Setiap kecelakaan pesswat akan menimbulkan pertanyaan terutama yang berhubungan langsung dengan kecelakaan tersebut yaitu penyebabnya dan faktor faktor yang berkontribusi (contributory factors).
Pihak yang memiliki kewenangan menginvestigasi kecelakaan pesawat akan memulai tugasnya dengan melakukan penyelidikan secara menyeluruh dan komprehensif.
Hal ini karena pesawat merupakan kesatuan sisten dimana setiap komponen yang terdapat dalam pesawat saling berhubungan, ditambah dengan hal hal di luar seperti pemeliharaan, operasional bandara yang dapat menjadi faktor yang berkontribusi selain dari manusia.
Oleh karena itu teka teki diusahakan untuk dipecahkan dengan mencari faktor faktor tersebut, dan bila itu tak terpecahkan maka akan menjadi teka teki yang tak terpecahkan (unsolved puzzle).
Hal ini juga  menjadi latarbelakang dari jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan investigasi yang cukup lama karena banyak area yang harus ditelusuri.
Teka teki dari kejadian dalam penerbangan bisa berupa pesawat yang hilang tanpa jejak (missing planes) setelah dilakukan pencarian resmi atau bisa juga kecelakan terjadi walau pesawat modern sudah dilengakapi dengan berbagai fitur keselamatan seperti misalnya kemampuan glidiing (glide ratio) saat ada gangguan mesin serta juga fitur ETOPS atau Extended Range Operations yang diubah oleh FAA dari Extended Range Twin-engine Operation, sedangkan ICAO pada.Annex 6 bagian 1 di amandemen ke 36 Konvensi Chicago menyebutnya dengan Extended.Diversion Time Operations (EDTO).
Namun teka teki dalam penerbangan hanya terungkap bila pihak investigator kecelakaan dapat mengidentifikasi segala permasalahan yang berkontribusi dengan mendapatkan informasi dan data yang konkret seperti menemukan black box ataupun menemukan badan pesawat baik utuh maupun sebagian.
Dari beberapa teka teki kecelakaan pesawat, ada beberapa yang berhasil terpecahkan bahkan jauh setelah pencarian resmi berakhir.
Salah satu contoh teka teki dalam penerbangan yang mungkin dapat dikatakan terpecahkan adalah pesawat Airbus A-330 203 Â milik maskapai Air France dengan nomor registrasi F-GZCP pada tanggal 1 Juni 2009 mengalami hilang kontak dalam penerbangan dari Rio de Janeiro (GIG) menuju Paris (CDG) atau tepatnya 3 jam 6 menit setelah lepas landas.
Pihak otoritas Perancis  mengumumkan bahwa pesawat tersebut diduga mengalami kecelakaan dengan kemungkin tipis akan adanya penumpang dan kru yang selamat pada siang hari di tanggal yang sama.
Sehari kemudian pada tanggal 2 Juni 2009 pihak Angkatan Udara Brazil melakukan pecarian lewat udara (aerial.search), mereka melihat puing puing berserakan di permukaan laut dan juga adanya tumpahan minyak di bagian utara dari lokasi terakhir pesawat pada radar ATC.
Tumpahan minyak menjadi salah satu faktor yang sangat membantu karena minyak dan air tidak bisa bercampur, ini bisa menjadi informasi awal yang menguatkan dugaan bahwa pesawat mengalami kecelakaan di laut, lain halnya bila sebelumnya pesawat melakukan fuel dumping untuk mengurangi beban berat pesawat  ketika akan melakukan pendaratan darurat agar impact nya dapat diminimumkan.
Hingga pencarian resmi yang dilakukan dalam tiga tahap berakhir, bagian besar pesawat dan black box belum berhasil ditemukan walau sudah menyisir seluas 320,000 km persegi baik pencarian di permukaan laut maupun bawah laut.
Badan investigasi kecelakaan dari Brazil sebagai badan yang memliki wewenang dalam investigasi kecelakaan ini juga menyampaikan bahwa mereka sudah cukup mengncover sebagain besar area.
Berbagai ulasan dan analisis terhadap penyebabnya umumnya banyak dilakukan oleh berbagai pihak dengan berbagai dasar yang cukup kuat pula dan pada kasus kecelakaan ini juga sempat terjadi perdebatan dan perang argumentasi dari dan antar pihak termasuk media.
Akan tetapi hasil investigasi dari pihak yang berwenang menyelidiki kecelakaan adalah yang final, setidaknya memang hal itu yang menjadi ketentuan baku.
Akan tetapi pihak tersebut pastinya membutuhkan lebih dari sekadar ulasan dan analisis, mereka membuthkan yang lebih bersifat konkret dan lebih visual yaitu black box yang mencakup Cokpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR).
Dua tahun setelah kecelakaan, black box pesawat berhasil dtemukan dan diangkat dari kedalaman sekitar 4,000 meter dan kemudian dianalisis. Â
Pada tanggal 5 Juli 2012 Badan Keselamatan Penerbangan Brazil (BEA) mengumumkan hasil akhir investigasi mereka dimana salah satu poin nya adalah pitot tubes yang tergumpal es sehingga tidak dapat memberikan data akurat akan kecepatan kepada kru di kokpit.
Beberapa tahun sebelumnya atau tepatnya bulan September 2007 pihak Airbus sudah mengeluarkan rekomendasi kepada seluruh operator Airbus A-330 untuk mengganti pitot tubes dari sebuah vendor dengan nomor model C16195AA ke C16195BA karena telah ditemukan masalah pada C16195AA yang dapat menghambat pitot tubes melakukan fungsinya seperti data kecepatan pesawat (airspeed).
Air France sudah menggantinya pada armada A-330 mereka, hanya saja untuk F-GZCP yaitu pesawat yang naas tersebut, pergantiannya direncanakan setelah penerbangan dari GIG ke CDG tersebut yang ironosnya menjadi penerbangan terakhirnya.
Situs abcnews menyebutkan bahwa Associted Press dalam investigasi mereka telah mengindikasikan bahwa pihak Airbus sebenarnya sudah mengidentifikasi masalah pada pitot tube tersebut sejak tahun 2002.
Namun pitot tubes bukanlah satu satunya faktor yang menyebabkan kecelakaan ini, ada beberapa lainnya yang disebutkan pada hasil akhir investigasi.
Keadaan cuaca menjadi faktor juga karena lokasi kecelakaan merupakan kawasan dengan yang disebut sebagai Intertropical Convergence Zone yaitu kawasan dimana angin timur laut dan tenggara bertemu dan melingkar bentuknya di kathulistiwa.Â
Pada tanggal 30 Nopember ditahun yang sama, pesawat Airbus A-330 203 milik Air France dengan nomor penerbangan AF 445 (Air France menggantinya dari AF 447 setelah kecelakaan) melakukan distress call mayday di lokasi yang sama dengan AF 447 karena adanya turbelensi namun pesawat berhasil melanjutkan penerbangannya dan mendarat di Paris CDG dengan selamat.
Investigasi Kriminal dan Teknis
Sejak kecelakaan, pihak otoritas Perancis melakukan dua jenis investigasi yaitu investigasi yang mengarah kepada teknis yang sesuai dengan pasal 13 pada Konvensi Chicago serta investigasi kriminal karena adanya indikasi kejahatan yang dalam kasus ini mengarah pada pembunuhan tidak berencana (manslaughter).
Investigasi kriminal ini kemudian dihentikan pada Juli 2019 terhadap tuduhan ke Airbus dan pada September 2019 terhadap Air France, namun pihak jaksa penuntut di Paris meminta pihak Airbus dan Air France untuk diadili di pengadilan.
Pada tanggal 10 Oktober 2022 proses pengadilan pun dimulai dan pada tanggal 7 Desember 2022 yang lalu prosecutor atau jaksa mengatakan bahwa mereka tidak dapat membuktikan kedua perusahaan tersebut bersalah dalam kasus manslaughter ini dan oleh karena itu kedua perusahaan dibebaskan dari segala tuduhan.
Sedangkan pengacara dari Airbus menyalahkan sepenuhnya pada pilot pesawat AF447, dilain sisi pihak Air France mengatakan bahwa sebab kecelakaan yang sebenarnya tidak akan diketahui sebenarnya.
Proses pengadilan pun belum usai dimana hasilnya baru akan diumumkan pada April 2023, namun demikian bila memang keputusannya menyatakan kedua perusahaan bersalah sekalipun, denda yang mereka harus tanggung adalah sebesar Euro.225,000 atau sekitar USD 219,000 yang menurut abcnews jumlah ini hanyalah sebagain kecil dari pendapatan kedua perusahaan.
Kesimpulannya adalah kecekaan pesawat membutuhkan investigasi yang juga membutuhkan sebanyak mungkin data dan informasi tak terkecuali black box yang menjadi kunci dari terbukanya segala kemungkinan dari penyebab kecelakaan tersebut.
Namun pesawat tidak hanya merupakan kesatuan dari sistem saja tetapi juga kesatuan vendor dengan bagian bagian yang menempel di pesawat tersebut yang diproduksi oleh berbagai vendor dimana masing masing bagian saling berhubungan erat dalam pengoperasian pesawat termasuk juga bagaimana pilot akan mengambil tindakan berdasarkan indikasi ataupun signal dan alarm dari masing masing bagian dari pesawat.
Hasil investigasi kecelakaan memang dapat menyimpulkan berdasarkan data data yang tersedia dan konkret seperti black box, akan tetapi selama black box belum ditemukan, teka teki penyebab kecelakaan mungkin tidak dapat memberikan hasil investigasi yang berguna bagi pembenahan di pesawat dan sistem itu sendiri serta indistri aviasi dan kedirgantaraan keseluruhan, sebagai akibatnya bisa berupa kecelakaan serupa dapat terjadi lagi karena tidak ada pembenahan.
Negara maskapai dalam hal ini Perancis berserta negara negara yang warga nya menjadi korban telah berusaha menemukan black box walau membutuhkan waktu dua tahun lamanya dengan biaya yang tidak kecil, hal ini merupakan keinginan dan usaha yang patut dihargai sebagai perwujudan tekad untuk memecahkan teka teki penerbangan yang berguna bagi pembenahan di industri aviasi dan kediegantaraan.
Hasil akhir investigasi menyinpulkan mengapa kecelakan terjadi akan tetapi tidak selamanya mengakhiri pertanyaan dan tuntutan dari para keluarga korban mengenai siapa yang harus bertanggungjawab serta mengapa sebab dari penyebab kecelakaan itu terjadi seperti pada AF447, hasil persidangan ini di bulan April 2023 akan memutuskan itu semua.
Penyebab kecelakaan pesawat bisa disebabkan oleh kejadian lain diluar operasional pesawat sebagai faktor yang berkontribusi pada kejadian yang disebabkan oleh kejadian sebelumnya.
Kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan AF447 terjadi pada tahun 2009 namun kisahnya tampaknya belum sepenuhnya selesai, dan bagi para keluarga korban, keseluruhan proses ini sangat tidak mudah untuk dilalui dalam kehidupan mereka.
Referensi :
- bea.aero/docspa/2009/f-cp090601.en/pdf/f-cp090601.en.pdf
- en.m.wikipedia.org/wiki/Air_France_Flight_447
- abcnews.go.com/International/wireStory/families-dismayed-trial-rio-paris-air-france-crash-94769531
- france24.com/en/europe/20221207-french-prosecutors-will-not-seek-convictions-for-airbus-or-air-france-over-2009-rio-paris-crash
- en.m.wikipedia.org/wiki/Intertropical_Convergence_Zone