Jangan lagi merindukanku, "katamu". Bagaimana mungkin aku bisa, sementara separuh hati ku masih ada kamu. Dalam hati aku mulai bertanya "ya Tuhan apakah hamba dosa bila merindukan seseorang?", karena aku dan dia sudah tak menjalin hubungan lagi soal cinta. Untuk silahturahmi kita sepakat untuk tetap menjaganya. Aku yang terjebak dalam perasaan sendiri masih terpaku padanya yang menaklukkan hati untuk pertama kali. Tak ada benci diantara kita, sama sekali tak ada sebab perpisahan yang terjadi bukan kehendak aku atau pun dia, lagi-lagi semua terbentur budaya kita harus rela berteman selamanya sambil menunggu salah satu dari kita menjadi raja dan ratu sehari di singgasana untuk hidup berumah tangga selamanya. Rindu terus membara sementara cinta tak padam pula, aku mendapat kabar dari selebaran kertas yang di tujukan pada ku. Sore itu di akhir senja aku baca pelan-pelan "ini undangan", terselip nama mu di sana.Â
KEMBALI KE ARTIKEL