Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Merdeka Definisi Penjajah

28 Oktober 2020   07:29 Diperbarui: 28 Oktober 2020   07:36 75 7
...Mentari telah hilang di ujung barat bumi Maluku.
Terlihat kerlap-kerlip pembangunan menyapa hari yang lugu.
Melebihi kebiadaban Zaman lalu.
Kita selalu bangga dengan petikan "pribumi".
Padahal, pohon sagu mati tidak terurus.
Katanya tanah kita berkelas.
Kok...rakyat mati kurus.
Seperti tidak terurus.
Pemerintah tutup kuping.
Seperti orang sinting.
Menyapa budaya yang hilang dengan lambaian tangan
Entah harus ke mana
Bagaikan kompas kehilangan arah.
Membunuh mata yang terbuka.
Dengan pena si perintah.
Berdiri kaku
Seperti paku
Walau tidak salah disuruh ngaku
Keimanan bangsa semakin runtuh.
Hutan dibakar
Rumah digusur
Kemerdekaan kita hanya sebatas kasur
Yang kerjanya cuman tidur
Ngorok dibilang suara perlawanan.
Dikasih uang kita berkawan
Teriak lupa kritikan
Kaum miskin menangis kelaparan.
Di atas penderitaaan itu...
Pemuda zaman Ku telah mati
Cerita perlawanannya hanya sebatas kedai kopi.
Setelah itu pergi
Seperti binatang tidak tahu diri.
Sering juga sesekali mataku melihat perlawanan pemuda di jalan.
Buat macet berkepanjangan.
Katanya itu melawan ketidakadilan.
Padahal dipenuhi dengan makian serta cacian orang pinggiran.
Hahaha...tertawalah.
Biarkan kita dikatakan gila
Asal jangan disuruh penjajah.
Sebab kita merdeka.
Katanya...nasionalisme
Makan lemon harus dari cine
Lalu lupa petani yang semakin kere
Itu sudah dibilang terbiase.
Bulan terlihat semakin meninggi.
Seiring itu, perpaduan sahutan jantan semakin sunyi.
Mengantar alam sadar ke dunia mimpi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun