5 Agustus 2010 12:36Diperbarui: 26 Juni 2015 14:178340
JANGAN suka menunjuk orang lain. Jari yang menunjuk cuma satu jari, tetap empat jari lainnya menunjuk ke kita. Begitu kira-kira ajaran yang saya dapat dari orang tua saya. Singkat tetapi bijak (tapi bukan bijak orang pajak... he..he) . Maknanya, kira-kira, sebaiknya kita berinteropeksi dulu sebelum menunjuk orang lain. Apalagi untuk mempersalahkan orang lain. Interopeksi diri lebih penting daripada menunjuk orang lain untuk mencari-cari kesalahan. Seolah-olah kita paling bener. Saya segera teringat "pelajaran berharga" emak dan apak saya dulu soal "jangan suka menunjuk orang lain" itu ketika membaca berita, Megawati: Republik Ini Kacau-balau di Kompas (5/8) halaman 3. Tentu saja saya tidak pada tempatnya, memberi tahu Bu Mega soal filosofi tunjuk tangan itu. Lha, saya kan lebih muda dari Bu Mega. Lagian saya bukan emak-bapaknya beliau bukan? Apalagi saya cuma rakyat biasa-- kalau musim kampanye saya dicap wong cilik-- dibandingkan beliau yang berpengalaman jadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan. Jadi tidak pada tempatnya saya memberi tahu dia: Mbok ya si ibu interopeksi... he..he Saya lebih suka menaruh judul berita Kompas yang hanya mengutip omongan Bu Mega itu untuk status saya di Facebook. Setelah itu saya menikmati komentar-komentar dari teman-teman saya, baik yang kenal maupun yang akrab secara visual, seperti Anda....
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.