Tepat seminggu yang lalu, bangsa Indonesia telah sukses menyelenggarakan ajang atau pun pesta terbesar dalam kehidupan berbangsa dan berdemokrasi di Negara ini yaitu PEMILU. Pemilihan Umum yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih calon Presiden dan Wakil Presiden baru yang diharapkan mampu untuk memimpin bangsa ini kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Diawali dengan pemilihan anggota legislatif yang akan mewakili atau menyerukan suara rakyat (kalau memang benar mereka serukan) di DPRD atau DPR dan dilanjutkan dengan pemilihan calon presiden baru untuk periode 5 tahun kedepan, masayarakat Indonesia telah disuguhi dengan banyak kampanye dan janji-janji politik dari masing masing calon. Janji-janji yang akan amat sangat manis jika hal itu benar-benar dapat diwujudkan dan dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia.
Setelah banyak diwarnai oleh kejadian-kejadian atau bahkan gesekan-gesekan politik yang sedikit banyak menyerempet masalah SARA dibeberapa kota di Indonesia, akhirnya hari yang telah di tunggu pun tiba. Tepat pada tanggal 9 Juli 2014, rakyat Indonesia memberikan suara dan kepercayaan mereka kepada masing-masing calon Presiden dan Wakil presiden untuk periode mendatang secara serentak di perbagai pelosok penjuru Indonesia.
Setelah proses PEMILU selesai bukan berarti masalah yang dihadapi bangsa ini juga selesai bahkan menyisakan masalah pelik ditambah dengan adanya berita atau pun pesan pendek baik SMS atau pun pesan lewat media-media elektronik yang ada yang terkesan memberikan rasa takut dan cemas kepada segenap rakyat Indonesia dalam masa penantian pengumuman pemenang PEMILU dari KPU selaku lembaga resmi penyelenggara PEMILU pada 22 Juli 2014 mendatang.
Adanya 2 hasil QC (Quick Count) yang berbeda dari masing-masing tim sukses dari kedua kubu membuat masyarakt bingung dan berpotensi memicu timbulnya kekacauan yang dilandasi oleh rasa tidak puas dari berbagai kalangan masyarakat akan hasil PEMILU yang lalu. Hal ini menjadi makin membingungkan dengan adanya pemberitaan tentang hasil Quick Count yang berbeda di banyak stasiun TV swasta yang masing-masing mempunyai calon idaman sendiri. Banyaknya lembaga lembaga survey dan Quick Count yang memberikan hasil berbeda tidk bisa memberikan kepastian kepada masyarakat tapi malah membuat keadaan makin kacau dan panas.
PEMILU, yang katanya pesta Demokrasi rakyat Indonesia pun berubah menjadi pesta perebutan kekuasaan dan unjuk kekuatanmasing-masing kubu yang tidak mau mengalah satu sama lain. apakah setiap calon Presiden dan Wakil presiden ini tahu dan siap akan kewajiban dan janji-janji yang akan ditagih oleh rakyat Indonesia untuk 5 tahun kedepan? Apakah mereka sudah siap melaksanakan program kerja mereka dalam waktu yang singkat dan tekanan besar dari masyarakat ataukah mereka sama sekali tidak memikirkan itu dan berharap masyarakat lupa akan janji-janji mereka dan bisa berkuasa dan memperkaya diri dan sanak saudara???
"Rakyat Indonesia tidak butuh dan bosan akan janji, Rakyat Indonesia butuh bukti dan nasi"