Mohon tunggu...
Kokom Komariyah
Kokom Komariyah Mohon Tunggu... Guru - SMAN 1 Jamblang

Eksplor hal baru ✨ | Suka bercerita dan bikin konten

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar Nakal di Barak Militer: Harapan atau Tantangan?

4 Mei 2025   15:14 Diperbarui: 4 Mei 2025   15:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini, banyak pro kontra terkait wacana pelajar nakal dibina di barak militer. Ada yang langsung menolak mentah-mentah. "Itu cara keras," katanya. "Itu bukan dunia pendidikan," begitu komentar lainnya.

Sebagai guru yang setiap hari berhadapan dengan realita dunia pendidikan, saya justru melihat ini sebagai langkah yang perlu kita pertimbangkan secara serius. Saya memang bukan lulusan pelatihan militer, tidak pernah ikut program semi militer apa pun. Tapi bukan berarti saya menutup mata dengan kemungkinan bahwa ada pendekatan - pendekatan baru yang bisa menjawab masalah lama.

Kita semua tahu, masalah pelajar bermasalah, seperti halnya pelajar yang sering tawuran, bolos, konsumsi narkoba, bahkan melakukan kekerasan, hal tersebut sudah lama ada dan makin hari makin sulit dikendalikan. Kita para guru sering kehabisan cara. Guru BK kewalahan, orang tua kadang lepas tangan, sementara sekolah punya batasan.

Lalu muncul gagasan: bagaimana jika pelajar-pelajar bermasalah ini "diparkir" dulu di tempat yang bisa membentuk disiplin dan tanggung jawab secara serius, barak militer misalnya. Apakah ini bentuk hukuman? Saya rasa tidak. Ini justru bentuk intervensi positif yang lebih tegas.

Kita sering bicara soal pendidikan karakter, akhlak mulia, revolusi mental. Tapi sayangnya, itu semua kadang hanya berhenti di spanduk dan seminar. Kita butuh pendekatan nyata yang bisa membentuk kebiasaan baik secara langsung. Nah, pendekatan militer ini yang tentu harus disesuaikan dengan usia dan psikologis pelajar, bisa jadi salah satu jawabannya.

Di sana, anak-anak tidak akan dipukul atau diteriaki. Tapi mereka akan dibiasakan hidup tertib, bersih, teratur, dan disiplin. Sesuatu yang sering kali sulit dibangun hanya lewat kelas - kelas teori. Kalau memang ada metode yang bisa mempercepat pembentukan karakter, kenapa harus ditolak hanya karena embel-embel "militer"?

Pendidikan karakter itu tidak cukup diajarkan, tapi harus dibiasakan. Dan jika barak militer bisa menjadi tempat pembiasaan itu, saya kira kita layak mempertimbangkannya. Bukan berarti semua masalah akan selesai, tapi setidaknya kita berani mencoba cara baru untuk masalah yang tak kunjung reda.

Sebagai guru, saya tetap percaya: setiap anak punya harapan. Tapi harapan itu tidak tumbuh dari membiarkan, melainkan dari membimbing.

Tentu pendekatan ini bukan solusi tunggal. Sekolah tetap harus berbenah, guru tetap harus didukung, orang tua tetap harus terlibat. Tapi dalam kondisi darurat seperti sekarang, kita perlu berani mencoba hal baru.

Jangan langsung curiga pada pendekatan militer. Selama dijalankan dengan penuh pengawasan, humanis, dan edukatif, justru bisa jadi tempat rehabilitasi yang membentuk pribadi yang lebih kuat, bukan preman, tapi pemuda yang punya arah.

Wallahu'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun