Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jokowi, Titah Rakyat Tahta Rakyat

1 Juni 2014   06:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52 105 1
Tidak berlebihan jika Jokowi menjadi harapan rakyat kecil, orang-orang yang hanya bisa menonton para pejabat berulah dan berkilah. Sambil berbincang ringan dengan orang-orang dijalan, pedagang kecil, supir, penjual kue, pedagang sayur, pekerja kasar, pedagang kaki lima, bermacam-macam, selalu muncul harapan Jokowi akan mewakili mereka.

Tidak muluk-muluk, mereka hanya bergelut dengan kebutuhan sehari-hari, berapa harga sembako, berharap dagangannya laku, cukup modal buat besok. Anak-anak bisa sekolah, lalu jangan sakit, kalau sakit berarti masalahnya dobel. Berharap nanti Hari Raya masih ada rejeki tambahan buat mudik. Pejabat naik, pejabat turun, tidak banyak bedanya.

Rakyat jelata tidak perlu ilmu ekonomi canggih atau investasi muktahir, toh duitnya hanya numpang lewat saja. Paling penting jangan tekor saja alias pengeliuaran lebih besar dari penghasilan harian.

Lalu apa yang diharapkan dari Jokowi ? Sosok Presiden yang mengerti keseharian rakyat biasa. Kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan. Bukan malah dibebani pungli daging sapi, nilep duit ongkos haji, korupsi dana untuk tambal lubang di jalan, pejabat kok merampas hak rakyat padahal sudah digaji dari uang rakyat.

Jokowi merupakan lambang harapan dan perubahan bagi rakyat kecil. Mereka tidak butuh pejabat yang turun dari langit dengan helikopter, naik kuda Arab seharga dua milyar rupiah atau cas-cis-cus fasih berbahasa Inggris. Rakyat kecil butuh pemimpin yang mengerti jalan hidup mereka sehari-hari dan memberikan harapan suatu saat akan lebih baik dan mendapatkan secuil keadilan.

Ada yang bilang Pilpres 2014 kali ini seperti Perang Bharatayudha, boleh-boleh saja, asal ingat Gatotkaca dengan otot kawat dan tulang besi serta bisa terbang, sakti mandraguna, tewas juga. Ini bukan perang bung, tetapi merupakan pengejawantahan harapan rakyat akan perubahan, lepas dari bayang-bayang para pejabat-politisi yang tidak pernah menjadi bagian dari rakyat biasa.

Jokowi tidak canggung menelusuri jalan kampung, menyapa orang di sepanjang jalan, melongok ke gubuk reyot, berbicara dalam bahasa yang dimengerti orang awam. Ada orang yang mencibir Jokowi hanya "pencitraan saja", tanpa sadar ada capres lain yang menghabiskan uang milyaran rupiah untuk pasang iklan di TV demi pencitraan.

Jokowi dicibir berwajah ndeso, kurus kerempeng pula, tetapi itulah yang menjadikannya bagian dari rakyat, bukan di barisan selebriti. Bukankah semua orang sedang sibuk mendulang suara rakyat ? Mengapa tidak mau menjadi bagian dari rakyat biasa ?

Jika ingin menjadi Presiden pilihan rakyat, bukankah lebih elok mendengarkan titah rakyat dan bertahta untuk rakyat ?

Jika ada yang bertanya, mengapa Jokowi ? Jawabannya sederhana, Jokowi adalah KITA, rakyat biasa yang hanya bisa bersuara lima tahun sekali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun