Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menyikapi Bencana dalam Islam

1 Desember 2021   09:50 Diperbarui: 1 Desember 2021   10:13 486 0
Oleh : Allaya Sabina Dahuri, Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri (Jakarta)
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung. Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi. Selama 5 abad terakhir, gempa bumi telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, sejumlah korban luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang sering kali tidak siap, rusak, atau runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan. Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya. Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya. Menurut Bankoff (2003): "bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan". Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat. Dilansir dari CNBC Indonesia pada 23 maret 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam satu tahun terjadi 3.253 bencana alam yang dialami Indonesia, artinya rata-rata ada 9 bencana yang terjadi setiap harinya. Tingginya jumlah bencana alam di Indonesia membuat tingginya kerugian negara dan menimbulkan korban jiwa. Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan Kementerian Keuangan mencatat setiap tahunnya Indonesia mengalami kerugian senilai Rp 22,8 triliun. Dalam 10 tahun terakhir jumlah korban jiwa akibat bencana mencapai 1.183 orang.
Penjelasan dalam Al-Quran bisa menunjukkan bagaimana bencana dimaknai dalam Islam. Apalagi, seperti dikutip dari laman NU Online, Al-Quran menyebutkan bencana atau musibah sebanyak 75 kali. Dari sana, bisa dipahami bahwa bencana dalam pandangan bisa diartikan sebagai ujian, bencana atau musibah datang untuk mengangkat derajat seseorang maupun kaum yang menerimannya. Jika mereka dapat melewati bencana atau musibah dengan kesabaran maka akan bertambah keimanan dan ketaatannya. Turunnya bala' turut menjadi penghapus dosa bagi yang mendapatkannya apabila dihadapi dengan baik dan penuh kesabaran. Bencana juga bisa diartikan sebagai hukuman yaitu sebuah iqab yang diturunkan Allah SWT apabila manusia telah bertindak melampui batas. Tindakan manusia dan kaumnya telah melanggar syariat sehingga menimbulkan kemurkaan dari Allah SWT. Misalnya, di suatu hutan yang cukup lebat lalu dilakukan penebangan massal tanpa mengindahkan penghijauan. Akibat hutan gundul, bermunculan bencana seperti tanah longsor atau banjir. Semua bencana itu terjadi karena manusia telah merusak alam. Yang terakhir bencana dapat dimaknai sebagai azab atau pembinasaan. Bencana dalam bentuk azab banyak disebut di dalam kisah-kisah Nabi sebelum Rasulullah Muhammad SAW. Misalnya, kaum Nabi Nuh yang menolak ajakan untuk bertauhid pada Allah SWT, ditimpakan pada mereka azab berupa banjir bandang yang menewaskan seluruh orang-orang kufur. islam sebagai panduan hidup yang lengkap dan sempurna memiliki panduan khusus bagi manusia untuk memaknai dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpanya, termasuk bencana.
Islam memberikan rangkaian nilai-nilai dan sikap praktis yang dapat digunakan sebagai dasar manusia memaknai dan menyikapi serta menghadapi bencana yaitu, bencana adalah takdir dan rahmah Allah dimana segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah sebuah ketetapan Allah subhanahu wa ta'ala. Mulai dari kelahiran, kematian, perputaran siang malam dan segala sesuatu yang dirasakan manusia merupakan ketetapan Allah, termasuk kemudian peristiwa bencana. Bencana yang terjadi merupakan ketetapan atau takdir yang datang dari Allah. Setiap yang datang dari Allah merupakan sebuah kebaikan dan bentuk kasih sayang Allah kepada makhluknya, karena Allah menetapkan sifat rahmah (kasih dan sayang) pada dirinya. Allah berfirman,
( 54 )
Artinya : "Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, "salamun 'alaykum"Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah melakukanya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang". (QS Al-An'am ayat 54).
Kemudian sebagai orang yang beriman, wajib mengimani bahwa setiap yang diberikan atau ditimpakan Allah kepada manusia baik bencana atau bukan adalah sebuah kebaikan dan perwujudan kasih sayang Allah. Allah berfirman,
( 30 )
Artinya: "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa : "apakah yang telah diturunkan Tuhanmu ?", mereka menjawab : "(Allah Menurunkan) Kebaikan". Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia akan mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akherat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa". (QS An-Nahl ayat 30).
Segala sesuatu terjadi didasari dengan kebaikan dan keadilan Allah, termasuk didalamnya peristiwa bencana. Bencana terjadi supaya mengingat kembali dan menjalankan ketetapan Allah. Bencana tidak datang semata-mata dari kemurkaan Allah dan Allah tidak berkeinginan untuk menyengsarakan makhluknya, melainkan kelalaian dan kezaliman manusia itu sendiri, sebagaimana Allah berfirman,
( 44 )
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri". (QS Yunus ayat 44).
Kemudian contoh mengenai Allah Maha Baik dan Maha Adil yang keadilan dan kebaikan-Nya selalu mengiringi setiap peristiwa yang terjadi, sebagaimana terdapat dalam  hadist berikut,
Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, bahwa keduanya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit, kelelahan, penyakit, kesedihan hingga kegundahan yang dirasakanya melainkan Allah akan menghapus kesalahanya (dosa)".(HR Muslim)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun