Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Vertikal ...

14 Oktober 2010   09:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26 51 0
Belum juga gelap ketika bintang mulai datang

Cahayanya yang meredup sambangi separuh dari terang, dari sebagian raut hitam wajah pemilik ini

Sebagiannya melebam ungu ...

Sebagian lainnya pias ... seperti malu




Biar, biar saja Dia memilihkan kami jalan khusyuk menuju surgawi

Meneliti titian jalurnya lalu menambal dengan aspal hitam yang berbentuk vertikal

Mendiamkan panas lelehannya, sehingga mendingin saja yang mensisa dengan nyaman




Mari, silahkan kita lurus dan ke kiri, lalu ke kanan, kemudian ke depan, ayuh, sudah siap kan?




Mengapa ada jangan? kata-Mu?

Mengapa diam? Kata-Mu?

Kalimat yang dari hujat-Mu? Atau sunnah yang bias oleh turunan-Mu?

Nanti, nanti saja sebelum masuk yang kemudian gelap, sebelum lalu ...

Kalimat dua dua berisi do'a melantun menuju hisab ...




Sembahyang saja dulu disini ... di Mushala bambu pemberian tuan tanah berwajah sangar

... (istri nya baru saja melahirkan kemarau) ...

Parkirkan dulu sedih itu, cuci dengan air gunung yang sudah dibuat penduduk bermandi junub di hulu sana

Lalu ikuti ritual ini, berkumur, berhidung, bertangan, kemudian bermuka, terus ... sampai selesai ...

Rendahkan sedikit saja wajah kita di hadapan Tuhan, kemudian cium wangi kayu nya ...

Lemparkan mintamu

Lemparkan marah dari tangan pejal mu

Disanjung-sanjung ke langit-langit

Lalu jalanlah ...

Jangan lupa Bismillah .....

..............................................

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun