Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Dari Kaki Mereka Perdamaian Tercipta

30 Agustus 2019   20:39 Diperbarui: 30 Agustus 2019   21:05 40 0
Pada 2006 silam sekelompok anak muda asal Maluku menjuarai piala Medco U-15 di Jakarta. Sekaligus mengharumkan nama negeri Para Raja-raja itu diajang kompetisi nasional.

Tak hanya itu, dari kaki mereka konflik horizontal antar Islam dan Kristen berakhir hingga kini. Mereka mampu menciptakan perdamaian lewat sepak bola walau terbilang masih bocah.

Salut dan rasa bangga terhadap perjuangan suci yang dilakukan. Sebagai manusia tidak sia-sia dalam menjalani kehidupan.

***

Februari 1999-2004 merupakan peristiwa malapetaka menghatam kota Ambon. Dimana parang dan senapan telah menguasasi naluri kemanusiaan antara Acang (Islam) dan Obet (Kristen). Kemanusiaan tengah hancur berkeping-keping saat itu.

Entah ingin memilih siapa untuk meredamkanya, saya tidak tahu. Sebab, dalam situasi yang sangat panas dipenuhi provokasi kekerasan oleh organisasi luar menggugurkan semangat Pela-Gandong begitu cepat.

Dikampung-kampung, ruang diskusi dalam Baileo(rumah adat) penuh dengan histeris teriakan Bakubunuh sudah. Setelah itu asap hitam meluap disudut-sudut kota. Rumah sakit penuh darah dan air mata. Akses ekonomi terputus karena ulah kepentingan penguasa.

***


Beberapa hari kemudian terdengar bakuperang sodarah di Maluku Utara. Acang dan Obet sudah ambil posisi masing-masing. Ternate yang mayoritas Muslim memperoleh kemenangan mutlak. Sementara di Pulau Halmahera, korban berjatuhan imbang antar kedua pihak.

Konflik pangjang telah membakar seluruh Istana Maluku. Nyawa yang hidup di Utara hingga Selatan berakhir dicamp-camp pengunsian relawan kemanusiaan. Akan tetapi suplay energi pasukan kian berdatangan atas nama pembela agama.

Senyata, konflik tersebut terasa bosan. Renungan antara dua kelompok menjelma disekucur tubuh. Terlepas dari peran pendeta dan ustad untuk menyejukan batin yang lagi diserbu amarah.

Aktivis kemanusiaan sedang mencari cara untuk meredam konflik. Tokoh politik dan akademisi telah menyusun naskah perdamaian. Semuanya sibuk berhari-hari.

***


Pada satu titik lewat sekumpulan pemuda berbakat dan memiliki potensi menendang sikulit bundar, harapan perdamaian itu pelan-pelan lahir. Awalnya tak pernah terbayang bisa seperti itu.

Ditahun 2005, pertandingan Sepak Bola Jhon Mailoa Cup pertama kali diadakan di Maluku. Lapangan Matawaru Desa Tulehu ditetapkan sebagai lokasi pertandingan.

Antusias pendaftaran banyak diminati, karena setelah konflik pelan teredam. Maluku telah membangun ikatan persaudaran Islam-Kristen lewat pertandingan Sepak Bola. Di covery dengan semangat pela gandong.

Tak begitu monoton, pendaftaran dipihak kalangan Islam. Sahabat Kristen pun ikut berpartisipasi untuk mendaftarkan diri. Perjalanan pertandingan Piala Jhon Mailoa Cup dijuara oleh Tim SSB Tulehu.

Selanjutnya, kabar bahagia datang dari PSSI Pusat. Bahwa akan ada kompetisi sepak bola antara Provinsi di Jakarta. Maluku termasuk yang wajib dan harus ikut.

Kabar baik ini tidak disia-siakan oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Upaya pendataan pemain kini dilakukan. Tidak boleh harus Islam saja atau Tulehu saja yang ada dalam tim tetapi harus Maluku. Lepaskan ego sentris demi mengharumkan nama Maluku.

Tim sudah siap dibawa Asuhan Shany Tawainella. 2 orang asal Desa Passo yang bermayor Kristen ikut bergabung dalam Tim Maluku. Mereka kemudian berangkat menuju Jakarta.

DiJakarta, konflik masih terbawa dalam tim Maluku. Sempat adu fisik juga namum dengan kebesaran hati Shany Tawainella segalanya bisa teratasi.

"Beta bukan Tulehu, Beta Bukan Passo, Beta bukan Islam, Beta Bukan Kristen tapi Beta Maluku". Begitulah kata-kata Sany meredam amarah dan memotivasi anak asuhnya seperti diceritakan dalam Film Cahaya Dari Timur.

Selama kompetisi bergulir, Maluku kian berjalan mulus tak ada hambatan sedikitpun. Mungkin karena semangat Shany yang membahana dan menggelorakan semangat anak asuhnya.

Akhirnya partai final tercipta.
Maluku dan Jawa Timur bertemu dan dimenangkan oleh anak Asuh Sany Tawainella lewat adu penalti. Piala Medco Tingkat Nasional dibawa pulang ke Maluku.

Setibanya di Bandara Pattimura Ambon, arakan pawai terlihat gembira. Tidak ada skat lagi dalam kota Ambon. Islam dan Kristen bersatu menjadi manusia bebas. sebab, dari Kaki Mereka perdamaian tercipta. Akses ekonomi sudah lancar.

***


Kini bocah-bocah pembawa damai lewat kakinya itu sudah tersebar dibeberap klub besar liga Indonesia. Sebagian sudah berumah tangga. Beberapa pemain juga, tengah memperkuat Tim Nasional Garuda hingga saat ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun