Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Culture Shock di China

11 September 2019   22:34 Diperbarui: 11 September 2019   22:37 334 1
Kompasiana.com | Beijing (China) - Bagi mahasiswa Internasional culture shock bukanlah masalah yang asing. Setiap mahasiswa Internasional pasti akan mengalaminya.

Sebelum culture shock dibahas lebih lanjut ada baiknya mengenal arti culture shock lebih dalam. Culture memiliki arti 'budaya' dan  shock yang berarti 'terkejut', secara umum dapat diartikan perasaan berbeda dengan budaya atau kebiasaan orang-orang sekitar.

Nah, secara umum culture shock ini dapat dirasakan karena adanya ketidak sesuaian atau ketidak cocokan dengan lingkungan sekitar, baik dari segi perbuatan, makanan, bahkan tempat tinggal.

Sebagai mahasiswa asing di China saya tentu mengalami culture shock saat masa awal ketibaan di China. Perasaan yang sangat berat mulai terasa saat ketibaan di bandara Beijing. Walapun berada di bandara ibukota, bandara internasional ini hampir tidak menggunakan Bahasa Inggris.

Sebelumnya Saya tidak memiliki dasar untuk berbahasa Mandarin tentu ini merupakan masalah. Bukan hanya di bandara saat di tempat umumpun masih sulit untuk menemukan penduduk lokal yang dapat Berbahasa Inggris, tentu gejolak terasa sangat berat dalam Bahasa Mandarin ini. Mulai dari tulisan, penyebutan dan nada dalam pengucapan.

Lain hal lagi dengan sistem pembayaran di China, yaitu dengan sistem e-money. sistem pembayaran di China sudah terbiasa dengan tidak menggunakan cash, tentu bagi pengguna awal 'uang tak tampak, tidak akan habis' artinya dikarenakan uang tidak dalam genggaman, pengguna hampir  tidak mengetahui uang pengeluaran akibatnya penggunaan uang tidak teratur.

Hal lain yang dialami ialah sorotan mata terhadap orang yang berhijab.di Negara tirai bambu ini pengguna hijab bukanlah hal yang biasa dijumpai, tentu bagi penduduk lokal ini adalah hal yang berbeda. namun uniknya penduduk lokal terlihat antusias dan meperlihatkan antusiasnya dengan tidak melepaskan pandangan dari hijabers. walaupun makanan China sering di jumpai di Indonesia tapi bukan berarti rasa yang sama akan di jumpai di China.

Sebaliknya masalah perbedaan makananpun menjadi masalah berat mulai dari rasa minyak yang sering dijumpai di makanan, rasa biji mala yang pedas dan mati rasa, atau rasa pedas yang tidak terasa, dan rasa hambar pada makanan, tidak luput juga perbedaan tingkat kematangan makanan.

Sebelumnya Saya memiliki ekspektasi yang besar dengan perbedaan makanan yang tipis namun ternyata justru sebaliknya. Dari pengalaman sebelumnya, untuk mengurangi rasa culture shock ini cukup mudah, yaitu dengan menerima perbedaan dan beradaptasi.

Walaupun solusi terdengar mudah bukan berarti hal ini dapat terelakan atau tidak dialami. Untungnya depresi akibat culture shock ini juga akan terobati dengan teman-teman asing dan dengan travelspot di Negara China.

Penulis : Azira Sausan Jingga
Program Study : BACHELOR OF TOURISM MANGEMENT | Now -- 2023| Jilin International Studies University| Changchun, China.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun