Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ternyata Rajin Ibadah dan Baca Qur'an Tidak Menjamin Kita Masuk Surga

26 Mei 2025   11:12 Diperbarui: 27 Mei 2025   12:57 79 2
Ini adalah Masjid Amru bin Ash yang berdiri kokoh di Kairo, Mesir.

Masjid ini didirikan pada tahun 641 oleh Amru bin Ash Radiallahuanhu (RA), Gubernur Mesir ketika itu, sehingga masjid ini adalah masjid pertama dan tertua di Benua Afrika.

Saya sangat bersyukur karena sudah berkesempatan mengujungi masjid bersejarah ini.

Amru bin Ash RA adalah sahabat nabi dan panglima perang Islam yang merebut Mesir dari tangan Bangsa Romawi pada tahun 639.

Ketika itu masyarakat Mesir yang baru memeluk Islam banyak yang belum memahami Al-Qur'an, sehingga Amru bin Ash RA meminta bantuan kepada Khalifah Umar bin Khattab RA untuk mengirimkan guru ngaji ke Mesir.

Khalifah Umar RA kemudian memenuhi permintaan Gubernur Mesir itu dengan mengutus seorang guru ngaji yang bernama Abdurrahman bin Muljam atau Ibnu Muljam.

Ibnu Muljam adalah seorang penghafal Qur'an yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an dengan tajwid dan suara merdu, sehingga dia dijuluki Al-Muqri atau ahli membaca al-Qur'an.

Ketika pecah perang saudara antar sesama muslim sebagai akibat dari perselisihan antara Ali bin Abu Thalib RA dan Muawiyah bin Abu Sufyan RA pada tahun 648, Amru bin Ash berpihak pada Muawiyah, sedangkan Ibnu Muljam berpihak pada Ali.    

Ketika pasukan Ali RA sudah hampir memenangi pertempuran, Muawiyah dan Amru bin Ash menawarkan perjanjian damai, dan tawaran itu diterima oleh Ali RA demi persatuan kaum muslimin ketika itu.

Keputusan Ali RA itu ditentang oleh sebagian pendukungnya karena menurut pemahaman mereka, perselisihan seharusnya diselesaikan dengan pertempuran, bukan dengan perjanjian damai.

Akibat dari perdamaian itu, sekitar 4.000 tentara pendukung Ali RA menyatakan keluar dari barisan pendukung Ali RA, salah satu diantaranya adalah Ibnu Muljam.  

Kelompok ini kemudian dikenal dengan sebutan "Khawarij" yang berasal dari kata "Kharaja" yang artinya keluar atau membelot.

Ibnu Muljam dan kawan-kawannya ini tidak sekedar keluar dari barisan pendukung Ali RA, namun juga memvonis Ali, Muawiyah, dan Amru bin Ash telah kafir, sehingga darahnya halal untuk ditumpahkan.

Ibnu Muljam kemudian melakukan pembunuhan terhadap Ali bin Abu Thalib RA ketika menantu nabi tu sedang melaksanakan shalat subuh di Masjid Agung Kufah, Irak pada tahun 661. Akibat dari perbuatan kejinya itu, Ibnu Muljam ditangkap dan dihukum mati.

Tentu timbul pertanyaan, Ibnu Muljam adalah seorang penghafal Qur'an dan ahli ibadah, tapi mengapa dia malah memvonis seorang sahabat nabi sebagai kafir, bahkan tega melakukan pembunuhan terhadap keponakan nabi itu?

Ternyata seorang penghafal Qur'an dan ahli ibadah tidak menjamin dia akan memahami dan mengamalkan al-Qur'an dengan benar sebagaimana pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya:

"Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al-Qur'an, dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka, demikian pula shalat kalian dibandingkan shalat mereka, juga puasa kalian dibandingkan dengan puasa mereka. Mereka membaca Al Qur'an dan mereka menyangka bahwa Al Qur'an itu adalah hujjah bagi mereka, namun ternyata Al-Qur'an itu adalah bencana atas mereka, mereka mengira Al-Qur'an akan membenarkan mereka, padahal mereka bertentangan dengan al-Qur'an. Bacaan al-Qur'an mereka tidak sampai melewati batas tenggorokannya. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari busurnya. (HR. Muslim).

Dalam haditsnya yang lain, nabi juga pernah bersabda bahwa kaum khawarij nanti akan menjadi anjing-anjingnya neraka (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Naudzubillah. Semoga kita tidak terpedaya dan tidak mengikuti pemahaman sesat kaum Khawarij yang masih ada dan tumbuh subur hingga kini.

Oleh karenanya kita tidak perlu berbangga diri apabila kita telah menjadi hafidz atau penghafal qur'an, bersuara merdu ketika mengaji, dan rajin ibadah karena semua itu tidaklah menjamin kita akan masuk ke surga.

Rasulullah dalam haditsnya pernah berucap bahwa tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga dan menyelematkannya dari api neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah (HR. Muslim).

Bagaimana supaya kita bisa mendapat rahmat Allah?

Rahmat Allah datang semata-mata karena akhlak kita kepada-Nya maupun kepada makhluk-Nya. Wallahualam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun