Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Di Manakah Letak Kebahagiaan itu ?

27 Februari 2013   22:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:35 1049 1

HAA.

Di dalam setiap benak manusia pastilah menginginkan kententraman dan kebahagian hakiki. Lalu yang menjadi pertanyaan, di mana letak kebahagian dan ketentraman itu? Di materikah? Di harta melimpahkah? Atau….?

Sobat, secara realita sering kali kita melihat banyak di antara manusia yang diberikan kelebihan oleh Allah berupa harta yang melimpah namun di sisi lain batin mereka terusik. Terusik untuk mencari cara mempertahankan kekayaan yang dia cari. Terusik untuk melanggengkan kekayaan. Terusik memikirkan nasib generasi ke depan, hingga muncul ucapan “semoga hartaku dapat dinikmati sampai tujuh turunan”. Dari sini saja muncul berbagai kemudharatan, makin banyaknya manusia menjual keyakinannya demi materi dunia, makin banyak pula manusia menggadaikan harga dirinya hanya demi syahwat harta semata.

Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang ini benarkah kepemilikan harta yang melimpah merupakan hakikat kebahagiaan?

Sobat, jika kita mendefinisikan arti kebahagiaan dari sisi harta, maka niscaya “Karun”, “Fir’aun” adalah generasi yang paling mulia. Namun seperti kita ketahui, justru karena harta dan ambisi mempertahankan kelanggengan harta tersebutlah yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam lembah nista.

Bandingkan dengan kisah Rasulullah:Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat." (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: "Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang tiga hari berturut-turut semenjak tiba di kota Madinah sampai beliau wafat."(Muttafaq'alaih)

Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Hingga beliau tidur dalam keadaan lapar, tidak ada sesuap makanan pun yang mengganjal perut beliau. Ibnu Abbas menuturkan sebagai berikut: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keluarga beliau tidur dalam keadaan lapar selama beberapa malam berturut-turut. Mereka tidak mendapatkan hidangan untuk makan malam. Sedangkan jenis makanan yang sering mereka makan adalah roti yang terbuat dari gandum." (HR. At-Tirmidzi)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun