Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Aku dan Makna Hadirku

26 Mei 2015   08:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 25 0

Sudah lama sekali rasanya saya tidak naik kereta ekonomi (kereta ukhuwah)jurusan tangerang-kota, dan pagi ini saya tlah berada distasiun untuk bernostalgia dengan kenangan tersebut, maklum aja sejak adanya busway, maka saya lebih sering naik busway ketimbang kereta, sudah berAC, juga karena busway tidak berjadwal, sehingga kita bisa setiap saat menggunakannya. Samar terdengar suara kereta dari kejauhan, dan perlahan lahan mulai mendekati stasiun Rawa buaya, wow...kereta pagi ini memang penuh sekali.., bahkan ada beberapa penumpang yang berada diatas gerbong kereta yang kebanyakan pelajar. Hanya beberapa detik saja kereta berhenti untuk kemudian melanjutkan perjalanannya. Sampai distasiun kota saya melanjutkan perjalanan dengan kereta rel listrik (KRL) yang kearah bogor. Pemandangan didalam gerbong sungguh sangat meriah sekali, ada laki laki berpakaian rapih dengan dasinya sambil menenteng tas kopernya, ada juga yang sedang sibuk bertelepon ria entah dengan siapa, tapi yang pasti saya sangat tahu kalo HP yang digunakannya harganya sangat mahal sekali, ada seorang wanita yang masih sibuk dengan cerminnya, sambil sesekali memperhatikan wajah yang ada didalam cermin, ada jugamahasiswa yang sedang baca-baca diktat kuliahnya, mungkin anak UI kali ya...(kebetulan jalur kereta ini lewat stasiun Universitas Indonesia ). Ada juga artis artis ibukota yang mulai konser amal (konser untuk minta amal maksudnya hehehe...), setelah selesai beberapa lagu, maka mereka mengeluarkan bungkus permen kepada para penumpang untuk diisi dengan uang receh, atau kalo ga ada uang ribuan juga ga papa. Ada juga penjaja wawasan (tukang koran maksudnya..) dengan teriakan khasnya “Media indonesia 1000, koran tempo 1000, sindo 1000, warta kota 1000, nonstop 1000, kompas 2000”yang turut meramaikan kemeriahan suasana digerbong pagi ini. Saya jadi teringat sebuah tulisan yang pernah saya baca di online media, kebetulan tulisan itu menceritakan juga tentang suasana gerbong dari kereta yang sedang saya tumpangi ini, tapi yang menarik adalah penulisnya mencoba untuk melihat keberartian dirinya dimata penumpang lain. Siapakah saya bagi lelaki berdasi itu, siapakah saya bagi wanita yang masih sibuk dengan cerminnya itu, siapakah saya bagi para artis ibukota itu dan juga siapakah saya bagi tukang koran itu, kalo saya tanyakan kepada mereka semua, maka mungkin jawabannya “I’m No Body”, saya bukan siapa siapa bagi mereka. Toh mereka tidak kenal saya dan saya juga tidak kenal mereka, saya bukan siapa siapa bagi mereka dan mereka juga bukan siapa siapa bagi mereka. Kalopun saya adalah anak orang terkaya di negara ini, trus apa artinya bagi mereka, kalopun saya adalah anak jenius dengan IQ sangat tinggi, mungkin mereka akan berkata “so what gitu loch...?”. hmm...entah dimana nilai persaudaraan yang diajarkan agama kita kalo sudah begini, padahal kita diciptakan untuk saling mengenal dan bersaudara. Sempat sih terlintas niat untuk memperkenalkan diri, bicara dengan lantang tentang siapa saya dan asal saya. Tapi saya khawatir yang ada malah ditertawakan dan dianggap gak waras.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun