Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Suara Suling, Menembus Batas Zaman

16 Mei 2021   23:32 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:40 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto:fof.dk)
(foto:fof.dk)
Musik adalah bahasa universal. Musik itu seperti bahasa penghubung antara surga atau nirwana, yang mengabarkan tentang suasana gembira dan penuh suka cita dengan dunia. 

Salah satu alat musik yang menjadi penghubung dan kerap dimainkan adalah suling. 

Dalam mitologi Yunani dimana cerita dewa-dewa tumbuh subur di Yunani pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM). Musik menjadi bagian tidak terpisahkan dalam tradisi budaya mereka. Mitos atau legenda dan sejarah serta cerita rakyat yang berkembang di Yunani tidak lepas dari unsur musik serta tarian.

Ada alat musik petik seperti harpa, juga tiup seperti suling. Salah satu cerita legenda Yunani yang menghadirkan musik dalam  mitologi Yunani. Menceritakan peran musik dalan kisah pernikahan antara Zeus dan Hera.

(foto:keblingerbuku.com)
(foto:keblingerbuku.com)
Dewa Apolo memainkan harpa, Dewa Hermes meniup seruling dan para Kerubi yang bersayap meniup buluh perindu. Para penghuni Olympus bernyanyi sehingga bagaikan orkestra yang megah di surga. 

Mitologi ini menunjukkan bagaimana alat musik seperti suling jauh sebelumnya sudah dikenal oleh orang Yunani lewat mitos-mitos tentang kisah dewa dewi.

Apakah sebagian keberadaan relief alat musik, seperti suling. Semacam catatan bahwa orang-orang dimasa dinasti Syailendra sudah mendengar kisah mitologi Yunani dan mengamini pentingnya alat musik dan hidup penuh kegembiraan. Lewat musik di dinding candi sebagai pengetahuan untuk generasi kini dan mendatang.

(foto:BBC.com)
(foto:BBC.com)
Sekali lagi ini asumsi yang patut dikaji lebih dalam kebenarannya. Demikian halnya dengan temuan arkeologis yang menunjukkan bahwa suling diperkirakan sudah ada pada zaman purba. Didukung oleh temuan alat musik suling dari bahan tulang hewan. Diduga peninggalan manusia purba Neanderthal, yang berumur sekitar 40 ribu tahun lalu.

Boleh jadi, seruling atau alat-alat musik yang terpahat pada panel relief Candi Borobudur. Bukan alat-alat musik baru, yang mereka kenal pada zaman Syailendra. Tetapi mereka abadikan sebagai gambaran aktivitas kehidupan sosial pada zamannya. Mereka ingin meninggalkan pesan bahwa kehidupan mereka sangat  musikal. Alat musik dari seantero dunia ada di era Syailendra. 

Era Kehidupan Musikal

Borobudur pusat musik dunia ? Bukan sesuatu yang mustahil jika menilik kemajuan peradaban dinasti Syailendra pada masa itu.

(foto:liputan6.com)
(foto:liputan6.com)
Kemungkinan lainnya kehidupan musikal sangat berarti atau jadi nomena yang penting dalam kehidupan sosial era wangsa Syailendra. Musik bukan hanya sebagai hiburan dan sarana rileksasi tetapi juga sebagai alat untuk memompa semangat masyarakatnya manakala daya juang dan daya hidup melemah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun