Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sagesse

19 Maret 2013   22:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:30 91 1
"Yang diingat hanya melupakan, melupakan, melupakan. Ada yang paling penting dan terlupakan, yaitu mengambil hikmah disetiap kejadian"Pada saat itu semua terasa lebih indah. Dengan segala suguhan sederhana yang ia berikan. Dengan janji-janji yang sepertinya dapat kupegang. Kita melalang buana menjajaki pendekatan satu sama lainnya.Banyak cerita. Tangis, tawa, humoris, romantis, dan drama cinta yang belum pernah aku rasakan dan hampir tidak terbesit dipikirkan sebelumnya. Dan bila aku ingat, pada saat itu semua logikaku dilumpuhkan. Ini bagian porsi kecil proses pendewasaan yang harus aku rasakan. Semua luka teringat jelas dan menjadi tamparan kehidupan.Dulu aku belajar arti memiliki, dan kini aku dipercaya untuk mempelajari arti kehilangan. Meskipun terasa sulit memahami apa yang dipercayaNya untuk aku jalani, sekarang aku sangat bersyukur. Banyak macam kode yang telah diberikan aku acuhkan karena egois memaksakan untuk memiliki. Ibarat disakitin terus dimaafin, terus disakitin lagi terus dimaafin lagi, terus disakitin lagi terus curhat harus ngapain. Emosi itu menyandukan. Setahun sudah terlewati. Dengan yakinnya, dulu aku percaya bahwa cinta ialah rela berkorban walaupun sakit. Salah besar! Cinta itu berjuang bersama agar masing-masing tetap sehat. Katamu, aku terlalu banyak menuntut. Semoga kalimat ini bisa dijadikan bahan renungan, "Jika kau ingin hidup dengan bebas semoga itu tidak karena kau merasa tertekan oleh apa-apa yang sebenarnya terbaik untukmu, untuk hidupmu."Masa lalu jelas sudah lewat, tentu kita tidak mengalaminya lagi, kita hanya terkadang mempermasalahi saja. Mempermasalahi sikapmu yang seperti gali lubang tutup lubang. Akhir kata, semoga tak ada lagi yang tersakiti dan semoga tidak ada kata "terbawa suasana" part kesekian.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun