"Jika dinilai baik dan bermanfaat tidak segan negara lain akan copy paste aturan atau etika profesi untuk dikembangkan di negara masing-masing peserta. Sebab ada beberapa permasalahan di beberapa negara yang hampir sama," tambah Audrey.
Bryan S. Posadas, Humas dari asosiasi apoteker di Philipina menceritakan bagaimana hubungan profesi apoteker dengan dokter yang tidak saling berusaha menjadi paling hebat. Melainkan saling bekerja sama dan berkolaborasi.
Bryan mencontohkan bagaimana apoteker di Philipina sering mengingatkan pasien untuk melakukan periksa lanjutan ke dokternya. Sebab tidak jarang pasien di Philipina tidak kembali memeriksakan diri manakala merasa tubuhnya dirasa sudah membaik. Atau mengingatkan dokter untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan pasiennya.
Walau sebenarnya obat yang diresepkan tersebut bukan untuk menyembuhkan penyakit pasien tapi sekedar untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita pasien.
Dalam kasus lain tidak sedikit pasien yang tidak kembali ke dokter yang sama. Pindah ke dokter lain manakala setelah diberi obat ternyata tidak langsung sembuh. Padahal dalam mendiagnosis penyakit dan meresepkan obat, dokter juga perlu mengetahui efek dari obat yang diberikan ke pasien.
Acara yang berlangsung empat hari ini diikuti sekitar 300 peserta tercatat ada sepuluh negara. Seperti Malaysia, Philipina, Taiwan dan Kamboja.