sebuah pertandingan sepak bola yang selalu menjadi magnet bagi para penonton yang hadir. Ya, kehadiran seorang reporter memang mejadi tontonan apik tersendiri bagi para penggila bola. Kehadiran reporter selalu memberi warna dan rasa yang makin mantap dari sebuah pertandingan yang tengah berlangsung.

Pertandingan seseru apapun jika tidak dilengkapi dengan suara reporter menjadikan suatu kekurangan, ibarat sebuah sayur yang belum dikasih garam, hambar rasanya.

Reporter selalu membuat jantung penonton makin berdebar-debar, bikin ketawa, bikin penonton enggan melepaskan pandangannya ke arah bola yang lagi dimainkan para aktor lapangan hijau. Makanya kehadiran seorang reporter juga sering ditunggu-tunggu oleh para penikmat si kulit bundar.

Memang tidak gampang menjadi seorang reporter, perlu keahlian khusus. Olah bahasa,  daya ingat untuk mengingat nama-nama pemain di lapangan, suara yang lantang, dan tentu semangat yang menggebu untuk bisa membangkitkan gairah pemain dan penonton supaya penonton yang memadati sisi-sisi lapangan juga tidak jenuh.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun