Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Apa yang Akan Terjadi Jika Siswa SD Tersesat?

7 Mei 2012   01:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 264 0

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman tersesat yang pernah saya alami. Pengalaman ini benar-benar saya alami. Pengalaman ini terjadi ketika saya SD.

Saya diterima sekolah di sebuah SD yang cukup favorit. Bundaku ternyata pintar sekali mencarikan sekolah yang bagus buat anaknya. Saya adalah lulusan SDN 11 Air tabit, bukit sitabur, payakumbuh.

Lokasi sekolah saya cukup jauh dari tempat saya tinggal. Mungkin kira-kira lima belas kilometer jaraknya. Lokasi sekolahnya berada di jalan raya payakumbuh-lintau. Sedangkan rumah saya ada di sebuah jorong (desa) yang cukup jauh dari dalan raya. Jadi jika teman-teman saya ingin berkunjung ke rumah saya musti memasuki sebuah simpang dulu.

Ketika saya kecil, saya sangat jarang diajak oleh mama berjalan-jalan. Maklum… orang kampung… bunda juga sibuk mengajar di sekolahnya. Jadi kami hanya berkutat disekitar kampung itu. Bagi saya yang ketika itu baru berumur 6 tahun tentu naik mobil atau kendaraan umum adalah hal langka. Ingat..!! Saya ketika itu baru berumur 6 tahun loh..

Pagi itu bunda mengantarkanku ke sekolah. Itu adalah hari pertamaku di sekolah dasar. Kami berangkat dengan angkutan kota (angkot). Perjalanan ke sekolah berjalan dengan lancar. Selamat sampai ke sekolah. Setiba di sekolah, bunda lalu mengurus segala administrasi dan hal lainnya yang berhubungan dengan urusan siswa baru. Setelah itu bunda menyerahkanku ke wali kelas. Lalu bunda pergi meninggalkanku seorang diri di sekolah itu karena bunda harus mengajar di sekolahnya.

Bunda pun berangkat menuju ke sekolahnya. Beliau berangkat dengan naik angkot lagi. Namun, bunda ketika akan berangkat ke sekolahnya tidak meninggalkan pesan apa-apa padaku.

------------------------------------------

Saya pun memasuki ruang kelas bersama guru tadi. Di luar kelas banyak para orang tua yang mengawasi anaknya didalam kelas. Tapi di luar sana tidak ada bundaku karena beliau berada di tempat lain. Ia juga mengajar di sekolahnya.

Saya mengikuti kegiatan sekolah hingga akhir, hingga jam sekolah usai. Lalu sekolah pun dibubarkan. Satu per satu siswa pulang. Ada yang jalan kaki karena rumahnya dekat dari sekolah. Ada yang pulang bersama dan ada juga yang di jemput oleh orang tua atau keluarganya.

Tapi… bagaimana dengan saya? Saya bingung. Saya tidak tahu dengan siapa saya pulang. Adakah yang akan menjemput?

Saya pun menunggu bunda di depan dekat gerbang sekolah. Barangkali bunda akan menjemputku. Pasti bunda tahu ini sudah waktunya jam sekolah usai. Saya tetap menunggu bunda disana. Berdiri seorang diri. Saya melihat ke kiri kanan mencari-cari keberadaan bunda. Namun bunda tak kunjung datang. Saya semakin takut dan khawatir. Saya sangat bingung sekali. Saya sudah menunggu bunda cukup lama. Tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kehadiran bunda.

Sempat terpikir bagi saya ketika itu untuk pulang dengan angkot. Tapi lagi-lagi saya bingung. Bagamana caranya naik angkot. Bagaimana caranya menyetop mobil saya tidak tahu. Maklum sebelumnya saya tidak pernah naik angkot. Karena saya masih sangat kecil baru berumur 6 tahun. Lagi pula uang juga tidak ada untuk membayar ongkos. Satu sen pun tidak ada di tangan.

Saya semakin bingung apa yang akan saya lakukan. Teman-teman saya sudah pulang semua. Di depan gerbang ketika itu yang ada hanya saya seorang. Karena bosan berdiri disana, saya pun memutuskan untuk jalan kaki.

-------------------------------------------

Disinilah awal ‘ketersesatan’ itu berawal. Saya pun menelusuri jalan seorang diri. Menelusur sepanjang jalan. Aspal demi aspal saya lalui. Saya tidak tahu kemana saya melangkah seharusnya. Saya hanya mengikuti kata hati dan mengikuti kemana kaki ini melangkah.

Sudah jauh saya menelusuri jalan demi jalan. Namun kok tidak sampai-sampai ya.. Ada yang aneh. Sepertinya jalan yang saya lalui itu berbeda dengan jalan ketika saya berangkat ke sekolah tadi. Suasana jalan itu tidak sama seperti yang saya ingat ketika berangkat. Saya semakin stress. Saya semakin takut saya ada dimana. Jangan-jangan saya sudah tersesat. Sepertinya saya salah arah (seharunya dari depan sekolah, jika hendak pulang jelas kearah kanan. Jika kearah kiri itu mengarah ke pasar payakumbuh).

Saya hendak berbalik arah. Tapi jika saya berbalik arah apakah jalan yang akan saya lalui nanti tidak salah? Saya semakin bingung. Benar-benar stress. Saya benar-benar hampir gila ketika itu. Ya tuhan… saya sebenarnya ada dimana..?

Saya juga tidak sempat bertanya pada orang-orang yang pernah saya jumpai di jalan. Karena saya tidak berani. Sebelumnya saya tidak pernah seperti itu. Belum pernah bertanya pada orang asing yang tidak saya kenal. Namanya saja bocah berumur 6 tahun. Jadi sudah pasti tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Coba anda bayangkan…

-------------------------------------------

Ketakutan semakin menggebu-gebu dalam hati. Semua perasaan bercampur aduk. Takut, bingung, khawatir, cemas, was-was, dan sebagainya bercampur aduk. Saya tidak bisa memikirkan apa-apa. Saya seperti berada di tengah hutan walaupun kenyataannya saya ada di jalan. Benar-benar merasa asing.

Karena perasaan yang semakin menggebu-gebu didalam hati tadi membuat psikologi saya terganggu. Semuanya benar-benar kacau. Tapi saya tetap melanjutkan perjalanan. Sampai saya menemukan sebuah sekolah dasar. Tapi jelas itu bukan sekolah saya tadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun